Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Ayub AS

Nabi Ayub AS adalah nabi kedua belas. Ia adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Pada masa hidupnya, Nabi Ayub mengalami berbagai ujian yang berat. Namun, pada akhirnya, Nabi Ayub lulus ujian itu. Allah pun menganugerahkan karunia yang besar kepada Nabi Ayub atas kesabarannya.

Ayub Diangkat Menjadi Nabi
“….Dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Yaqub, dan anak cucunya; Isa, Ayub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan kitab Zabur kepada Daud.” (QS. An-Nisaa` [4]: 163)

Nabi Ayub diangkat Allah menjadi nabi dan rasul untuk berdakwah di Hauran dan Tih, wilayah tempat kelahirannya. Nabi Ayub adalah seorang yang taat beribadah kepada Allah. Harta kekayaannya yang melimpah tidak membuatnya sombong. Justru ia semakin tekun beribadah.

Nabi Ayub juga orang yang gemar bersedekah. Ia sering membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia juga seorang yang pandai bersyukur. Nabi Ayub selalu menghiasi lisannya dengan zikir.

Hal ini membuat iblis panas. Ia tidak senang melihat ketaatan Nabi Ayub. Ia bertekad akan menggoda Nabi Ayub. Kemudian, iblis menghadap kepada Allah. Ia meminta izin untuk menggoda dan menguji Nabi Ayub. Allah mengabulkan permohonan iblis. Allah bermaksud menjadikan Nabi Ayub sebagai teladan bagi umat manusia.

Iblis pun mengumpulkan anak buahnya untuk menggoda Nabi Ayub. Mereka menyusun rencana agar dapat menggelincirkan Nabi Ayub.

Kesabarab Nabi Ayub
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika dia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.” (QS. Shaad [38]: 42)

Iblis dan anak buahnya melancarkan aksi pertamanya. Mereka memusnahkan harta kekayaan Nabi Ayub. Dalam waktu singkat, seluruh hewan ternak Nabi Ayub meti terkena penyakit aneh. Kemudian, menyusul kebun-kebun milik Nabi Ayub. Seluruh tanaman yang ada di dalamnya mati mengering. Buah-buahan membusuk dan berjatuhan.

Tidak lama berselang, giliran rumah-rumah milik Nabi Ayub yang dimusnahkan iblis. Semuanya hangus terbakar tanpa sebab yang jelas.

Nabi Ayub menyikapi ujian yang menimpanya dengan sabar. Ia sama sekali tidak mengeluh. Apalagi menggugat kepada Allah. Ia menyadari bahwa semua yang ada padanya adalah milik Allah. Nabi Ayub semakin taat beribadah.

Hal ini membuat iblis kecewa. Tadinya ia mengira Nabi Ayub akan marah dan menggugat Allah. Sebab, harta kekayaannya tidak dilindungi-Nya. Ternyata, harapan iblis hanya angan kosong.

Iblis tidak menyerah. Ia menyamar sebagai seorang kakek tua dan mendatangi Nabi Ayub. Ia bermaksud menggoda Nabi Ayub.

“Wahai Ayub, kasihan sekali nasibmu. Dalam sekejap kau menjadi miskin. Padahal, kau rajin beribadah. Mengapa Tuhanmu tidak menolongmu sedikit pun. Lantas, buat apa kau menyembah-Nya?” hasut iblis.

“Semuanya datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Saya bersyukur telah merasakan karunia-Nya selama ini,” ujar Nabi Ayub.

Iblis kecewa. Usahanya sia-sia. Tapi, ia tidak menyerah. Kemudian, ia menjalankan rencana kedua. Iblis dan anak buahnya membunuh anak-anak Nabi Ayub. Saat itu, anak-anak Nabi Ayub sedang berada di sebuah rumah pengungsian. Iblis dan anak buahnya merobohkan rumah itu. Semua anak Nabi Ayub tewas tertimbun reruntuhan bangunan.

Iblis kembali datang kepada Nabi Ayub untuk menghasut. Kali ini dengan menyamar menjadi kenalan Nabi Ayub.

“Hai Ayub, malang sekali masibmu. Semua hartamu musnah. Kini, giliran anak-anakmu mati. Rupanya, Tuhanmu benar-benar tidak memedulikanmu lagi. Sudahlah, berpaling saja dari-Nya. Percuma kau menyembah-Nya. Toh, Dia tidak menolongmu,” hasut iblis.

“Sesungguhnya anak-anakku adalah milik Allah. Jika Dia berkehendak mengambilnya, itu adalah hak-Nya. Saya tetap bersabar dan bersyukur,” tutur Nabi Ayub.

Iblis benar-benar jengkel. Usahanya kembali gagal. Namun, ia belum menyerah. Ia kembali melaksanakan aksi selanjutnya. Kali ini, Nabi Ayub sendiri yang menjadi sasarannya.

Iblis menyuruh anak buahnya menaburkan bermacam-macam kuman penyakit kesekujur tubuh Nabi Ayub. Kuman-kuman itu segera bekerja menggerogoti tubuh Nabi Ayub. Tiba-tiba, Nabi Ayub diserang berbagai penyakit.

Seluruh persendian tulangnya terasa remuk. Badannya panas dingin. Dadanya terasa sesak dan sakit. Disusul dengan batuk-batuk yang mengeluarkan darah. Kemudian, semua kulitnya dipenuhi oleh bintik-bintik merah. Lama-kelamaan, berubah menjadi koreng yang menyebarkan bau tidak sedap.

Akhirnya, penyakit itu benar-benar melumpuhkan Nabi Ayub. Ia hanya dapat berbaring di tempat tidur. Semua kebutuhannya dipenuhi oleh istrinya yang setia, Rahma. Namun, Nabi Ayub tetap bersabar. Ia tetap beribadah kepada Allah meskipun dalam kondisi sakit sekalipun.

Pada mulanya, masyarakat simpati dengan ujian yang menimpa Nabi Ayub. Tapi, lama-kelamaan mereka mulai menjauh. Bahkan, mereka mengusir Nabi Ayub dan istrinya dari kampungnya. Sebab, mereka khawatir tertular oleh penyakit Nabi Ayub.

Dengan penuh kesabaran, Rahma menggendong Nabi Ayub pergi meninggalkan kampung halamannya. Sebenarnya, Nabi Ayub telah memberikan kebebasan kepada Rahma jika ingin meninggalkannya. Namun, Rahma memilih tetap setia mendampingi Nabi Ayub.

Untuk mempertahankan hidup, Rahma menjual perhiasan miliknya yang masih tersisa. Ketika perhiasannya habis, ia rela bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan suaminya. Mereka senantiasa bersabar menghadapi ujian tersebut. Mereka tetap taat beribadah kepada Allah.

Melihat hal itu, iblis kecewa berat. Usahanya menemui jalan buntu. Ia tidak tahu lagi bagaimana harus menggoda Nabi Ayub. Segala cara telah dikerahkannya. Namun, tidak berhasil menggoyahkan keimanan Nabi Ayub.

Nabi Ayub Sembuh dari Penyakitnya
“Maka Kami kabulkan doanya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipatgandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 84)

Semakin hari, penyakit Nabi Ayub semakin parah. Tidak terasa, telah tujuh tahun Nabi Ayub sakit parah. Selama itu pula, Rahma setia mendampingi dan merawat Nabi Ayub.

Suatu hari, Rahma mengusulkan kepada suaminya agar berdoa memohon kesembuhan kepada Allah. Ia tidak tega melihat kondisi suaminya yang semakin payah. Namun, Nabi Ayub menolaknya. Ia merasa malu untuk memohon kesembuhan. Ia baru sakit selama tujuh tahun. Sementara, ia telah merasakan kesehatan dan kekayaan yang dianugerahkan kepadanya selama delapan puluh tahun.

Nabi Ayub tetap beribadah kepada Allah meskipun dalam kondisi yang sangat payah. Iblis semakin geram dengan kesabaran Nabi Ayub. Dengan sia-sia semangat, iblis mencoba menggoda Rahma.

“Hai Rahma, tinggalkan saja suamimu. Lihatlah kondisinya. Tidak ada harapan sembuh. Jangan kau buang waktumu untuk bersusah payah mengurusnya,” bujuk iblis.

Rahma sempat berpikir untuk meninggalkan suaminya saat keluar rumah untuk membeli makanan. Saat itu, Nabi Ayub memanggil istrinya. Tidak ada suara menyahut karena Rahma sedang keluar rumah. Nabi Ayub berulang kali memanggil, tapi tetap tidak ada jawaban.

Nabi Ayub berpikir istrinya telah meninggalkannya. Ia berjanji akan mencambuk istrinya seratus kali jika kembali lagi. Nabi Ayub berdoa kepada Allah memohon kesembuhan.

Allah mengabulkan doa Nabi Ayub. Allah memerintahkan Nabi Ayub agar menghantamkan kakinya ke tanah. Kemudian, memancurlah air. Allah menyuruh Nabi Ayub agar mandi dan minum dengan air itu.

Nabi Ayub pun mandi dan meminum air itu. Seketika penyakitnya sembuh. Badannya telah sehat kembali. Wajahnya pun Nampak lebih segar dan berseri.

Tidak berapa lama, istri Nabi Ayub pulang. Ia sangat terkejut mendapati seorang laki-laki tidak dikenal di rumahnya. Ia mencari-cari suaminya namun tidak ketemu.

“Siapa kau? Di mana suamiku?” Tanya Rahma.

“Akulah Ayub, suamimu. Allah telah menyembuhkan penyakitku,” jawab Nabi Ayub.

Rahma sangat senang melihat keadaan suaminya sekarang. Kemudian, ia menunduk dan meminta maaf kepada suaminya. Ia merasa bersalah karena sempat berpikir untuk meninggalkannya.

Nabi Ayub memaafkan istrinya. Kemudian, ia teringat dengan janjinya. Padahal, ia tidak tega mencambuk istrinya. Saat itu, Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk mencabut segenggam rumput. Kemudian, Nabi Ayub mencambuk istrinya dengan rumput itu.

Anugerah Allah kepada Nabi Ayub
“Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipatgandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.” (QS. Shaad [38]: 43)

Allah memberikan anugerah yang besar kepada Nabi Ayub atas kesabarannya dalam menghadapi ujian. Nabi Ayub kembali dianugerahi kekayaan dan keturunan seperti sediakala. Bahkan, lebih banyak dari sebelumnya.

Nabi Ayub hidup bahagia bersama anak dan istrinya. Ia bersyukur dapat melalui ujian yang diberikan Allah dengan baik. Ia terus melanjutkan tugas dakwahnya. Menyebarkan agama Allah kepada kaumnya.


Hikmah Kisah

Dari kisah di atas, kita dapat mengambil hikmahnya bahwa jangan sampai kita tergoda oleh tipu daya setan. Sebab, setan akan membuat kita semakin terpuruk. Jadi, bersabarlah karena itu kunci menghadapi berbagai ujian.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

2 comments:

Aaliyah Shakira said... August 14, 2015 at 5:29 AM

kerennn

Hidup Adalah Perjuangan said... February 22, 2016 at 10:10 AM

Mantap. Harus kuat jadi orang, jangan mudah terpengaruh. terimakasih
menang BERSAMA
Hidup Adalah Perjuangan

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger