Nabi Ayub AS adalah
nabi kedua belas. Ia adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Pada masa
hidupnya, Nabi Ayub mengalami berbagai ujian yang berat. Namun, pada akhirnya,
Nabi Ayub lulus ujian itu. Allah pun menganugerahkan karunia yang besar kepada
Nabi Ayub atas kesabarannya.
Ayub Diangkat
Menjadi Nabi
“….Dan
Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Yaqub, dan anak cucunya;
Isa, Ayub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan kitab Zabur
kepada Daud.” (QS. An-Nisaa` [4]:
163)
Nabi Ayub diangkat
Allah menjadi nabi dan rasul untuk berdakwah di Hauran dan Tih, wilayah tempat
kelahirannya. Nabi Ayub adalah seorang yang taat beribadah kepada Allah. Harta
kekayaannya yang melimpah tidak membuatnya sombong. Justru ia semakin tekun
beribadah.
Nabi Ayub juga orang
yang gemar bersedekah. Ia sering membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia juga
seorang yang pandai bersyukur. Nabi Ayub selalu menghiasi lisannya dengan
zikir.
Hal ini membuat iblis
panas. Ia tidak senang melihat ketaatan Nabi Ayub. Ia bertekad akan menggoda
Nabi Ayub. Kemudian, iblis menghadap kepada Allah. Ia meminta izin untuk menggoda
dan menguji Nabi Ayub. Allah mengabulkan permohonan iblis. Allah bermaksud
menjadikan Nabi Ayub sebagai teladan bagi umat manusia.
Iblis pun mengumpulkan
anak buahnya untuk menggoda Nabi Ayub. Mereka menyusun rencana agar dapat
menggelincirkan Nabi Ayub.
Kesabarab Nabi
Ayub
“Dan
ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika dia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku
diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.” (QS. Shaad
[38]: 42)
Iblis dan anak buahnya
melancarkan aksi pertamanya. Mereka memusnahkan harta kekayaan Nabi Ayub. Dalam
waktu singkat, seluruh hewan ternak Nabi Ayub meti terkena penyakit aneh.
Kemudian, menyusul kebun-kebun milik Nabi Ayub. Seluruh tanaman yang ada di
dalamnya mati mengering. Buah-buahan membusuk dan berjatuhan.
Tidak lama berselang,
giliran rumah-rumah milik Nabi Ayub yang dimusnahkan iblis. Semuanya hangus
terbakar tanpa sebab yang jelas.
Nabi Ayub menyikapi
ujian yang menimpanya dengan sabar. Ia sama sekali tidak mengeluh. Apalagi
menggugat kepada Allah. Ia menyadari bahwa semua yang ada padanya adalah milik
Allah. Nabi Ayub semakin taat beribadah.
Hal ini membuat iblis
kecewa. Tadinya ia mengira Nabi Ayub akan marah dan menggugat Allah. Sebab,
harta kekayaannya tidak dilindungi-Nya. Ternyata, harapan iblis hanya angan
kosong.
Iblis tidak menyerah.
Ia menyamar sebagai seorang kakek tua dan mendatangi Nabi Ayub. Ia bermaksud
menggoda Nabi Ayub.
“Wahai Ayub, kasihan
sekali nasibmu. Dalam sekejap kau menjadi miskin. Padahal, kau rajin beribadah.
Mengapa Tuhanmu tidak menolongmu sedikit pun. Lantas, buat apa kau
menyembah-Nya?” hasut iblis.
“Semuanya datang dari
Allah dan akan kembali kepada-Nya. Saya bersyukur telah merasakan karunia-Nya
selama ini,” ujar Nabi Ayub.
Iblis kecewa. Usahanya
sia-sia. Tapi, ia tidak menyerah. Kemudian, ia menjalankan rencana kedua. Iblis
dan anak buahnya membunuh anak-anak Nabi Ayub. Saat itu, anak-anak Nabi Ayub
sedang berada di sebuah rumah pengungsian. Iblis dan anak buahnya merobohkan
rumah itu. Semua anak Nabi Ayub tewas tertimbun reruntuhan bangunan.
Iblis kembali datang
kepada Nabi Ayub untuk menghasut. Kali ini dengan menyamar menjadi kenalan Nabi
Ayub.
“Hai Ayub, malang
sekali masibmu. Semua hartamu musnah. Kini, giliran anak-anakmu mati. Rupanya,
Tuhanmu benar-benar tidak memedulikanmu lagi. Sudahlah, berpaling saja
dari-Nya. Percuma kau menyembah-Nya. Toh, Dia tidak menolongmu,” hasut iblis.
“Sesungguhnya
anak-anakku adalah milik Allah. Jika Dia berkehendak mengambilnya, itu adalah
hak-Nya. Saya tetap bersabar dan bersyukur,” tutur Nabi Ayub.
Iblis benar-benar
jengkel. Usahanya kembali gagal. Namun, ia belum menyerah. Ia kembali
melaksanakan aksi selanjutnya. Kali ini, Nabi Ayub sendiri yang menjadi
sasarannya.
Iblis menyuruh anak
buahnya menaburkan bermacam-macam kuman penyakit kesekujur tubuh Nabi Ayub.
Kuman-kuman itu segera bekerja menggerogoti tubuh Nabi Ayub. Tiba-tiba, Nabi
Ayub diserang berbagai penyakit.
Seluruh persendian
tulangnya terasa remuk. Badannya panas dingin. Dadanya terasa sesak dan sakit.
Disusul dengan batuk-batuk yang mengeluarkan darah. Kemudian, semua kulitnya
dipenuhi oleh bintik-bintik merah. Lama-kelamaan, berubah menjadi koreng yang
menyebarkan bau tidak sedap.
Akhirnya, penyakit itu
benar-benar melumpuhkan Nabi Ayub. Ia hanya dapat berbaring di tempat tidur.
Semua kebutuhannya dipenuhi oleh istrinya yang setia, Rahma. Namun, Nabi Ayub
tetap bersabar. Ia tetap beribadah kepada Allah meskipun dalam kondisi sakit
sekalipun.
Pada mulanya,
masyarakat simpati dengan ujian yang menimpa Nabi Ayub. Tapi, lama-kelamaan
mereka mulai menjauh. Bahkan, mereka mengusir Nabi Ayub dan istrinya dari
kampungnya. Sebab, mereka khawatir tertular oleh penyakit Nabi Ayub.
Dengan penuh kesabaran,
Rahma menggendong Nabi Ayub pergi meninggalkan kampung halamannya. Sebenarnya,
Nabi Ayub telah memberikan kebebasan kepada Rahma jika ingin meninggalkannya.
Namun, Rahma memilih tetap setia mendampingi Nabi Ayub.
Untuk mempertahankan
hidup, Rahma menjual perhiasan miliknya yang masih tersisa. Ketika perhiasannya
habis, ia rela bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan suaminya.
Mereka senantiasa bersabar menghadapi ujian tersebut. Mereka tetap taat
beribadah kepada Allah.
Melihat hal itu, iblis
kecewa berat. Usahanya menemui jalan buntu. Ia tidak tahu lagi bagaimana harus
menggoda Nabi Ayub. Segala cara telah dikerahkannya. Namun, tidak berhasil
menggoyahkan keimanan Nabi Ayub.
Nabi Ayub
Sembuh dari Penyakitnya
“Maka
Kami kabulkan doanya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipatgandakan jumlah mereka)
sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Kami.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]:
84)
Semakin hari, penyakit
Nabi Ayub semakin parah. Tidak terasa, telah tujuh tahun Nabi Ayub sakit parah.
Selama itu pula, Rahma setia mendampingi dan merawat Nabi Ayub.
Suatu hari, Rahma
mengusulkan kepada suaminya agar berdoa memohon kesembuhan kepada Allah. Ia tidak
tega melihat kondisi suaminya yang semakin payah. Namun, Nabi Ayub menolaknya.
Ia merasa malu untuk memohon kesembuhan. Ia baru sakit selama tujuh tahun.
Sementara, ia telah merasakan kesehatan dan kekayaan yang dianugerahkan
kepadanya selama delapan puluh tahun.
Nabi Ayub tetap
beribadah kepada Allah meskipun dalam kondisi yang sangat payah. Iblis semakin
geram dengan kesabaran Nabi Ayub. Dengan sia-sia semangat, iblis mencoba
menggoda Rahma.
“Hai Rahma, tinggalkan
saja suamimu. Lihatlah kondisinya. Tidak ada harapan sembuh. Jangan kau buang
waktumu untuk bersusah payah mengurusnya,” bujuk iblis.
Rahma sempat berpikir
untuk meninggalkan suaminya saat keluar rumah untuk membeli makanan. Saat itu,
Nabi Ayub memanggil istrinya. Tidak ada suara menyahut karena Rahma sedang
keluar rumah. Nabi Ayub berulang kali memanggil, tapi tetap tidak ada jawaban.
Nabi Ayub berpikir
istrinya telah meninggalkannya. Ia berjanji akan mencambuk istrinya seratus
kali jika kembali lagi. Nabi Ayub berdoa kepada Allah memohon kesembuhan.
Allah mengabulkan doa
Nabi Ayub. Allah memerintahkan Nabi Ayub agar menghantamkan kakinya ke tanah.
Kemudian, memancurlah air. Allah menyuruh Nabi Ayub agar mandi dan minum dengan
air itu.
Nabi Ayub pun mandi
dan meminum air itu. Seketika penyakitnya sembuh. Badannya telah sehat kembali.
Wajahnya pun Nampak lebih segar dan berseri.
Tidak berapa lama,
istri Nabi Ayub pulang. Ia sangat terkejut mendapati seorang laki-laki tidak
dikenal di rumahnya. Ia mencari-cari suaminya namun tidak ketemu.
“Siapa kau? Di mana
suamiku?” Tanya Rahma.
“Akulah Ayub, suamimu.
Allah telah menyembuhkan penyakitku,” jawab Nabi Ayub.
Rahma sangat senang
melihat keadaan suaminya sekarang. Kemudian, ia menunduk dan meminta maaf
kepada suaminya. Ia merasa bersalah karena sempat berpikir untuk
meninggalkannya.
Nabi Ayub memaafkan
istrinya. Kemudian, ia teringat dengan janjinya. Padahal, ia tidak tega
mencambuk istrinya. Saat itu, Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk mencabut
segenggam rumput. Kemudian, Nabi Ayub mencambuk istrinya dengan rumput itu.
Anugerah Allah
kepada Nabi Ayub
“Dan
Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami
lipatgandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang berpikiran sehat.” (QS. Shaad [38]: 43)
Allah memberikan
anugerah yang besar kepada Nabi Ayub atas kesabarannya dalam menghadapi ujian.
Nabi Ayub kembali dianugerahi kekayaan dan keturunan seperti sediakala. Bahkan,
lebih banyak dari sebelumnya.
Nabi Ayub hidup
bahagia bersama anak dan istrinya. Ia bersyukur dapat melalui ujian yang
diberikan Allah dengan baik. Ia terus melanjutkan tugas dakwahnya. Menyebarkan
agama Allah kepada kaumnya.
Hikmah
Kisah
Dari kisah di atas,
kita dapat mengambil hikmahnya bahwa jangan sampai kita tergoda oleh tipu daya
setan. Sebab, setan akan membuat kita semakin terpuruk. Jadi, bersabarlah
karena itu kunci menghadapi berbagai ujian.
Kisah ini diambil dari
buku yang berjudul Kisah Menakjubkan
25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian
semua.
Read more »
2 comments:
kerennn
Mantap. Harus kuat jadi orang, jangan mudah terpengaruh. terimakasih
menang BERSAMA
Hidup Adalah Perjuangan
Post a Comment