Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan
oleh Allah SWT. Ia juga merupakan nabi pertama yang diciptakan untuk menjadi
khalifah di bumi. Istri Nabi Adam bernama Hawa. Sepanjang hidupnya, Nabi Adam
berdakwah membimbing keturunannya agar taat menyembah Allah SWT. Nabi Adam
wafat di daerah Jabal Abi Qais, Mekah.
Kekhawatiran Malaikat
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka
bertanya, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan
darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia
berfirman, ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Allah SWT Mahakuasa dan Berkehendak. Dia berkehendak
menciptakan manusia untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi. Allah SWT
menyampaikan hal ini kepada para malaikat.
“Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi?”
Namun, para malaikat tidak setuju. Mereka khawatir
manusia tidak akan mampu mengemban amanah sebagai khalifah. Sebaliknya, manusia
hanya akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi.
Para malaikat pun berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan manusia yang akan merusak dan menumpahkan darah di bumi? Sedangkan,
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”
Allah SWT membantah kekhawatiran malaikat dengan
berfirman, “ Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Adam Manusia Pertama
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr
[15]: 26)
Allah SWT melaksanakan kehendak-Nya. Dia menciptakan
Adam dari tanah liat kering lalu diberi bentuk. Setelah itu, ditiupkanlah roh
ciptaan kedalamnya. Akhirnya, terciptalah Adam sebagai manusia pertama dalam
bentuk yang paling baik, tegap, kuat, dan gagah. Ia juga dikaruniai kecerdasan
dan hati nurani yang lembut agar dapat mengemban amanah sebagai khalifah.
Kecerdasan Adam
“Dan Dia ajarkan Adam nama-nama (benda)
semuanya, kemudian Dia perlihatkan semuanya kepada para malaikat seraya
berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku semua nama benda ini jika kamu yang benar!” (QS. Al-Baqarah
[2]: 31)
Allah SWT menghendaki Adam memiliki pengetahuan luas
sehingga mengajarkannya nama-nama semua benda. Pengetahuan itu sangat
dibutuhkan untuk menjalankan tugas sebagai khalifah.
Kemudian, Allah SWT menunjukan kemampuan Adam kepada
para malaikat. Allah SWT bermaksud menguji para malaikat. Dia memerintahkan
para malaikat agar menyebutkan nama-nama semua benda. Namun, para malaikat
tidak mampu menyebutkannya. Mereka berkata, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami.”
Allah SWT memerintahkan Adam agar memberitahu malaikat
nama-nama benda itu, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
itu!”
Adam menyebutkan nama-nama benda itu dengan tepat.
Malaikat kagum dengan kecerdasan dan kemampuan Adam. Mereka pun menyadari
kesalahannya karena sempat meragukan kemampuan manusia (Adam) untuk mengemban
amanah sebagai khalifah.
Pembangkangan Iblis
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman
kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali
iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 34)
Dengan kelebihan yang dimiliki Adam, Allah SWT
memerintahkan para malaikat agar bersujud kepada Adam sebagai tanda
penghormatan. Semua malaikat sujud, tetapi iblis tidak mau karena merasa
dirinya lebih baik daripada Adam.
“Aku lebih baik daripada Adam. Engkau ciptakan aku
dari api, sedangkan Adam dari tanah,” kata iblis.
Sikap iblis mendatangkan kemurkaan Allah SWT yang
membuatnya diusir dari surga. Allah berfirman, “Maka turunlah kamu dari surga
karena tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah!
Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”
Permusuhan Abadi Iblis dengan Adam
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah
menetapkan aku sesat, pasti aku akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang
lurus.” (QS. Al-A`raaf [7]: 16)
Bukannya sadar, iblis justru menyatakan permusuhan
abadi kepada Adam. Ia meminta kepada Allah SWT agar umurnya dipanjangkan sampai
hari kiamat. “Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan,”
pinta iblis.
Permintaan iblis dikabulkan Allah SWT. Dia berfirman,
“Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu.”
Sejak saat itu, iblis menyusun rencana untuk balas
dendam kepada Adam. Ia bersumpah akan menyesatkan Adam dan anak cucunya.
Bagaimanapun caranya, ia harus mendapatkan kawan sebanyak-banyaknya untuk
sama-sama di neraka.
Tinggal di Surga
“Dan Kami berfirman, ‘Wahai Adam!
Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat
(berbagai makanan)yang ada di sana sesukamu. (Tetapi)janganlah kamu mendekati
pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 35)
Adam ditempatkan di surga oleh Allah SWT. Surga adalah
tempat tinggal yang sangat indah dan memesona. Segala kebutuhan dan kesenangan
hidup tersedia. Di surga ada makanan yang lezat, buah-buahan yang ranum, air
sungai yang jernih, pepohonan yang sejuk dan rindang, serta kenikmatan lainnya
yang tidak terbayangkan. Namun, Adam merasa kesepian tinggal sendiri di surga.
Tidak ada teman untuk berbicara dan berbagi. Adam mendambahkan teman hidup.
Allah SWT mengetahui keinginan Adam sehingga
menciptakan Hawa sebagai istri Adam. Adam sangat gembira memperoleh teman
hidup. Seorang istri yang sangat cantik untuk menemaninya tinggal di surga.
Adam dan Hawa hidup bahagia di surga dan menikmati apa saja yang ada di surga.
Kecuali, satu pohon yang terlarang untuk didekati. Apalagi, di makan buahnya.
Ini adalah ketentuan Allah SWT dan tidak boleh dilanggar.
Melanggar Larangan Allah SWT
“Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu
daya. Ketika mereka mencicipi buah pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya,
maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka,
‘ Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa
sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al-A`raaf [7]: 22_23)
Iblis tidak senang dengan kebahagiaan yang dirasakan
Adam dan Hawa. Ia berpikir, Adamlah yang menyebabkan ia dikeluarkan dari surga
dan dilaknat Allah SWT.
“Memang kurang ajar si Adam. Awas, tunggu
pembalasanku,” gerutu iblis.
Iblis mulai menggoda Adam dan Hawa agar memakan buah
pohon terlarang. Adam dan Hawa tidak tergoda bujuk rayu iblis. Namun, iblis
tidak menyerah, ia terus menggoda Adam dan Hawa. Pada suatu kesempatan, iblis
dengan tutur kata yang halus mencoba membujuk Hawa, “Hai Hawa, aku bersumpah
demi kalian telah mendengar rahasia sebelum engkau dan Adam diciptakan.”
“Apakah itu?” Tanya Hawa.
“Tahukah engkau, bahwa kalian tidak akan hidup kekal
di surga. Sesungguhnya, kalian akan dimatikan kembali. Tapi, apabila memakan
buah kuldi, kalian tetap akan kekal,” bujuk sang iblis kepada Hawa.
Akhirnya, Hawa membujuk Nabi Adam untuk memetik buah
terlarang tersebut. Walaupun awalnya menolak, akhirnya Adam mau memetiknya.
Adam dan Hawa telah melanggar larangan Allah SWT. Mereka pun diturunkan ke
bumi.
Turun ke Bumi
“Allah berfirman, ‘Turunlah kamu! Kamu
akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediamanmu dan
kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan.” (QS. Al-A`raaf [7]: 24)
Allah SWT Maha Pengampun dan penerima tobat sehingga
Adam dan Hawa pun diampuni. Akan tetapi, Adam dan Hawa harus turun ke bumi.
Adam dan Hawa turun ke bumi di tempat yang berbeda.
Mereka terpisah sekian lama. Mereka saling mencari dan merindukan satu sama
lain. Akhirnya, pada waktu yang telah ditentukan, Adam dan Hawa dipertemukan
kembali di Padang Arafah. Tepatnya di Jabal Rahmah. Di bumi, tidak sama dengan
di surga. Adam harus bekerja untuk dapat makan. Adam menggarap sawah dan
lading.
Di bumi, Adam juga mengemban amanah sebagai khalifah.
Ia bertugas memakmurkan bumi. Kemudian, Adam
diangkat oleh Allah SWT menjadi nabi dan rasul.
Keturunan Adam dan Hawa
“Dan sungguh kami telah memuliakan anak
cucu Adam….” (QS. Al-Israa`
[17]: 70)
Meskipun kehidupan di bumi berbeda jauh dengan di
surga, Nabi Adam dan Hawa merasa bahagia. Semakin hari, jalinan cinta kasih
antara mereka semakin kuat. Tidak lama kemudian, Hawa pun mengandung dan
melahirkan anak kembar, laki-laki dan perempuan. Mereka diberi nama Qabil dan
Iqlima.
Tidak lama berselang, Hawa mengandung lagi dan
melahirkan anak kembar yang diberi nama Habil dan Labuda. Setelah itu, Hawa
terus melahirkan anak kembar. Menurut sebuah sumber, Hawa melahirkan dua puluh
kali anak kembar. Jadi, jumlah anak Nabi Adam dan Hawa berjumlah empat puluh
orang. Allah SWT telah menganugerahkan keturunan yang banyak kepada Nabi Adam
dan Hawa agar mereka menyebar ke penjuru bumi yang luas untuk memakmurkannya.
Perselisihan Qabil dan Habil
“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang
sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam ketika keduanya
mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil)
diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh
aku pasti membunuhmu. Dia (Habil) berkata, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima
amal dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 27)
Anak-anak Nabi Adam dan Hawa telah tumbuh dewasa.
Habil tumbuh menjadi pemuda yang tampan, berbudi pekerti baik, dan lembut.
Sedangkan, Qabil tumbuh menjadi pemuda yang kurang tampan, berwatak keras, dan
kasar.
Suatu ketika, Adam menerima perintah Allah SWT untuk
menikahkan kedua anak kembarnya. Namun, harus bersilangan. Qabil harus menikah
dengan saudara kembar Habil, Labuda. Sedangkan, Habil harus menikah dengan
saudara kembar Qabil, Iqlima.
Nabi Adam menyampaikan perintah Allah SWT kepada
anak-anaknya. Namun, Qabil menolak. Saat itulah, iblis memanfaatkan situasi
dengan menghasut Qabil agar menentang pernikahan tersebut. Qabil ingin menikah
dengan saudara kembarnya, Iqlima yang berwajah cantik dibandingkan dengan
Labuda.
Qabil merasa lebih berhak atas Iqlima daripada Habil
karena ia saudara kembarnya. Ia tidak rela melepas Iqlima. Sampai mati akan
dipertahankannya.
“Enak saja si Habil mau merebut Iqlima,” gerutu Qabil.
Setelah memperoleh petunjuk dari Allah SWT, Adam memerintahkan
Qabil dan Habil untuk berkurban kepada Allah SWT. Siapa yang kurbannya
diterima, dialah yang berhak menikah dengan Iqlima. Qabil dan Habil
menyetujuinya.
Pada waktu yang telah ditentukan, Qabil dan Habil
berangkat menuju sebuah bukit untuk mempersembahkan kurbannya masing-masing.
Habil mempersembahkan seekor kambing yang sehat dan gemuk. Swdangkan, Qabil
menyiapkan buah-buahan yang busuk dan kering.
Qabil dan Habil meletakkan kurbannya. Kemudian, mereka
beranjak menantikan kurban siapa yang diterima. Setelah beberapa saat,
tiba-tiba muncul seberkas cahaya dari langit. Cahaya itu terang berkilauan dan
melingkupi kambing kurban Habil. Ternyata, kurban Habil yang diterima. Kambing
Habil telah hilang dari tempatnya. Sedangkan, kurban Qabil masih utuh berada
ditempatnya.
Jadi, Habil yang berhak menikah dengan Iqlima. Namun,
Qabil tetap tidak menerima keputusan itu. Rupanya dia telah diperdaya iblis.
Timbul rasa dendam dalam hati Qabil dan berniat membunuh Habil.
Pembunuhan Pertama di Dunia
“Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk
membunuhnya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah ia
termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah [5]: 30)
Qabil betul-betul telah dikuasai iblis. Ia pergi
menuju peternakan Habil untuk membunuhnya. Saat itu Habil sedang beristirahat.
Begitu tiba di sana, Qabil berteriak, “Hai Habil, aku dating untuk
menghabisimu,”
Habil terkejut dengan kedatangan Qabil yang tiba-tiba
disertai amarah yang meledak-ledak. Tapi, dia berusaha tetap tenang. Habil
tidak mau melawan kakaknya, Ia takut kepada Allah SWT.
“Apa salah saya?” Tanya Habil.
“Jangan berlagak lugu. Kamu telah merebut Iqlima
dariku. Kamu harus tanggung akibatnya,” ujar Qabil tampak semakin geram.
“Tenang, Kak. Jangan ikuti bisikan setan. Ingat, setan
telah memperdayai ayah dan ibu kita. Sadarlah!” Habil berusaha menasihati
kakaknya.
Namun, nafsu amarah telah membutakan hati Qabil. Ia
makin bertambah geram dengan kata-kata adiknya. Qabil pun memukulkan sebilah
kayu besar ke kepala Habil berkali-kali hingga Habil tewas.
Setelah Habil tewas, Qabil merasa bingung. Dia tidak
tahu apa yang harus dilakukan dengan mayat adiknya. Pada saat itulah, Allah SWT
mengutus dua ekor burung gagak yang saling berkelahi dan salah satunya mati.
Kemudian, burung gagak itu menggali tanah dan menguburkan burung gagak yang
mati. Qabil pun mengikuti apa yang dilakukan burung gagak itu. Ia menggali
tanah dan menguburkan Habil.
Kini tinggal Qabil sendirian. Ia dicekam rasa berdosa.
Qabil tidak berani pulang kerumahnya. Ia takut ayahnya akan menghukumnya. Akhirnya,
Qabil memutuskan pergi meninggalkan keluarga dan kampong halamannya.
Keturunan Adam Berkembang Pesat
“Wahai manusia, sungguh Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujuraat
[49]: 13)
Peristiwa pembunuhan Habil oleh Qabil akhirnaya
diketahui Nabi Adam dan Hawa. Mereka sangat berduka. Namun, mereka berusaha
tetap tabah. Kemudian, Nabi Adam lebih banyak mencurahkan waktu dan
perhatiannya untuk berdakwah. Ia membimbing anak cucunya agar senantiasa taat
kepada Allah SWT.
Pada usia seribu tahun, Adam wafat di daerah Jabal Abi
Qais, Mekah. Setahun kemudian, Hawa menyusul Adam menghadap Allah SWT. Jenazah
mereka dimakamkan di Jedah, Arab Saudi.
Setelah Nabi Adam dan Hawa wafat, keturunan mereka
terus berkembang dan menyebar ke penjuru bumi. Karena pengaruh cuaca dan iklim
yang berbeda, bentuk tubuh dan warna kulit mereka menjadi berlainan. Ada yang
bertubuh tinggi dan besar, ada pula yang bertubuh pendek dan kecil. Ada yang
berkulit putih, kuning langsat, cokelat, sawo matang dan hitam.
Hikmah Kisah
Sifat sombong, iri, dan dengki adalah sifat yang
sangat dibenci Allah SWT. Sifat sombong telah menyebabkan iblis terusir dari
surga. Karenanya, jauhi sifat sombong. Hal itu, akan menjerumuskan kita kepada
kehinaan.
Selain itu, pada dasarnya manusia juga memiliki sifat
lalai. Karenanya, kita harus senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar terhindar
dari godaan setan yang terkutuk. Kemudian, jika berbuat kesalahan, segeralah
memohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT. Niscaya,Allah SWT akan mengampuni
dosa-dosa kita.
Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul,
Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.