Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Adam AS


Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Ia juga merupakan nabi pertama yang diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Istri Nabi Adam bernama Hawa. Sepanjang hidupnya, Nabi Adam berdakwah membimbing keturunannya agar taat menyembah Allah SWT. Nabi Adam wafat di daerah Jabal Abi Qais, Mekah.

Kekhawatiran Malaikat
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka bertanya, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

Allah SWT Mahakuasa dan Berkehendak. Dia berkehendak menciptakan manusia untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi. Allah SWT menyampaikan hal ini kepada para malaikat.

“Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi?”

Namun, para malaikat tidak setuju. Mereka khawatir manusia tidak akan mampu mengemban amanah sebagai khalifah. Sebaliknya, manusia hanya akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi.

Para malaikat pun berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan manusia yang akan merusak dan menumpahkan darah di bumi? Sedangkan, kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”

Allah SWT membantah kekhawatiran malaikat dengan berfirman, “ Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Adam Manusia Pertama
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr [15]: 26)

Allah SWT melaksanakan kehendak-Nya. Dia menciptakan Adam dari tanah liat kering lalu diberi bentuk. Setelah itu, ditiupkanlah roh ciptaan kedalamnya. Akhirnya, terciptalah Adam sebagai manusia pertama dalam bentuk yang paling baik, tegap, kuat, dan gagah. Ia juga dikaruniai kecerdasan dan hati nurani yang lembut agar dapat mengemban amanah sebagai khalifah.

Kecerdasan Adam
“Dan Dia ajarkan Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan semuanya kepada para malaikat seraya berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku semua nama benda ini jika kamu yang benar!” (QS. Al-Baqarah [2]: 31)

Allah SWT menghendaki Adam memiliki pengetahuan luas sehingga mengajarkannya nama-nama semua benda. Pengetahuan itu sangat dibutuhkan untuk menjalankan tugas sebagai khalifah.

Kemudian, Allah SWT menunjukan kemampuan Adam kepada para malaikat. Allah SWT bermaksud menguji para malaikat. Dia memerintahkan para malaikat agar menyebutkan nama-nama semua benda. Namun, para malaikat tidak mampu menyebutkannya. Mereka berkata, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami.”

Allah SWT memerintahkan Adam agar memberitahu malaikat nama-nama benda itu, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!”

Adam menyebutkan nama-nama benda itu dengan tepat. Malaikat kagum dengan kecerdasan dan kemampuan Adam. Mereka pun menyadari kesalahannya karena sempat meragukan kemampuan manusia (Adam) untuk mengemban amanah sebagai khalifah.

Pembangkangan Iblis
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 34)

Dengan kelebihan yang dimiliki Adam, Allah SWT memerintahkan para malaikat agar bersujud kepada Adam sebagai tanda penghormatan. Semua malaikat sujud, tetapi iblis tidak mau karena merasa dirinya lebih baik daripada Adam.

“Aku lebih baik daripada Adam. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Adam dari tanah,” kata iblis.

Sikap iblis mendatangkan kemurkaan Allah SWT yang membuatnya diusir dari surga. Allah berfirman, “Maka turunlah kamu dari surga karena tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

Permusuhan Abadi Iblis dengan Adam
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menetapkan aku sesat, pasti aku akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.” (QS. Al-A`raaf [7]: 16)

Bukannya sadar, iblis justru menyatakan permusuhan abadi kepada Adam. Ia meminta kepada Allah SWT agar umurnya dipanjangkan sampai hari kiamat. “Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan,” pinta iblis.

Permintaan iblis dikabulkan Allah SWT. Dia berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu.”

Sejak saat itu, iblis menyusun rencana untuk balas dendam kepada Adam. Ia bersumpah akan menyesatkan Adam dan anak cucunya. Bagaimanapun caranya, ia harus mendapatkan kawan sebanyak-banyaknya untuk sama-sama di neraka.

Tinggal di Surga
“Dan Kami berfirman, ‘Wahai Adam! Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan)yang ada di sana sesukamu. (Tetapi)janganlah kamu mendekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Baqarah [2]: 35)

Adam ditempatkan di surga oleh Allah SWT. Surga adalah tempat tinggal yang sangat indah dan memesona. Segala kebutuhan dan kesenangan hidup tersedia. Di surga ada makanan yang lezat, buah-buahan yang ranum, air sungai yang jernih, pepohonan yang sejuk dan rindang, serta kenikmatan lainnya yang tidak terbayangkan. Namun, Adam merasa kesepian tinggal sendiri di surga. Tidak ada teman untuk berbicara dan berbagi. Adam mendambahkan teman hidup.

Allah SWT mengetahui keinginan Adam sehingga menciptakan Hawa sebagai istri Adam. Adam sangat gembira memperoleh teman hidup. Seorang istri yang sangat cantik untuk menemaninya tinggal di surga. Adam dan Hawa hidup bahagia di surga dan menikmati apa saja yang ada di surga. Kecuali, satu pohon yang terlarang untuk didekati. Apalagi, di makan buahnya. Ini adalah ketentuan Allah SWT dan tidak boleh dilanggar.

Melanggar Larangan Allah SWT
“Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi buah pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, ‘ Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al-A`raaf [7]: 22_23)

Iblis tidak senang dengan kebahagiaan yang dirasakan Adam dan Hawa. Ia berpikir, Adamlah yang menyebabkan ia dikeluarkan dari surga dan dilaknat Allah SWT.

“Memang kurang ajar si Adam. Awas, tunggu pembalasanku,” gerutu iblis.

Iblis mulai menggoda Adam dan Hawa agar memakan buah pohon terlarang. Adam dan Hawa tidak tergoda bujuk rayu iblis. Namun, iblis tidak menyerah, ia terus menggoda Adam dan Hawa. Pada suatu kesempatan, iblis dengan tutur kata yang halus mencoba membujuk Hawa, “Hai Hawa, aku bersumpah demi kalian telah mendengar rahasia sebelum engkau dan Adam diciptakan.”

“Apakah itu?” Tanya Hawa.

“Tahukah engkau, bahwa kalian tidak akan hidup kekal di surga. Sesungguhnya, kalian akan dimatikan kembali. Tapi, apabila memakan buah kuldi, kalian tetap akan kekal,” bujuk sang iblis kepada Hawa.

Akhirnya, Hawa membujuk Nabi Adam untuk memetik buah terlarang tersebut. Walaupun awalnya menolak, akhirnya Adam mau memetiknya. Adam dan Hawa telah melanggar larangan Allah SWT. Mereka pun diturunkan ke bumi.

Turun ke Bumi
“Allah berfirman, ‘Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediamanmu dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan.” (QS. Al-A`raaf [7]: 24)

Allah SWT Maha Pengampun dan penerima tobat sehingga Adam dan Hawa pun diampuni. Akan tetapi, Adam dan Hawa harus turun ke bumi.

Adam dan Hawa turun ke bumi di tempat yang berbeda. Mereka terpisah sekian lama. Mereka saling mencari dan merindukan satu sama lain. Akhirnya, pada waktu yang telah ditentukan, Adam dan Hawa dipertemukan kembali di Padang Arafah. Tepatnya di Jabal Rahmah. Di bumi, tidak sama dengan di surga. Adam harus bekerja untuk dapat makan. Adam menggarap sawah dan lading.

Di bumi, Adam juga mengemban amanah sebagai khalifah. Ia bertugas memakmurkan bumi. Kemudian, Adam  diangkat oleh Allah SWT menjadi nabi dan rasul.

Keturunan Adam dan Hawa
“Dan sungguh kami telah memuliakan anak cucu Adam….” (QS. Al-Israa` [17]: 70)

Meskipun kehidupan di bumi berbeda jauh dengan di surga, Nabi Adam dan Hawa merasa bahagia. Semakin hari, jalinan cinta kasih antara mereka semakin kuat. Tidak lama kemudian, Hawa pun mengandung dan melahirkan anak kembar, laki-laki dan perempuan. Mereka diberi nama Qabil dan Iqlima.

Tidak lama berselang, Hawa mengandung lagi dan melahirkan anak kembar yang diberi nama Habil dan Labuda. Setelah itu, Hawa terus melahirkan anak kembar. Menurut sebuah sumber, Hawa melahirkan dua puluh kali anak kembar. Jadi, jumlah anak Nabi Adam dan Hawa berjumlah empat puluh orang. Allah SWT telah menganugerahkan keturunan yang banyak kepada Nabi Adam dan Hawa agar mereka menyebar ke penjuru bumi yang luas untuk memakmurkannya.

Perselisihan Qabil dan Habil
“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh aku pasti membunuhmu. Dia (Habil) berkata, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 27)

Anak-anak Nabi Adam dan Hawa telah tumbuh dewasa. Habil tumbuh menjadi pemuda yang tampan, berbudi pekerti baik, dan lembut. Sedangkan, Qabil tumbuh menjadi pemuda yang kurang tampan, berwatak keras, dan kasar.

Suatu ketika, Adam menerima perintah Allah SWT untuk menikahkan kedua anak kembarnya. Namun, harus bersilangan. Qabil harus menikah dengan saudara kembar Habil, Labuda. Sedangkan, Habil harus menikah dengan saudara kembar Qabil, Iqlima.

Nabi Adam menyampaikan perintah Allah SWT kepada anak-anaknya. Namun, Qabil menolak. Saat itulah, iblis memanfaatkan situasi dengan menghasut Qabil agar menentang pernikahan tersebut. Qabil ingin menikah dengan saudara kembarnya, Iqlima yang berwajah cantik dibandingkan dengan Labuda.

Qabil merasa lebih berhak atas Iqlima daripada Habil karena ia saudara kembarnya. Ia tidak rela melepas Iqlima. Sampai mati akan dipertahankannya.

“Enak saja si Habil mau merebut Iqlima,” gerutu Qabil.

Setelah memperoleh petunjuk dari Allah SWT, Adam memerintahkan Qabil dan Habil untuk berkurban kepada Allah SWT. Siapa yang kurbannya diterima, dialah yang berhak menikah dengan Iqlima. Qabil dan Habil menyetujuinya.

Pada waktu yang telah ditentukan, Qabil dan Habil berangkat menuju sebuah bukit untuk mempersembahkan kurbannya masing-masing. Habil mempersembahkan seekor kambing yang sehat dan gemuk. Swdangkan, Qabil menyiapkan buah-buahan yang busuk dan kering.

Qabil dan Habil meletakkan kurbannya. Kemudian, mereka beranjak menantikan kurban siapa yang diterima. Setelah beberapa saat, tiba-tiba muncul seberkas cahaya dari langit. Cahaya itu terang berkilauan dan melingkupi kambing kurban Habil. Ternyata, kurban Habil yang diterima. Kambing Habil telah hilang dari tempatnya. Sedangkan, kurban Qabil masih utuh berada ditempatnya.

Jadi, Habil yang berhak menikah dengan Iqlima. Namun, Qabil tetap tidak menerima keputusan itu. Rupanya dia telah diperdaya iblis. Timbul rasa dendam dalam hati Qabil dan berniat membunuh Habil.

Pembunuhan Pertama di Dunia
“Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuhnya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah ia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah [5]: 30)

Qabil betul-betul telah dikuasai iblis. Ia pergi menuju peternakan Habil untuk membunuhnya. Saat itu Habil sedang beristirahat. Begitu tiba di sana, Qabil berteriak, “Hai Habil, aku dating untuk menghabisimu,”

Habil terkejut dengan kedatangan Qabil yang tiba-tiba disertai amarah yang meledak-ledak. Tapi, dia berusaha tetap tenang. Habil tidak mau melawan kakaknya, Ia takut kepada Allah SWT.

“Apa salah saya?” Tanya Habil.

“Jangan berlagak lugu. Kamu telah merebut Iqlima dariku. Kamu harus tanggung akibatnya,” ujar Qabil tampak semakin geram.

“Tenang, Kak. Jangan ikuti bisikan setan. Ingat, setan telah memperdayai ayah dan ibu kita. Sadarlah!” Habil berusaha menasihati kakaknya.

Namun, nafsu amarah telah membutakan hati Qabil. Ia makin bertambah geram dengan kata-kata adiknya. Qabil pun memukulkan sebilah kayu besar ke kepala Habil berkali-kali hingga Habil tewas.

Setelah Habil tewas, Qabil merasa bingung. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan mayat adiknya. Pada saat itulah, Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang saling berkelahi dan salah satunya mati. Kemudian, burung gagak itu menggali tanah dan menguburkan burung gagak yang mati. Qabil pun mengikuti apa yang dilakukan burung gagak itu. Ia menggali tanah dan menguburkan Habil.

Kini tinggal Qabil sendirian. Ia dicekam rasa berdosa. Qabil tidak berani pulang kerumahnya. Ia takut ayahnya akan menghukumnya. Akhirnya, Qabil memutuskan pergi meninggalkan keluarga dan kampong halamannya.

Keturunan Adam Berkembang Pesat
“Wahai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 13)

Peristiwa pembunuhan Habil oleh Qabil akhirnaya diketahui Nabi Adam dan Hawa. Mereka sangat berduka. Namun, mereka berusaha tetap tabah. Kemudian, Nabi Adam lebih banyak mencurahkan waktu dan perhatiannya untuk berdakwah. Ia membimbing anak cucunya agar senantiasa taat kepada Allah SWT.

Pada usia seribu tahun, Adam wafat di daerah Jabal Abi Qais, Mekah. Setahun kemudian, Hawa menyusul Adam menghadap Allah SWT. Jenazah mereka dimakamkan di Jedah, Arab Saudi.

Setelah Nabi Adam dan Hawa wafat, keturunan mereka terus berkembang dan menyebar ke penjuru bumi. Karena pengaruh cuaca dan iklim yang berbeda, bentuk tubuh dan warna kulit mereka menjadi berlainan. Ada yang bertubuh tinggi dan besar, ada pula yang bertubuh pendek dan kecil. Ada yang berkulit putih, kuning langsat, cokelat, sawo matang dan hitam.


Hikmah Kisah

Sifat sombong, iri, dan dengki adalah sifat yang sangat dibenci Allah SWT. Sifat sombong telah menyebabkan iblis terusir dari surga. Karenanya, jauhi sifat sombong. Hal itu, akan menjerumuskan kita kepada kehinaan.

Selain itu, pada dasarnya manusia juga memiliki sifat lalai. Karenanya, kita harus senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar terhindar dari godaan setan yang terkutuk. Kemudian, jika berbuat kesalahan, segeralah memohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT. Niscaya,Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.

Read more » 2 comments

Kisah Menakjubkan Nabi Idris AS


Nabi Idris AS adalah nabi yang kedua. Ia diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di negeri Babylonia. Nabi Idris adalah orang yang sangat cerdas, tegas, berani, dan sabar. Nabi Idris juga diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk melihat surga dan neraka.

Kecerdasan dan Keahlian Nabi Idris
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi.” (QS. Maryam [19]: 56)

Nabi Idris adalah seorang yang sangat cerdas dan sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia tekun mempelajari mushaf-mushaf (kitab atau buku) Nabi Adam dan Syits (salah satu putra Nabi Adam). Nabi Idris dikaruniai beberapa kelebihan oleh Allah SWT. Ia menguasai berbagai bahasa, ilmu alam, tulis-menulis, dan berhitung. Nabi Idris juga manusia pertama yang memakai pakaian berjahit. Ia adalah seorang yang pandai menjahit. Setiap kali menusukkan jarum jahitnya, Nabi Idris selalu bertasbih. Bisa dibayangkan betapa seringnya ia mengucapkan tasbih dalam sehari.

Nabi Idris juga pandai membuat denah rumah yang sederhana dengat sangat indah. Banyak orang yang meminta bantuannya. Mereka meminta dibuatkan denah untuk membangun rumah mereka.

Kesabaran dan Keberanian Nabi Idris
“Dan (ingatlah kisah) Ismail,Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. Dan Kami masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sungguh mereka termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 85_86)

Nabi Idris adalah seorang yang sangat sabar. Ia tidak pernah menyerah menghadapi tantangan seberat apa pun dalam berdakwah. Nabi Idris tidak putus asa mengajak manusia agar menyembah Allah SWT meski sering diejek dan dihina. Ia menjalankan tugasnya sebagai nabi dan rasul dengan penuh kesungguhan.

Namun demikian, Nabi Idris juga orang yang tegas terhadap kezhaliman. Ia tidak segan-segan menghukum orang yang berbuat aniaya kepada orang lain. Ia sangat terkenal dengan keberaniannya sehingga dijuluki “asadul asad” yang artinya singa dari segala singa.

Nabi Idris Merasakan Kematian
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati….” (QS. Ali-`Imraan [3]: 185)

Suatu hari, ketika akan berbuka puasa, Nabi Idris kedatangan seorang tamu. Tapi, bukan tamu sembarangan. Ia adalah malaikat Izrail yang menyamar menjadi manusia. Nabi Idris mengajak tamunya makan bersama. Namun, ia menolaknya.

Nabi Idris menjadi heran. Ia menduga tamunya ini bukan manusia biasa. Nabi Idris pun bertanya, “Siapakah engkau sebenarnya?”

Tamu itu akhirnya memberitahukan siapa ia sebenarnya. “Aku adalah Izrail,” jawabnya.

Nabi Idris sangat terkejut. Ia kembali bertanya, “Apakah engkau akan mencabut nyawaku?”

“Tidak! Aku hanya ingin bersilaturahmi kepadamu,” jelas Izrail.

Tiba-tiba, terbesit dalam benak Nabi Idris ingin merasakan kematian. Nabi Idris menyampaikan keinginannya itu kepada Malaikat Izrail.

“Hai Izrail, maukah engkau mencabut nyawaku untuk sesaat. Lalu, kau kembalikan lagi nyawaku dalam jasadku. Aku ingin tahu bagaimana rasanya saat manusia mengalami kematian?” pinta Nabi Idris.

Malaikat Izrail sangat terkejut mendengar permintaan Nabi Idris. Lalu, ia menghadap Allah SWT untuk menyampaikan permintaan Nabi Idris. Allah SWT pun mengabulkannya.

Setelah mendapat izin dari Allah SWT, Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris dengan sangat lembut. Nabi Idris pun merasakan kematian. Setelah beberapa saat, Malaikat Izrail mengembalikan lagi nyawa Nabi Idris ke dalam jasadnya. Nabi Idris hidup kembali.

“Bagaimana rasanya ketika nyawamu dicabut?” Tanya Izrail.

“Sungguh, aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku seperti dikuliti,” terang Nabi Idris.

“Tahukah engkau, aku mencabut nyawamu dengan sangat lembut karena kau orang yang saleh. Engkau bisa bayangkan bagaimana rasa sakit yang dialami oleh orang-orang durhaka dan kafir ketika nyawanya dicabut?” tutur Izrail. Nabi Idris merasa takut membayangkannya. Pasti sakit sekali, sungguh!

Jalan-jalan ke Neraka dan Surga
“… Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan di dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali-`Imraan [3]: 185)

Setelah merasakan kematian, Nabi Idris meminta Malaikat Izrail agar mengajaknya jalan-jalan ke neraka. Ia ingin mengetahui bagaimana kondisi neraka yang srbenarnya.

Malaikat Iazrail kembali meminta izin kepada Allah SWT. Setelah Allah SWT mengizinkan, Malaikat Izrail mambawa Nabi Idris pergi ke neraka. Sesampainya di sana, Nabi Idris sangat terkejut. Ternyata, neraka jauh lebih menyeramkan dan menakutkan dari yang dibayangkannya. Api neraka sangat panas dan bergejolak menyemburkan bara api. Siapa pun pasti tidak akan sanggup tinggal di nerakah.

Kemudian, Nabi Idris meminta kepada Malaikat Izrail agar membawanya jalan-jalan ke surga. Setelah mendapat izin dari Allah SWT, Malaikat Izrail membawa Nabi Idris jalan-jalan ke surga.

Setelah sampai di surga, Nabi Idris merasa sangat takjub. Ia tidak mengira surga begitu indah dan menawan. Di sana, ada berbagai makanan yang lezat, buah-buahan yang harum dan ranum, air sungai yang jernih, dan pemandangan yang memesona.

Nabi Idris melihat-lihat pemandangan surga. Ia juga mencicipi buah-buahan, meminum susu dan madu, serta makan makanan yang lezat. Ia merasa beta tinggal di surga. Malaikat Izrail mengingatkan Nabi Idris bahwa waktunya sudah hamper habis. Ia harus keluar dari surga. Dengan berat hati, Nabi Idris keluar bersama Malaikat Izrail dari surga. Namun, ketika sampai di pintu surga, Nabi Idris teringat dengan sesuatu. Rupanya sandalnya tertinggal di surga.

“Wahai Izrail, sandalku tertinggal di surga. Kau tunggu di sini ya! Aku akan mengambilnya,” ujar Nabi Idris.

“Oh… silahkan. Aku tunggu kau di sini,” kata Izrail.

Namun, setelah lama menunggu, Nabi Idris tidak juga kembali. Malaikat Izrail memutuskan untuk menyusul Nabi Idris ke surga. Ternyata, Nabi Idris sedang bersantai di dalam surga.

“Wahai Idris, mengapa engkau justru bersantai-santai. Bukankah engkau sudah menemukan sandalmu? Ayo kita keluar dari sini!” ajak Izrail.

“Wahai Izrail, sebenarnya aku sengaja meninggalkan sandalku. Aku tidak mau keluar dari surga. Aku merasa betah tinggal di sini,” ujar Nabi Idris.

“Tapi, waktumu sudah habis. Kau harus keluar dari surga!” kata Malaikat Izrail.

“Bukankah setiap manusia akan merasakan mati? Lalu, dihidupkan kembali dan dihisab (diperhitungkan) amalnya untuk menentukan masuk surga atau neraka. Aku sudah merasakan kematian. Kini, aku berada di surga. Bukankah orang yang sudah masuk ke surga akan kekal di dalamnya?” terang Nabi Idris.

Malaikat Izrail bingung dengan penjelasan Nabi IDRIS. Kemudian, ia menghadap Allah SWT dan melaporkan hal itu. Allah SWT memutuskan Nabi Idris boleh tinggal selamanya. Sebab, ia memang termasuk salah seorang penghuni surga.


Hikmah Kisah

Cinta ilmu dan giat belajar maka akan membuat kita memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Akan tetapi, meskipun memiliki ilmu pengetahuan yang luas, kita tidak boleh sombong.

Selain itu, sikap sabar merupakan modal utama menghadapi masalah. Mari kita tanamkan sikap sabar dalam diri.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.

Read more » 1 comments

Kisah Menakjubkan Nabi Nuh AS


Nabi Nuh AS adalah nabi yang ketiga. Ia diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di negeri Armenia. Penduduk negeri itu adalah para penyembah berhala. Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya selama ratusan tahun. Namun, hanya memperoleh pengikut delapan puluh orang. Akhirnya, Alah SWT menurunkan azab berupa banjir. Itu menenggelamkan seluruh kaum Nabi Nuh yang durhaka.

Nabi Nuh Berdakwah kepada Kaumnya
“Dan sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), ‘Sungguh aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagimu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat pedih.” (QS. Huud [11]: 25_26)

Nabi Nuh adalah orang yang fasih dalam berbicara, saleh, rendah hati, dan sangat sabar dalam berdakwah. Allah SWT menugaskan Nabi Nuh untuk berdakwah menyadarkan kaumnya. Kaum Nabi Nuh adalah para penyembah berhala.

Nabi Nuh giat berdakwah menyadarkan kaumnya. Ia menyeru,“Wahai kaumku, aku adalah orang rasul yang diutus Allah SWT untuk mengajak kalian kepada kebenaran. Tinggalkanlah berhala-berhala itu. Sembalah Allah SWT dan bertakwalah kepada-Nya. Mudah-mudahan Allah SWT akan mengampuni kalian.”

Namun, mereka tidak menggubris seruan Nabi Nuh. Mereka makin menghina dan mengejek Nabi Nuh.

“Hai Nuh, memangnya kamu siapa? Kamu manusia biasa seperti kami. Kamu juga tidak lebih kaya dari kami. Kamu jangan mengada-ada. Dasar pendusta.” Umpat mereka penuh kesombongan.

Kaum Nabi Nuh memang sangat membangga-banggakan harta. Mereka memandang derajat seseorang dari hartanya. Mereka juga suka melecehkan orang-orang miskin. Bahkan, sering menindasnya. Namun, Nabi Nuh tidak menyerah dan putus asa. Ia terus berdakwah mengajak kaumnya kembali ke jalan yang benar.

Selama ratusan tahun berdakwah, Nabi Nuh hanya memiliki pengikut sekitar delapan puluh orang. Kebanyakan kaumnya mengingkari ajaran Nabi Nuh. Termasuk istri dan anaknya sendiri, Kan`an.

Mengadu kepada Allah SWT
“Dia (Nuh) berkata, ‘Ya Tuhanku, sungguh kaumku telah mendustakan aku; maka berilah keputusan antara aku dengan mereka, dan selamatkanlah aku dan mereka yang beriman bersamaku.” (QS.Asy-Syu`araa’ [26]: 117_118)

Nabi Nuh terus berdakwah siang dan malam. Ia mengajak kaumnya agar menyembah Allah SWT. Nabi Nuh memperingatkan kaumnya tentang azab Allah SWT. Azab Allah SWT akan dating jika mereka tidak mau kembali ke jalan yang benar. Namun, bukannya sadar, mereka makin menentang Nabi Nuh agar mendatangkan azab tersebut.

“Wahai Nuh, sudah kamu jangan banyak omong! Datangkan saja azab yang kau ancamkan itu. Kami tidak takut!” tentang mereka menyombongkan diri.

Nabi Nuh sedih melihat sikap kaumnya. Ia pun berkata, “Kalian memang keterlaluan. Bukannya sadar dan meminta ampun kepada Allah. Kalian justru menentang agar didatangkan azab. Bukan aku yang akan mendatangkan azab, tapi Allah. Kalian tidak akan ada yang selamat dari azab-Nya.”

Hati dan telinga mereka telah tertutup. Bahkan, mereka mengancam akan menghukum Nabi Nuh jika tidak berhenti menceramahi mereka. Nabi Nuh merasa tidak ada gunanya lagi menyeru kaumnya. Mereka benar-benar telah dikuasai iblis.

Nabi Nuh mengadu kepada Allah SWT, “Ya Tuhanku, sungguh aku telah menyeru kaumku siang dan malam. Aku peringatkan mereka akan azab-Mu yang pedih. Tapi, seruanku tidak didengar. Mereka justru lari dari kebenaran. Bahkan, mereka juga menentang-Mu agar menurunkan azab.”

“Ya Tuhanku, habisi saja mereka. Jangan Engkau sisakan. Sebab, mereka hanya akan menyesatkan hamba-hamba-Mu. Mereka juga hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat seperti mereka,” seru Nabi Nuh dalam doanya.

Perintah Membuat Kapal
“Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. Dan janganlah Engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Huud [11]: 37)

Allah SWT mengabulkan doa Nabi Nuh dan memerintahkannya agar membuat kapal karena azab akan segera diturunkan. Mulailah Nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal dengan bimbingan Allah SWT. Mereka menebang pohon, memotong kayu, dan merakitnya menjadi satu.

Nabi Nuh dan pengikutnya bekerja bahu-membahu. Tidak ada satu pun yang berpangku tangan. Semua menjalankan tugasnya masing-masing siang dan malam agar pembuatan kapal cepat selesai.

Selama proses pembuatan kapal, orang-orang kafir tak henti-hentinya mengejek. Mereka sengaja lewat setiap hari untuk memperolok-olok Nabi Nuh dan pengikutnya.

“Hai, lihatlah Nuh dan pengikutnya yang dungu itu! Mereka membuat kapal di puncak bukit. Maka mereka mau berlayar di daratan. Nampaknya Nuh sudah gila,” ejek salah seorang di antara mereka. Mereka menertawakan Nabi Nuh dan pengikutnya.

Sesekali, Nabi Nuh menimpali olok-olok mereka, “Silahkan sekarang kalian tertawa. Tapi, sebentar lagi kalian semua akan binasa. Azab Allah akan segera turun. Tunggulah!”

Kebinasaan Kaum Nabi Nuh
“Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air, maka bertemulah air-air itu sehingga (luap menimbulkan) keadaan bencana yang telah ditetapkan.” (QS. Al-Qamar [54] 11_12)

Akhirnya, pembuatan kapal selesai. Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh agar mengumpulkan semua hewan masing-masing sepasang, jantan dan betina. Setelah siap, Nabi Nuh menyeru sebagian keluarga dan para pengikutnya yang beriman untuk masuk ke dalam kapal, tidak ketinggalan hewan-hewan.

Tidak lama kemudian, hujan turun tidak henti-henti. Bumi memuntahkan air dari dalam perutnya. Air bergelora dari segala penjuru. Suaranya bergemuruh dan sangat mengerikan. Air terus naik. Semakin lama semakin tinggi. Kaum Nabi Nuh mulai panik. Mereka mencari tempat yang tinggi untuk berlindung. Namun, air terus naik dan menenggelamkan rumah-rumah. Satu per satu, kaum Nabi Nuh tenggelam. Jeritan dan lolongan panjang menyayat hati. Mayat orang-orang durhaka mulai mengambang. Air mengamuk begitu dahsyat. Menenggelamkan seluruh negeri Armenia dan penduduknya yang durhaka.

Tenggelamnya Kan`an
“Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang-gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya ketika dia (anak itu) berada di tempat jauh terpencil, ‘Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” (QS. Huud [11] 42)

Saat banjir semakin besar, Nabi Nuh melihat anaknya, Kan`an. Ia terapung-apung mempertahankan nyawa dengan berpegangan pada sebilah kayu. Nabi Nuh merasa iba melihat kondisi Kan`an. Bagaimanapun, Kan`an adalah anaknya. Akhirnya, Nabi Nuh mendekatkan kapalnya ke Kan`an. Ia memanggil anaknya agar naik ke kapal. Namun, Kan`an menolak.

“Tidak. Aku tidak sudi ikut denganmu. Aku akan naik ke puncak gunung. Di sana aku akan selamat dari air sialan ini,” gerutu Kan`an menyombongkan diri.

Nabi Nuh memperingatkan Kan`an bahwa tidak aka nada yang selamat dari azab Allah SWT. Namun, Kan`an bersikeras tidak mau ikut. Tiba-tiba, gelombang dahsyat menyapu Kan`an. Ia tenggelam bersama orang-orang yang durhaka. Nabi Nuh bersedih menyaksikan anaknya tenggelam. Sebab, meski seorang nabi, ia tetap manusia biasa. “Ya Allah, bagaimanapun Kan`an adalah anakku. Mengapa tidak Engkau selamatkan,” rintih Nabi Nuh.

Allah SWT menegur Nabi Nuh, Hai Nuh! Ia (Kan`an) tidak termasuk keluargamu karena perbuatannya yang durhaka. Ia tidak termasuk orang-orang yang dijanjikan akan selamat. Janganlah kamu memohon sesuatu yang tidak kamu ketahui hakikatnya.”

Nabi Nuh menyadari kesalahannya. Ia berdoa memohon ampun, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dan memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku dan menaruh belas kasihan padaku. Niscaya, aku termasuk orang yang rugi.”

Nabi Nuh dan Pengikutnya Selamat
“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang berada di kapal itu, dan Kami jadikan (peristiwa) itu sebagai pelajaran bagi umat manusia.” (QS. Al-Ankabuut [29] 15)

Hujan telah reda dan langit mulai cerah. Tapi, bumi masih tenggelam dalam pelukan air. Kapal Nabi Nuh terus berlayar. Nabi Nuh sendiri tidak tahu hendakke arah mana. Ia hanya memasrahkan segalanya kepada Allah SWT.

Pada waktu yang telah ditentukan, Allah SWT memerintahkan bumi agar menyerap air. Bumi melaksanakan perintah Allah SWT. Ia menyerap air bgitu cepat. Air surut  tanpa terasa pada suatu malam saat Nabi Nuh dan para pengikutnya sedang terlelap tidur.

Esok paginya, Nabi Nuh dikejutkan oleh seekor merpati yang membawa sebatang ranting pohon. Kaki merpati itu kotor oleh lumpur. Nabi Nuh menduga air telah surut. Ia bergegas keluar. Ternyata benar, air telah surut. Saat itu, kapal Nabi Nuh terdampar di bukit Judy. Sebuah daerah yang masih termasuk wilayah Negara Armenia. Berdekatan dengan Mesopotamia.

Nabi Nuh dan ketiga putranya yang beriman, Sam, Ham, dan Yafits mengucap syukur kepada Allah SWT. Para pengikut Nabi Nuh juga mengucap syukur. Mereka pun berhamburan turun dari kapal. Binatang-binatang juga tidak ketinggalan. Suara mereka riuh rendah. Semuanya bergembira untuk memulai kehidupan baru dalam naungan rahmat Allah SWT.


Hikmah Kisah

Harta bukanlah ukuran kemuliaan seseorang. Karenanya, janganlah menilai derajat seseorang dari banyaknya harta. Justru, sikap terpuji, seperti jujur dan patuh, yang akan membawa kita kepada kemuliaan.

Selain itu, hati yang tertutup, sulit menerima kebenaran. Jadi, jangan juga menutup hati kita dengan kesombongan. Orang-orang yang beriman dan bertakwa pasti senantiasa dilindungi oleh Allah SWT.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.

Read more » 0 comments

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger