Nabi Yusuf AS adalah
nabi kesebelas. Ia adalah putra Nabi Yaqub dari istrinya yang bernama Rahiel.
Yusuf mengalami berbagai ujian sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul.
Kemudian, Yusuf diangkat menjadi nabi dan berdakwah di Mesir. Di Mesir, Nabi
Yusuf juga menjadi pejabat tinggi kerajaan. Nabi Yusuf wafat di Nablus,
Palestina.
Mimpi Yusuf
“(Ingatlah)
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi)
melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf [12]: 4)
Pada suatu malam,
Yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya.
Ia sangat terkesan dengan mimpinya.
Esok harinya, Yusuf
mendatangi ayahnya. Ia menceritakan mimpinya semalam. Nabi Yaqub sangat senang
mendengar cerita Yusuf. Ia merasa mimpi yang dialami Yusuf bukan mimpi biasa.
Mimpi itu adalah isyarat bahwa kelak Yusuf akan menjadi orang yang mulia.
Nabi Yaqub berpesan
kepada Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya.
Nabi Yaqub khawatir saudara-saudara Yusuf akan mencelakakan Yusuf jika
mengetahui mimpi itu.
Rencana Keji
“Bunuhlah
Yusuf atau buanglah ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan
setelah itu kamu menjadi orang yang baik.” (QS. Yusuf
[12]: 9)
Nabi Yaqub sangat
menyayangi Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Ia memberikan perhatian yang besar
kepada Yusuf dan Bunyamin. Hal ini bisa dimaklumi karena ibunda mereka, Rahiel,
telah meninggal.
Ternyata, hal ini
menimbulkan kecemburuan pada anak-anak Nabi Yaqub yang lain. Mereka merasa Nabi
Yaqub tidak adil dalam memberikan kasih sayang. Kemudian, mereka sepakat
menyusun rencana untuk mencelakai Yusuf.
“Kita bunuh saja Yusuf
atau kita buang di tempat yang jauh. Kalau Yusuf sudah tidak ada, tentu kasih
sayang ayah akan tercurah kepada kita,” usul salah seorang di antara mereka.
Namun, Yahuza tidak
sependapat, “Saya setuju Yusuf harus disingkirkan. Tapi, tidak dengan dibunuh.
Saran saya, masukkan saja Yusuf ke dalam sumur. Para kafilah akan menemukannya.
Bukankah para kafilah pasti akan mengambil air? Sangat mungkin mereka akan
menjual Yusuf sebagai budak,” usul Yahuza.
Mereka sepakat dengan
usul Yahuza. Mereka menghadap Nabi Yaqub. Mereka meminta izin untuk mengajak
Yusuf bermain di tepi hutan. Di sana, pemandangannya sangat indah.
Awalnya, Nabi Yaqub
tidak mengizinkan karena mendapat firasat buruk. Namun, karena terus-menerus
didesak, Nabi Yaqub mengalah. Ia mengizinkan Yusuf diajak bermain oleh mereka.
Nabi Yaqub berpesan agar menjaga Yusuf dengan baik.
Yusuf Dibuang
di Sumur
“Maka
ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkan ke dasar sumur, Kami wahyukan
kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka,
sedang mereka tidak menyadari.” (QS.Yusuf [12]: 15)
Esok harinya, mereka
berangkat membawa Yusuf ke tempat yang sudah direncanakan. Mereka berjalan
sangat jauh. Hingga akhirnya, mereka sampai di tepi hutan yang biasa dilalui
o;eh kafilah. Di sana, terdapat sebuah sumur yang airnya tidak dalam.
Kemudian, mereka
memegang Yusuf erat-erat. Sementara, yang lainnya melepas baju Yusuf. Yusuf
berontak dan berusaha melawan. Namun, usahanya sia-sia. Tenaga
saudara-saudaranya terlalu kuat. Mereka pun mengangkat Yusuf dan memasukkannya
ke dalam sumur.
Mereka bergegas
pulang. Sesampainya di rumah, mereka berpura-pura sedih dan menangis. Mereka
menyampaikan kepada ayahnya bahwa Yusuf tewas diterkam binatang buas. Mereka
menunjukkan baju Yusuf yang telah mereka cabik-cabik dan dilumuri dengan darah
kelinci sebagai bukti.
Hancur luluh hati Nabi
Yaqub mendengarnya. Tulangnya terasa remuk redam. Nabi Yaqub sebenarnya tidak
percaya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak selain bersabar. Ia yakin Yusuf
senantiasa dalam lindungan Allah. Ia juga yakin suatu hari kebenaran ini akan
terkuak.
Yusuf Dijual
Sebagai Budak
“Dan
mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga murah, yaitu beberapa dirham saja, sebab
mereka tidak tertarik kepadanya.” (QS. Yusuf [12]: 20)
Sudah dua hari Yusuf
berada dalam sumur. Yusuf berusaha memanjat, tapi tidak berhasil. Tebing sumur
itu terlalu curam. Keadaan sunyi senyap. Dari kejauhan terdengar lolongan
binatang buas. Bintang-bintang memandangi Yusuf penuh iba.
Yusuf senantiasa
berdoa kepada Allah. Ia memohon agar diselamatkan dari sumur ini. Allah
mendengar doa Yusuf sehingga menurunkan wahyu kepadanya bahwa ia akan selamat.
Kelak, Yusuf akan menceritakan peristiwa ini kepada saudara-saudaranya.
Sedangkan, mereka sudah melupakannya.
Esok harinya,
serombongan kafilah melewati tempat itu. Salah seorang di antara mereka mengambil
air. Namun, ia terkejut ketika mendapati Yusuf dalam timbanya. Kemudian, mereka
sepakat menjual Yusuf di pasar budak.
Sesampainya di pasar
budak, Yusuf dibeli oleh Qitfir al-Aziz, seorang menteri kerajaan Mesir. Qitfir
sangat tertarik kepada Yusuf yang berwajah rupawan. Selain itu, budi pekertinya
juga sangat halus.
Qitfir menunjukkan
Yusuf kepada istrinya, Zulaikha. “Wahai istriku, lihatlah budak yang kubawa
ini. Seorang budak yang rupawan. Halus tutur katanya. Berikanlah ia pakaian dan
tempat yang baik. Jika kau mau, kita angkat ia menjadi anak.”
Menghadapi
Godaan
“Dan
perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia
menutup pintu-pintu, lalu berkata, ‘Marilah mendekat kepadaku.’ Yusuf berkata,
‘Aku berlindung kepada Allah. Sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan
baik.’Sesungguhnya orang yang zhalim itu tidak beruntung.” (QS. Yusuf [12]: 23)
Sejak saat itu, Yusuf
tinggal di rumah Qitfir dan Zulaikha. Yusuf bekerja dengan baik, cekatan, dan
penuh tanggung jawab. Segala tugas yang dipercayakan kepadanya diselesaikan
dengan baik. Qitfir makin sayang kepadanya. Ia sudah menganggap Yusuf seperti
anaknya sendiri.
Yusuf tumbuh menjadi
seorang pemuda yang gagah dan tampan. Ketampanannya tiada bandingannya. Di
sinilah ujian itu bermula. Zulaikha rupanya terpikat oleh ketampanan dan
kepribadian Yusuf. Wajah Yusuf selalu terbayang di matanya. Ia mabuk kepayang.
Suatu hari, saat
Qitfir sedang berdinas, Zulaikha memanggil Yusuf ke kamarnya. Yusuf memenuhi
panggilan majikannya. Namun, ternyata Zulaikha bermaksud lain. Ia mengunci
kamar dan menggoda Yusuf.
Yusuf berontak dan
berlari keluar kamar. Namun, Zulaikha menarik baju Yusuf sehingga robek di
bagian punggungnya. Ketika Yusuf membuka pintu, muncullah Qitfir. Yusuf dan
Zulaikha pun sama-sama terkejut.
Zulaikha segera
menuduh Yusuf hendak berbuat jahat kepadanya. Yusuf membantahnya. Terjadilah
perdebatan antara Yusuf dan Zulaikha. Masing-masing membela diri.
Saat itu, Qitfir
bersama kemenakan Zulaikha. Qitfir meminta pertimbangannya. “Jika baju Yusuf
robek di bagian depan, berarti Zulaikha yang benar. Tapi jika robek di bagian
belakang, Yusuf yang benar,” terangnya.
Ternyata baju Yusuf
robek di bagian belakang. Jelaslah Zulaikha yang bersalah. Qitfir menyuruh
Zulaikha untuk bertobat dan memohon ampun. Qitfir juga meminta Yusuf agar tidak
menceritakan hal ini kepada siapa pun. Yusuf menyanggupinya.
Perjamuan
Zulaikha
“Dan
perempuan-perempuan di kota berkata, ‘Istri al-Aziz menggoda dan merayu
pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuat mabuk
cinta. Kami pasti memandang dia dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Yusuf [12]: 30)
Serapat-rapatnya
bangkai ditutupi, pasti akan tercium juga baunya. Demikian pula dengan kasus
antara Zulaikha dan Yusuf. Meskipun ditutup-tutupi, akhirnya ketahuan juga.
Istri-istri pejabat kerajaan mulai membicarakan Zulaikha.
Telinga Zulaikha panas
mendengarnya. Ia merasa dipermalukan oleh istri-istri pejabat kerajaan itu.
Zulaikha menyusun rencana untuk membalas perlakuan mereka.
Suatu hari, Zulaikha
mengundang istri-istri pejabat kerajaan ke rumahnya. Ia menghidangkan berbagai
jenis buah-buahan. Setiap orang diberikan pisau untuk mengupas buah-buahan itu.
Istri-istri
pejabat itu mulai mengupas buah-buahan.
Saat itulah, Zulaikha menyuruh Yusuf berjalan di depan mereka. Apa yang
terjadi? Wanita-wanita itu terpesona dengan ketampanan Yusuf. Sampai-sampai
mereka tidak sadar pisau yang mereka pegang mengiris jari-jemarinya.
“Inilah Yusuf yang
sering kalian bicarakan itu. Dialah yang menyebabkan aku menjadi bahan ejekan
kalian. Ketampanan dan kepribadiannya membuat aku mabuk kepayang. Tapi,
ternyata aku tidak sendirian. Kalian juga ternyata terpesona oleh Yusuf.
Bahkan, kalian tidak menyadari telah mengiris jari-jemari kalian sendiri,” ujar
Zulaikha.
Istri-istri pejabat
itu segera tersadar. Mereka segera membalut jari-jemarinya. Mereka merasa malu.
Peristiwa itu membuat
Yusuf khawatir. Ia takut terpedaya oleh godaan wanita-wanita cantik itu. Maka,
ia pun berdoa,”Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan
cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentu aku termasuk orang yang
bodoh.”
Yusuf
Dipenjara
“Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku
tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS.Yusuf [12]: 33)
Suatu hari, Zulaikha
meminta suaminya agar memenjarakan Yusuf. Ia tidak sanggup setiap hari melihat
Yusuf. Ia khawatir tidak mampu menahan diri.
Qitfir serba salah. Ia
tidak tega memenjarakan Yusuf karena memang tidak bersalah. Namun, demi
kebaikan istrinya dan memulihkan nama baik keluarganya, ia memenuhi permintaan
Zulaikha. Ia membuat surat keputusan penangkapan Yusuf. Tuduhannya adalah
mencemarkan nama baik keluarga Qitfir.
Yusuf tidak menolak
penangkapan dirinya. Ia menganggap ini adalah bentuk pengabulan doanya. Ia rela
masuk penjara. Saat dalampenjara inilah Yusuf diangkat menjadi nabi dan rasul.
Yusuf dikaruniai berbagai mukjizat. Salah satunya kemampuan menakwilkan
(menafsirkan) mimpi.
Berdakwah
dalam Penjara
“Dia
(Yusuf) berkata, ‘Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah
dapat menerangkan takwilnya sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian
dari yang diajarkan Tuhan kepadaku….” (QS.Yusuf
[12]: 37)
Nabi Yusuf menjalankan
tugas dakwahnya. Ia menyeru penghuni penjara agar hanya menyembah kepada Allah.
Jangan sekali-kali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Namun, mereka tidak
lantas percaya dan meminta Nabi Yusuf menunjukkan bukti bahwa ia seorang nabi
dan rasul.
“Aku mampu mengetahui
makanan apa yang akan kalian terima. Apa saja jenisnya, dan berapa banyak
jumlahnya,” tegas Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf pun
menyebutkannya dengan detail. Ternyata, apa yang dikatakan Nabi Yusuf terbukti.
Makanan yang diberikan oleh penjaga penjara sama persis dengan yang disebutkan
Nabi Yusuf. Melihat kejadian itu, sebagian ada yang beriman dan mengikuti
ajaran Nabi Yusuf. Sebagian lagi tetap menolak.
Suatu hari, dua orang
tahanan mantan pelayan raja bermimpi. Mereka menanyakan arti mimpi mereka
kepada Nabi Yusuf.
“Wahai Yusuf, saya
bermimpi berada di tengah kebun anggur. Lalu, saya memeras dan menghidangkannya
kepada raja. Apakah arti mimpi saya itu?” Tanya salah seorang dari keduanya.
Sementara, seorang
lainnya bercerita, “Saya bermimpi membawa keranjang berisi roti dan menaruhnya
di kepala saya. Lalu, tiba-tiba datang burung yang menyambar roti saya. Apa
arti mimpi saya itu.”
Nabi Yusuf menjelaskan
arti mimpi pelayan pertama,”Berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh dari
Allah, kamu akan segera bebas dan bekerja lagi sebagai pelayan raja.”
Setelah itu, beliau
menjelaskan arti mimpi pelayan kedua,”Kau akan dijatuhi hukuman mati dengan
disalib. Lalu, burung-burung akan memakan sebagian kepalamu.”
Beberapa hari
kemudian, perkataan Nabi Yusuf terbukti. Nabi Yusuf berpesan kepada pelayan
yang selamat agar menyampaikan kepada raja bahwa dirinya tidak bersalah. Ia
masuk ke penjara karena memelihara nama baik keluarga Qitfir, bukan karena
berbuat kejahatan. Namun, pelayan itu tidak menyampaikan pesan Nabi Yusuf
kepada raja. Setan telah membuatnya lupa. Akibatnya, Nabi Yusuf mendekam dalam
penjara selama bertahun-tahun.
Menakwilkan
(Menafsirkan) Mimpi Raja
“Dan
berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada
Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, ‘Aku akan memberitahukan kepadamu
tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku
(kepadanya).” (QS. Yusuf [12]: 45)
Pada suatu malam, Raja
Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi
betina gemuk-gemuk di makan oleh tujuh ekor sapi betina kurus-kurus. Tujuh
tangkai gandum hijau segar dan tujuh tangkai gandum kering.
Raja gelisah
memikirkan mimpinya. Esok harinya, raja mengumpulkan semua pejabat kerajaan.
Kemudian, ia menceritakan mimpinya kepada mereka. Raja meminta pendapat mereka
tentang mimpinya itu.
“Saya rasa itu hanya
mimpi biasa, paduka. Tidak memiliki arti apa-apa. Sekedar bunga tidur,” jawab
salah seorang di antara mereka.
Raja tidak puas dengan
jawaban tersebut. Ia yakin mimpinya memiliki arti khusus. Pembicaraan itu
didengar oleh pelayan raja yang pernah satu penjara dengan Nabi Yusuf. Ia
memberanikan diri menghadap raja. Ia mengatakan bahwa di dalam penjara ada
seorang yang ahli menakwilkan (menafsirkan) mimpi bernama Yusuf. Ia meminta
izin kepada raja menemui Yusuf untuk menanyakan arti mimpi itu. Raja pun mengizinkannya.
Pelayan itu segera
menemui Nabi Yusuf. Ia menceritakan mimpi raja kepada Nabi Yusuf. Nabi Yusuf
merenung sebentar menunggu wahyu. Kemudian, ia menerangkan, “Mesir akan
mengalami masa subur selama tujuh tahun. Tetapi, tujuh tahun berikutnya Mesir
akan mengalami kekeringan. Karenanya, bercocok tanamlah pada musim subur dengan
baik. Kemudian, simpan hasilnya sebagian untuk bekal saat musim kemarau. Dengan
begitu, semoga rakyat Mesir tidak kelaparan.”
Pelayan itu segera
kembali menemui raja. Ia menyampaikan penjelasan Nabi Yusuf tentang arti mimpi
raja. Raja sangat senang mendengar penjelasan itu. Ia merasa tafsir mimpi yang
diberikan Yusuf masuk akal. Sebagai ucapan terima kasih, raja membuat keputusan
pembebasan Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf
Bebas dari Penjara
“(Yusuf
berkata), ‘Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa aku
benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah) dan bahwa
Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS.Yusuf [12]: 52)
Petugas penjara
memanggil Nabi Yusuf. Mereka mengatakan bahwa hari ini Nabi Yusuf bebas. Raja
telah mengeluarkan surat pembebasannya. Namun, Nabi Yusuf menolaknya sebelum
nama baiknya dibersihkan. Permintaan Nabi Yusuf disampaikan kepada raja.
Kemudian, raja
mengumpulkan semua orang yang terlibat dalam peristiwa itu, termasuk Zulaikha.
Raja menanyakan kejadian yang sebenarnya. Dengan alasan apa Yusuf dipenjarakan.
“Yusuf tidak bersalah.
Ia adalah orang yang suci dan bersih. Sayalah yang menyuruh suami saya
memenjarakan Yusuf untuk menjaga nama baik keluarga kami,” terang Zulaikha.
Saat itu, suami
Zulaikha telah meninggal karena penyakit yang telah lama diidapnya. Karena
penyakit itu pula, meskipun telah bertahun-tahun menikah dengan Qitfir,
Zulaikha masih tetap gadis.
Istri-istri pejabat
Mesir juga memberikan keterangan bahwa Yusuf tidak bersalah. Merekalah yang
mempermainkannya. Akhirnya, Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara. Pengakuan
Zulaikha dan istri-istri pejabat kerajaan disebarluaskan. Dengan demikian, nama
baik Yusuf telah pulih.
Nabi Yusuf
Diangkat Menjadi Pejabat Kerajaan
“….Ketika
dia (raja) telah bercakap-cakap dengannya, dia (raja) berkata, ‘Sesungguhnya
kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan
kami dan dipercaya.” (QS.Yusuf [12]: 54)
Raja meminta Nabi
Yusuf untuk menghadapnya. Nabi Yusuf memenuhi panggilan raja. Terjadilah
perbincangan serius antara raja dan Nabi Yusuf. Raja menawarkan jabatan di
pemerintahan kepada Nabi Yusuf.
“Kalau memang engkau
percaya kepadaku, angkatlah aku menjadi bendaharawan negara. Sebab, aku mampu
mengemban amanah dan ahli di bidang itu,” ujar Nabi Yusuf.
Raja tidak keberatan.
Bahkan, raja bermaksud mengangkat Nabi Yusuf menjadi wakil raja. Nabi Yusuf
diberikan kewenangan penuh untuk menjalankan pemerintahan. Ia diberikan tugas
untuk menyiapkan Mesir menghadapi musim kemarau panjang.
Nabi Yusuf bekerja
keras melaksanakan amanat raja. Ia membangun saluran irigasi, lumbung-lumbung
penyimpanan gandum, dan waduk-waduk raksasa untuk menyimpan air.
Di bawah
kepemimpinannya, Mesir menjadi negeri yang makmur dan sejahtera. Hasil panen
melimpah ruah. Kemudian, hasil panen itu dikelola dengan baik. Disimpan di
lumbung-lumbung sebagai bekal menghadapi musim kemarau yang panjang.
Selain itu, Nabi Yusuf
juga giat berdakwah. Ia menyampaikan ajaran Allah. Pengikutnya semakin hari
semakin bertambah. Mereka sangat terkesan dengan pengetahuan dan kehalusan budi
pekerti Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf
Bertemu dengan Saudara-saudaranya
“Dan
saudara-saudara Yusuf dating ke (Mesir), lalu mereka masuk ke tempatnya. Maka
dia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya.” (QS. Yusuf [12]: 58)
Masa paceklik selama
tujuh tahun itu pun tiba. Terik matahari memanggang bumi sepanjang tahun.
Kemarau panjang selama tujuh tahun seolah hendak membinasakan seluruh
kehidupan. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Tanaman mati mengering. Sungai Nil
yang besar itu pun mulai surut.
Kemana saja mata
memandang hanya kekeringan yang memilukan. Mesir yang semula subur, berubah
menjadi tandus. Untunglah, Mesir memiliki Nabi Yusuf sehingga rakyat Mesir
tidak sampai kelaparan.
Lumbung-lumbung gandum
cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat Mesir. Cadangan air bersih di
waduk-waduk juga masih aman. Nama Nabi Yusuf semakin harum dalam pandangan
rakyat Mesir. Raja pun sangat bangga kepada Nabi Yusuf.
Lain Mesir, lain
negeri tetangga. Rupanya, kekeringan tidak hanya melanda Mesir. Tapi, merambah
sampai ke Palestina, tempat Nabi Yaqub dan anak-anaknya tinggal. Penduduk
Palestina terancam kelaparan. Persediaan bahan makanan semakin menipis.
Sementara, sawah dan ladang mereka gagal panen akibat kemarau.
Nabi Yaqub dan
anak-anaknya tidak luput dari ancaman kelaparan. Nabi Yaqub menyuruh
anak-anaknya pergi ke Mesir untuk membeli gandum. Ia mendengar kabar Mesir
memiliki cadangan gandum yang banyak.
Anak-anak Nabi Yaqub
berangkat ke Mesir. Sesampainya di sana, mereka diterima oleh petugas kerajaan.
Kedatangan mereka dilaporkan kepada Nabi Yusuf. Nabi Yusuf menemui mereka. Ia
sangat terkejut. Ternyata, tamunya adalah saudara-saudaranya sendiri. Nabi
Yusuf masih mengenali mereka. Sementara, mereka tidak mengenali Nabi Yusuf.
Saudara-saudara Nabi
Yusuf menerangkan maksud kedatangan mereka. Mereka ingin membeli gandum. Nabi
Yusuf memerintahkan pelayannya untuk mengisi karung mereka dengan gandum. Ia
juga menyuruh agar memasukkan kembali barang-barang mereka yang dijadikan alat
pembayaran.
“Jika kalian datang ke
sini lagi, ajak serta adik kalian, Bunyamin. Kalau tidak, aku tidak akan
memberikan gandum kepada kalian,” ujar Nabi Yusuf.
Anak-anak Nabi Yaqub
terkejut. Mereka berpikir dari mana pembesar Mesir ini tahu mereka memiliki
adik bernama Bunyamin. Namun, mereka tidak terus memikirkannya. Perhatian
mereka tertuju pada karung-karung mereka. Mereka sangat senang memperoleh
gandum. Akhirnya, mereka berpamitan.
Pertemuan
dengan Bunyamin
“Maka
ketika mereka telah kembali kepada ayahnya (Yaqub) mereka berkata, ‘Wahai ayah
kami! Kami tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara
kami), sebab itu biarkanlah saudara kami (Bunyamin) pergi bersama kami agar
kami mendapat jatah, dan kami benar-benar akan menjaganya.” (QS. Yusuf [12]: 58)
Anak-anak Nabi Yaqub
sampai di rumah mereka. Mereka langsung menghadap ayahnya. Mereka menceritakan
apa yang mereka alami di Mesir. Mereka juga menyampaikan pesan pembesar Mesir
itu agar mereka membawa Bunyamin ke sana. Kalau tidak, pembesar Mesir itu tidak
akan memberikan bantuan gandum lagi.
Nabi Yaqub tidak
mengizinkannya. Ia khawatir peristiwa yang menimpa Yusuf akan terulang kembali
kepada Bunyamin. Nabi Yaqub tidak pernah bisa melupakan peristiwa itu.
Kian hari, persediaan
gandum makin menipis. Anak-anak Nabi Yaqub membujuk ayahnya agar diizinkan
membawa Bunyamin. Setelah didesak terus-menerus, akhirnya Nabi Yaqub
mengizinkannya. Nabi Yaqub meminta mereka berjanji untuk menjaga Bunyamin.
Maka, berangkatlah
anak-anak Nabi Yaqub ke Mesir. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Nabi
Yusuf. Nabi Yusuf memandangi wajah Bunyamin. Ia ingin segera memeluknya. Namun
keinginan itu ditahannya. Belum saatnya ia memperkenalkan diri.
Nabi Yusuf mengatur
cara agar ia memiliki kesempatan berdua dengan Bunyamin. Ketika anak-anak Nabi
Yaqub yang lainnya sedang makan, Nabi Yusuf mengundang Bunyamin ke ruangan
pribadinya.
Bunyamin masuk ke
ruangan pribadi Nabi Yusuf. Kemudian, Nabi Yusuf langsung memeluk erat
Bunyamin. Bunyamin tercengang tidak mengerti.” Apakah engkau sama sekali tidak
mengenaliku?” Tanya Nabi Yusuf.
Bunyamin menggelengkan
kepalanya. Namun, ia seperti memandang sesuatu dalam remang-remang. Ia mulai
menduga jangan-jangan pembesar Mesir ini kakaknya, Yusuf.
“Akulah saudaramu,
Yusuf,” ujar Nabi Yusuf.
“Sungguhkah?” kata
Bunyamin terkejut.
Bunyamin memandangi
wajah Nabi Yusuf lekat-lekat. Sekarang ia baru yakin bahwa pembesar Mesir yang
ada di hadapannya itu Yusuf, kakaknya. Bunyamin pun memeluk erat kakaknya. Ia
menangis tersedu-sedu.
Nabi Yusuf
menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Sejak ia dibuang ke sumur oleh
saudara-saudaranya sampai menjadi pembesar Mesir. Nabi Yusuf juga berpesan
kepada Bunyamin agar tidak menceritakan hal ini kepada saudara-saudaranya.
Bunyamin telah bersama
kakak-kakaknya yang lain. Mereka telah siap untuk pulang ke Palestina. Karung
mereka telah penuh berisi gandum. Secara diam-diam Nabi Yusuf menyuruh
pelayannya memasukkan gelas minum raja ke karung Bunyamin.
Anak-anak Nabi Yaqub
berpamitan. Ketika mereka sampai di pintu gerbang, seorang prajurit berteriak
bahwa pembesar Mesir kehilangan gelasnya. Petugas penjaga pintu memeriksa
anak-anak Nabi Yaqub. Ternyata, gelas itu berada di karung Bunyamin.
Petugas menahan
Bunyamin. Saudara-saudaranya meminta agar Bunyamin tidak ditangkap. Mereka
telah berjanji untuk menjaganya. “Ambillah salah seorang di antara kami sebagai
pengganti. Lepaskanlah adik kami. Ayahnya pasti sedih jika ia ditangkap,” ujar
Yahuza.
“Kami tidak akan
menghukum orang yang tidak bersalah,” ujar Nabi Yusuf berpura-pura tegas.
Padahal, ini semua adalah rencananya agar bisa bertemu ayahnya.
Anak-anak Nabi Yaqub
akhirnya pulang tanpa Bunyamin. Sepanjang perjalanan mereka memikirkan cara
untuk menceritakan hal ini kepada ayahnya.
Pertemuan
dengan Ayah Tercinta
“Dia
(Yaqub) berkata, ‘Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan
(yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan
Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh Dialah Yang Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS.Yusuf [12]: 83)
Anak-anak Nabi Yaqub
tiba di rumah mereka. Mereka bergegas menghadap Nabi Yaqub. Mereka menceritakan
tentang ditangkapnya Bunyamin. Betapa sedihnya Nabi Yaqub mendengar kabar itu.
Ia meninggalkan anak-anaknya dan mengunci diri dalam kamar. Ia hanya dapat
bersabar.
Karena sering
menangis, mata Nabi Yaqub menjadi buta. Badannya juga kurus kering. Anak-anak
Nabi Yaqub tidak sampai hati melihat ayahnya. Mereka berusaha menghibur
ayahnya.
“Jika kalian ingin
penyakitku sembuh, carilah Yusuf dan saudaranya. Janganlah kalian berputus
asa,” ujar Nabi Yaqub.
Anak-anak Nabi Yaqub
berunding. Akhirnya, mereka sepakat akan mencari Yusuf. Namun sebelumnya,
mereka akan berusaha membebaskan Bunyamin terlebih dahulu.
Kemudian, berangkatlah
mereka menghadap pembesar Mesir yang tidak lain adalah Nabi Yusuf. Mereka
menceritakan kondisi ayahnya. Mereka meminta Bunyamin dibebaskan. Nabi Yusuf
tidak kuat lagi menahan perasaannya. Sudah saatnya ia memperkenalkan dirinya.
“Ingatkah kalian, apa
yang kalian lakukan terhadap adik kalian, Yusuf? Kalian memasukkannya ke dalam
sumur,” ujar Nabi Yusuf.
Sontak anak-anak Nabi
Yaqub terkejut bercampur takut. Mereka heran darimana pembesar Mesir ini tahu
tentang hal itu. Padahal, mereka sendiri sudah melupakannya. Kemudian, mereka
mengamati pembesar Mesir itu. Akhirnya, mereka merasa pembesar Mesir yang ada
di hadapannya adalah Yusuf.
“Apakah engkau,
Yusuf?” Tanya mereka. Suara mereka bergetar. Perasaan takut menyelimuti mereka.
“Ya akulah Yusuf. Ini
saudaraku, Bunyamin. Ia aman bersamaku,” jawab Nabi Yusuf.
Anak-anak Nabi Yaqub
ketakutan. Mereka takut Nabi Yusuf akan membalas kejahatan mereka. Namun, Nabi
Yusuf adalah orang yang pemaaf dan bijaksana.
“Kalian jangan takut.
Aku tidak akan membalas kejahatan kalian. Semoga Allah mengampuni kalian.
Bawalah ayah kita ke sini. Usapkanlah bajuku ini ke matanya. Insya Allah,
dengan izin-Nya, ayah akan sembuh,” perintah Nabi Yusuf.
Anak-anak Nabi Yaqub
pulang ke Palestina. Sesampainya di rumah, mereka menceritakan semuanya kepada
Nabi Yaqub. Betapa bahagianya Nabi Yaqub mendengar kabar itu. Kemudian, ia mengusapkan
baju Nabi Yusuf ke matanya. Atas izin Allah, seketika itu juga matanya sembuh.
Kemudian, ia bersiap
menuju Mesir. Maka, berangkatlah semua keluarga Nabi Yaqub ke Mesir.
Sesampainya di sana, Nabi Yusuf menyambutnya dengan penuh kehangatan. Nabi Yusuf
memeluk ayahnya erat-erat.
Nabi Yusuf menaikkan
ayahnya ke singgasana. Lalu, ia berkata,”Wahai ayahku! Inilah tafsir mimpiku
yang dahulu itu. Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikannya kenyataan.”
Beberapa waktu
kemudian, karena berhasil mengatasi krisis, akhirnya Nabi Yusuf diangkat
menjadi raja Mesir. Ia memimpin Mesir dengan adil dan bijaksana. Mesir menjadi
negeri yang makmur dan sejahtera.
Nabi Yusuf kemudian
menikahi Zulaikha. Mereka hidup bahagia. Mereka dikaruniai dua orang anak,
Ifratsim dan Minsya. Nabi Yusuf wafat pada usia 110 tahun dan dimakamkan di
Palestina dekat makam Nabi Ibrahim.
Hikmah
Kisah
Berdasarkan kisah Nabi
Yusuf, kita dapat memetik pelajaran berharga. Yakni, kita harus bersabar ketika
menghadapi ujian dan masalah yang datang. Sebab, hal itu akan menghasilkan
kebahagiaan.
Setelah itu, sebagai
seorang muslim, hendaknya kita harus bersikap rendah hati dan memiliki sifat
pemaaf. Dengan begitu, kita akan mendapatkan berkah dari Allah SWT dan
disayangi oleh semua orang.
Kisah ini diambil dari
buku yang berjudul Kisah Menakjubkan
25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian
semua.
Read more »
0 comments:
Post a Comment