Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Yusuf AS

Nabi Yusuf AS adalah nabi kesebelas. Ia adalah putra Nabi Yaqub dari istrinya yang bernama Rahiel. Yusuf mengalami berbagai ujian sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul. Kemudian, Yusuf diangkat menjadi nabi dan berdakwah di Mesir. Di Mesir, Nabi Yusuf juga menjadi pejabat tinggi kerajaan. Nabi Yusuf wafat di Nablus, Palestina.

Mimpi Yusuf
“(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf [12]: 4)

Pada suatu malam, Yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya. Ia sangat terkesan dengan mimpinya.

Esok harinya, Yusuf mendatangi ayahnya. Ia menceritakan mimpinya semalam. Nabi Yaqub sangat senang mendengar cerita Yusuf. Ia merasa mimpi yang dialami Yusuf bukan mimpi biasa. Mimpi itu adalah isyarat bahwa kelak Yusuf akan menjadi orang yang mulia.

Nabi Yaqub berpesan kepada Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya. Nabi Yaqub khawatir saudara-saudara Yusuf akan mencelakakan Yusuf jika mengetahui mimpi itu.

Rencana Keji
“Bunuhlah Yusuf atau buanglah ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik.” (QS. Yusuf [12]: 9)

Nabi Yaqub sangat menyayangi Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Ia memberikan perhatian yang besar kepada Yusuf dan Bunyamin. Hal ini bisa dimaklumi karena ibunda mereka, Rahiel, telah meninggal.

Ternyata, hal ini menimbulkan kecemburuan pada anak-anak Nabi Yaqub yang lain. Mereka merasa Nabi Yaqub tidak adil dalam memberikan kasih sayang. Kemudian, mereka sepakat menyusun rencana untuk mencelakai Yusuf.

“Kita bunuh saja Yusuf atau kita buang di tempat yang jauh. Kalau Yusuf sudah tidak ada, tentu kasih sayang ayah akan tercurah kepada kita,” usul salah seorang di antara mereka.

Namun, Yahuza tidak sependapat, “Saya setuju Yusuf harus disingkirkan. Tapi, tidak dengan dibunuh. Saran saya, masukkan saja Yusuf ke dalam sumur. Para kafilah akan menemukannya. Bukankah para kafilah pasti akan mengambil air? Sangat mungkin mereka akan menjual Yusuf sebagai budak,” usul Yahuza.

Mereka sepakat dengan usul Yahuza. Mereka menghadap Nabi Yaqub. Mereka meminta izin untuk mengajak Yusuf bermain di tepi hutan. Di sana, pemandangannya sangat indah.

Awalnya, Nabi Yaqub tidak mengizinkan karena mendapat firasat buruk. Namun, karena terus-menerus didesak, Nabi Yaqub mengalah. Ia mengizinkan Yusuf diajak bermain oleh mereka. Nabi Yaqub berpesan agar menjaga Yusuf dengan baik.

Yusuf Dibuang di Sumur
“Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkan ke dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari.” (QS.Yusuf [12]: 15)

Esok harinya, mereka berangkat membawa Yusuf ke tempat yang sudah direncanakan. Mereka berjalan sangat jauh. Hingga akhirnya, mereka sampai di tepi hutan yang biasa dilalui o;eh kafilah. Di sana, terdapat sebuah sumur yang airnya tidak dalam.

Kemudian, mereka memegang Yusuf erat-erat. Sementara, yang lainnya melepas baju Yusuf. Yusuf berontak dan berusaha melawan. Namun, usahanya sia-sia. Tenaga saudara-saudaranya terlalu kuat. Mereka pun mengangkat Yusuf dan memasukkannya ke dalam sumur.

Mereka bergegas pulang. Sesampainya di rumah, mereka berpura-pura sedih dan menangis. Mereka menyampaikan kepada ayahnya bahwa Yusuf tewas diterkam binatang buas. Mereka menunjukkan baju Yusuf yang telah mereka cabik-cabik dan dilumuri dengan darah kelinci sebagai bukti.

Hancur luluh hati Nabi Yaqub mendengarnya. Tulangnya terasa remuk redam. Nabi Yaqub sebenarnya tidak percaya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak selain bersabar. Ia yakin Yusuf senantiasa dalam lindungan Allah. Ia juga yakin suatu hari kebenaran ini akan terkuak.

Yusuf Dijual Sebagai Budak
“Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga murah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.” (QS. Yusuf [12]: 20)

Sudah dua hari Yusuf berada dalam sumur. Yusuf berusaha memanjat, tapi tidak berhasil. Tebing sumur itu terlalu curam. Keadaan sunyi senyap. Dari kejauhan terdengar lolongan binatang buas. Bintang-bintang memandangi Yusuf penuh iba.

Yusuf senantiasa berdoa kepada Allah. Ia memohon agar diselamatkan dari sumur ini. Allah mendengar doa Yusuf sehingga menurunkan wahyu kepadanya bahwa ia akan selamat. Kelak, Yusuf akan menceritakan peristiwa ini kepada saudara-saudaranya. Sedangkan, mereka sudah melupakannya.

Esok harinya, serombongan kafilah melewati tempat itu. Salah seorang di antara mereka mengambil air. Namun, ia terkejut ketika mendapati Yusuf dalam timbanya. Kemudian, mereka sepakat menjual Yusuf di pasar budak.

Sesampainya di pasar budak, Yusuf dibeli oleh Qitfir al-Aziz, seorang menteri kerajaan Mesir. Qitfir sangat tertarik kepada Yusuf yang berwajah rupawan. Selain itu, budi pekertinya juga sangat halus.

Qitfir menunjukkan Yusuf kepada istrinya, Zulaikha. “Wahai istriku, lihatlah budak yang kubawa ini. Seorang budak yang rupawan. Halus tutur katanya. Berikanlah ia pakaian dan tempat yang baik. Jika kau mau, kita angkat ia menjadi anak.”

Menghadapi Godaan
“Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, ‘Marilah mendekat kepadaku.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah. Sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’Sesungguhnya orang yang zhalim itu tidak beruntung.” (QS. Yusuf [12]: 23)

Sejak saat itu, Yusuf tinggal di rumah Qitfir dan Zulaikha. Yusuf bekerja dengan baik, cekatan, dan penuh tanggung jawab. Segala tugas yang dipercayakan kepadanya diselesaikan dengan baik. Qitfir makin sayang kepadanya. Ia sudah menganggap Yusuf seperti anaknya sendiri.

Yusuf tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan. Ketampanannya tiada bandingannya. Di sinilah ujian itu bermula. Zulaikha rupanya terpikat oleh ketampanan dan kepribadian Yusuf. Wajah Yusuf selalu terbayang di matanya. Ia mabuk kepayang.

Suatu hari, saat Qitfir sedang berdinas, Zulaikha memanggil Yusuf ke kamarnya. Yusuf memenuhi panggilan majikannya. Namun, ternyata Zulaikha bermaksud lain. Ia mengunci kamar dan menggoda Yusuf.

Yusuf berontak dan berlari keluar kamar. Namun, Zulaikha menarik baju Yusuf sehingga robek di bagian punggungnya. Ketika Yusuf membuka pintu, muncullah Qitfir. Yusuf dan Zulaikha pun sama-sama terkejut.

Zulaikha segera menuduh Yusuf hendak berbuat jahat kepadanya. Yusuf membantahnya. Terjadilah perdebatan antara Yusuf dan Zulaikha. Masing-masing membela diri.

Saat itu, Qitfir bersama kemenakan Zulaikha. Qitfir meminta pertimbangannya. “Jika baju Yusuf robek di bagian depan, berarti Zulaikha yang benar. Tapi jika robek di bagian belakang, Yusuf yang benar,” terangnya.

Ternyata baju Yusuf robek di bagian belakang. Jelaslah Zulaikha yang bersalah. Qitfir menyuruh Zulaikha untuk bertobat dan memohon ampun. Qitfir juga meminta Yusuf agar tidak menceritakan hal ini kepada siapa pun. Yusuf menyanggupinya.

Perjamuan Zulaikha
“Dan perempuan-perempuan di kota berkata, ‘Istri al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuat mabuk cinta. Kami pasti memandang dia dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Yusuf [12]: 30)

Serapat-rapatnya bangkai ditutupi, pasti akan tercium juga baunya. Demikian pula dengan kasus antara Zulaikha dan Yusuf. Meskipun ditutup-tutupi, akhirnya ketahuan juga. Istri-istri pejabat kerajaan mulai membicarakan Zulaikha.

Telinga Zulaikha panas mendengarnya. Ia merasa dipermalukan oleh istri-istri pejabat kerajaan itu. Zulaikha menyusun rencana untuk membalas perlakuan mereka.

Suatu hari, Zulaikha mengundang istri-istri pejabat kerajaan ke rumahnya. Ia menghidangkan berbagai jenis buah-buahan. Setiap orang diberikan pisau untuk mengupas buah-buahan itu.

Istri-istri pejabat  itu mulai mengupas buah-buahan. Saat itulah, Zulaikha menyuruh Yusuf berjalan di depan mereka. Apa yang terjadi? Wanita-wanita itu terpesona dengan ketampanan Yusuf. Sampai-sampai mereka tidak sadar pisau yang mereka pegang mengiris jari-jemarinya.

“Inilah Yusuf yang sering kalian bicarakan itu. Dialah yang menyebabkan aku menjadi bahan ejekan kalian. Ketampanan dan kepribadiannya membuat aku mabuk kepayang. Tapi, ternyata aku tidak sendirian. Kalian juga ternyata terpesona oleh Yusuf. Bahkan, kalian tidak menyadari telah mengiris jari-jemari kalian sendiri,” ujar Zulaikha.

Istri-istri pejabat itu segera tersadar. Mereka segera membalut jari-jemarinya. Mereka merasa malu.

Peristiwa itu membuat Yusuf khawatir. Ia takut terpedaya oleh godaan wanita-wanita cantik itu. Maka, ia pun berdoa,”Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.”

Yusuf Dipenjara
“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS.Yusuf [12]: 33)

Suatu hari, Zulaikha meminta suaminya agar memenjarakan Yusuf. Ia tidak sanggup setiap hari melihat Yusuf. Ia khawatir tidak mampu menahan diri.

Qitfir serba salah. Ia tidak tega memenjarakan Yusuf karena memang tidak bersalah. Namun, demi kebaikan istrinya dan memulihkan nama baik keluarganya, ia memenuhi permintaan Zulaikha. Ia membuat surat keputusan penangkapan Yusuf. Tuduhannya adalah mencemarkan nama baik keluarga Qitfir.

Yusuf tidak menolak penangkapan dirinya. Ia menganggap ini adalah bentuk pengabulan doanya. Ia rela masuk penjara. Saat dalampenjara inilah Yusuf diangkat menjadi nabi dan rasul. Yusuf dikaruniai berbagai mukjizat. Salah satunya kemampuan menakwilkan (menafsirkan) mimpi.

Berdakwah dalam Penjara
“Dia (Yusuf) berkata, ‘Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Tuhan kepadaku….” (QS.Yusuf [12]: 37)

Nabi Yusuf menjalankan tugas dakwahnya. Ia menyeru penghuni penjara agar hanya menyembah kepada Allah. Jangan sekali-kali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Namun, mereka tidak lantas percaya dan meminta Nabi Yusuf menunjukkan bukti bahwa ia seorang nabi dan rasul.

“Aku mampu mengetahui makanan apa yang akan kalian terima. Apa saja jenisnya, dan berapa banyak jumlahnya,” tegas Nabi Yusuf.

Nabi Yusuf pun menyebutkannya dengan detail. Ternyata, apa yang dikatakan Nabi Yusuf terbukti. Makanan yang diberikan oleh penjaga penjara sama persis dengan yang disebutkan Nabi Yusuf. Melihat kejadian itu, sebagian ada yang beriman dan mengikuti ajaran Nabi Yusuf. Sebagian lagi tetap menolak.

Suatu hari, dua orang tahanan mantan pelayan raja bermimpi. Mereka menanyakan arti mimpi mereka kepada Nabi Yusuf.

“Wahai Yusuf, saya bermimpi berada di tengah kebun anggur. Lalu, saya memeras dan menghidangkannya kepada raja. Apakah arti mimpi saya itu?” Tanya salah seorang dari keduanya.

Sementara, seorang lainnya bercerita, “Saya bermimpi membawa keranjang berisi roti dan menaruhnya di kepala saya. Lalu, tiba-tiba datang burung yang menyambar roti saya. Apa arti mimpi saya itu.”

Nabi Yusuf menjelaskan arti mimpi pelayan pertama,”Berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh dari Allah, kamu akan segera bebas dan bekerja lagi sebagai pelayan raja.”

Setelah itu, beliau menjelaskan arti mimpi pelayan kedua,”Kau akan dijatuhi hukuman mati dengan disalib. Lalu, burung-burung akan memakan sebagian kepalamu.”

Beberapa hari kemudian, perkataan Nabi Yusuf terbukti. Nabi Yusuf berpesan kepada pelayan yang selamat agar menyampaikan kepada raja bahwa dirinya tidak bersalah. Ia masuk ke penjara karena memelihara nama baik keluarga Qitfir, bukan karena berbuat kejahatan. Namun, pelayan itu tidak menyampaikan pesan Nabi Yusuf kepada raja. Setan telah membuatnya lupa. Akibatnya, Nabi Yusuf mendekam dalam penjara selama bertahun-tahun.

Menakwilkan (Menafsirkan) Mimpi Raja
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, ‘Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).” (QS. Yusuf [12]: 45)

Pada suatu malam, Raja Mesir bermimpi melihat tujuh  ekor sapi betina gemuk-gemuk di makan oleh tujuh ekor sapi betina kurus-kurus. Tujuh tangkai gandum hijau segar dan tujuh tangkai gandum kering.

Raja gelisah memikirkan mimpinya. Esok harinya, raja mengumpulkan semua pejabat kerajaan. Kemudian, ia menceritakan mimpinya kepada mereka. Raja meminta pendapat mereka tentang mimpinya itu.

“Saya rasa itu hanya mimpi biasa, paduka. Tidak memiliki arti apa-apa. Sekedar bunga tidur,” jawab salah seorang di antara mereka.

Raja tidak puas dengan jawaban tersebut. Ia yakin mimpinya memiliki arti khusus. Pembicaraan itu didengar oleh pelayan raja yang pernah satu penjara dengan Nabi Yusuf. Ia memberanikan diri menghadap raja. Ia mengatakan bahwa di dalam penjara ada seorang yang ahli menakwilkan (menafsirkan) mimpi bernama Yusuf. Ia meminta izin kepada raja menemui Yusuf untuk menanyakan arti mimpi itu. Raja pun mengizinkannya.

Pelayan itu segera menemui Nabi Yusuf. Ia menceritakan mimpi raja kepada Nabi Yusuf. Nabi Yusuf merenung sebentar menunggu wahyu. Kemudian, ia menerangkan, “Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun. Tetapi, tujuh tahun berikutnya Mesir akan mengalami kekeringan. Karenanya, bercocok tanamlah pada musim subur dengan baik. Kemudian, simpan hasilnya sebagian untuk bekal saat musim kemarau. Dengan begitu, semoga rakyat Mesir tidak kelaparan.”

Pelayan itu segera kembali menemui raja. Ia menyampaikan penjelasan Nabi Yusuf tentang arti mimpi raja. Raja sangat senang mendengar penjelasan itu. Ia merasa tafsir mimpi yang diberikan Yusuf masuk akal. Sebagai ucapan terima kasih, raja membuat keputusan pembebasan Nabi Yusuf.

Nabi Yusuf Bebas dari Penjara
“(Yusuf berkata), ‘Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah) dan bahwa Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS.Yusuf [12]: 52)

Petugas penjara memanggil Nabi Yusuf. Mereka mengatakan bahwa hari ini Nabi Yusuf bebas. Raja telah mengeluarkan surat pembebasannya. Namun, Nabi Yusuf menolaknya sebelum nama baiknya dibersihkan. Permintaan Nabi Yusuf disampaikan kepada raja.

Kemudian, raja mengumpulkan semua orang yang terlibat dalam peristiwa itu, termasuk Zulaikha. Raja menanyakan kejadian yang sebenarnya. Dengan alasan apa Yusuf dipenjarakan.

“Yusuf tidak bersalah. Ia adalah orang yang suci dan bersih. Sayalah yang menyuruh suami saya memenjarakan Yusuf untuk menjaga nama baik keluarga kami,” terang Zulaikha.

Saat itu, suami Zulaikha telah meninggal karena penyakit yang telah lama diidapnya. Karena penyakit itu pula, meskipun telah bertahun-tahun menikah dengan Qitfir, Zulaikha masih tetap gadis.

Istri-istri pejabat Mesir juga memberikan keterangan bahwa Yusuf tidak bersalah. Merekalah yang mempermainkannya. Akhirnya, Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara. Pengakuan Zulaikha dan istri-istri pejabat kerajaan disebarluaskan. Dengan demikian, nama baik Yusuf telah pulih.

Nabi Yusuf Diangkat Menjadi Pejabat Kerajaan
“….Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengannya, dia (raja) berkata, ‘Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.” (QS.Yusuf [12]: 54)

Raja meminta Nabi Yusuf untuk menghadapnya. Nabi Yusuf memenuhi panggilan raja. Terjadilah perbincangan serius antara raja dan Nabi Yusuf. Raja menawarkan jabatan di pemerintahan kepada Nabi Yusuf.

“Kalau memang engkau percaya kepadaku, angkatlah aku menjadi bendaharawan negara. Sebab, aku mampu mengemban amanah dan ahli di bidang itu,” ujar Nabi Yusuf.

Raja tidak keberatan. Bahkan, raja bermaksud mengangkat Nabi Yusuf menjadi wakil raja. Nabi Yusuf diberikan kewenangan penuh untuk menjalankan pemerintahan. Ia diberikan tugas untuk menyiapkan Mesir menghadapi musim kemarau panjang.

Nabi Yusuf bekerja keras melaksanakan amanat raja. Ia membangun saluran irigasi, lumbung-lumbung penyimpanan gandum, dan waduk-waduk raksasa untuk menyimpan air.

Di bawah kepemimpinannya, Mesir menjadi negeri yang makmur dan sejahtera. Hasil panen melimpah ruah. Kemudian, hasil panen itu dikelola dengan baik. Disimpan di lumbung-lumbung sebagai bekal menghadapi musim kemarau yang panjang.

Selain itu, Nabi Yusuf juga giat berdakwah. Ia menyampaikan ajaran Allah. Pengikutnya semakin hari semakin bertambah. Mereka sangat terkesan dengan pengetahuan dan kehalusan budi pekerti Nabi Yusuf.

Nabi Yusuf Bertemu dengan Saudara-saudaranya
“Dan saudara-saudara Yusuf dating ke (Mesir), lalu mereka masuk ke tempatnya. Maka dia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya.” (QS. Yusuf [12]: 58)

Masa paceklik selama tujuh tahun itu pun tiba. Terik matahari memanggang bumi sepanjang tahun. Kemarau panjang selama tujuh tahun seolah hendak membinasakan seluruh kehidupan. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Tanaman mati mengering. Sungai Nil yang besar itu pun mulai surut.

Kemana saja mata memandang hanya kekeringan yang memilukan. Mesir yang semula subur, berubah menjadi tandus. Untunglah, Mesir memiliki Nabi Yusuf sehingga rakyat Mesir tidak sampai kelaparan.

Lumbung-lumbung gandum cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat Mesir. Cadangan air bersih di waduk-waduk juga masih aman. Nama Nabi Yusuf semakin harum dalam pandangan rakyat Mesir. Raja pun sangat bangga kepada Nabi Yusuf.

Lain Mesir, lain negeri tetangga. Rupanya, kekeringan tidak hanya melanda Mesir. Tapi, merambah sampai ke Palestina, tempat Nabi Yaqub dan anak-anaknya tinggal. Penduduk Palestina terancam kelaparan. Persediaan bahan makanan semakin menipis. Sementara, sawah dan ladang mereka gagal panen akibat kemarau.

Nabi Yaqub dan anak-anaknya tidak luput dari ancaman kelaparan. Nabi Yaqub menyuruh anak-anaknya pergi ke Mesir untuk membeli gandum. Ia mendengar kabar Mesir memiliki cadangan gandum yang banyak.

Anak-anak Nabi Yaqub berangkat ke Mesir. Sesampainya di sana, mereka diterima oleh petugas kerajaan. Kedatangan mereka dilaporkan kepada Nabi Yusuf. Nabi Yusuf menemui mereka. Ia sangat terkejut. Ternyata, tamunya adalah saudara-saudaranya sendiri. Nabi Yusuf masih mengenali mereka. Sementara, mereka tidak mengenali Nabi Yusuf.

Saudara-saudara Nabi Yusuf menerangkan maksud kedatangan mereka. Mereka ingin membeli gandum. Nabi Yusuf memerintahkan pelayannya untuk mengisi karung mereka dengan gandum. Ia juga menyuruh agar memasukkan kembali barang-barang mereka yang dijadikan alat pembayaran.

“Jika kalian datang ke sini lagi, ajak serta adik kalian, Bunyamin. Kalau tidak, aku tidak akan memberikan gandum kepada kalian,” ujar Nabi Yusuf.

Anak-anak Nabi Yaqub terkejut. Mereka berpikir dari mana pembesar Mesir ini tahu mereka memiliki adik bernama Bunyamin. Namun, mereka tidak terus memikirkannya. Perhatian mereka tertuju pada karung-karung mereka. Mereka sangat senang memperoleh gandum. Akhirnya, mereka berpamitan.

Pertemuan dengan Bunyamin
“Maka ketika mereka telah kembali kepada ayahnya (Yaqub) mereka berkata, ‘Wahai ayah kami! Kami tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami (Bunyamin) pergi bersama kami agar kami mendapat jatah, dan kami benar-benar akan menjaganya.” (QS. Yusuf [12]: 58)

Anak-anak Nabi Yaqub sampai di rumah mereka. Mereka langsung menghadap ayahnya. Mereka menceritakan apa yang mereka alami di Mesir. Mereka juga menyampaikan pesan pembesar Mesir itu agar mereka membawa Bunyamin ke sana. Kalau tidak, pembesar Mesir itu tidak akan memberikan bantuan gandum lagi.

Nabi Yaqub tidak mengizinkannya. Ia khawatir peristiwa yang menimpa Yusuf akan terulang kembali kepada Bunyamin. Nabi Yaqub tidak pernah bisa melupakan peristiwa itu.

Kian hari, persediaan gandum makin menipis. Anak-anak Nabi Yaqub membujuk ayahnya agar diizinkan membawa Bunyamin. Setelah didesak terus-menerus, akhirnya Nabi Yaqub mengizinkannya. Nabi Yaqub meminta mereka berjanji untuk menjaga Bunyamin.

Maka, berangkatlah anak-anak Nabi Yaqub ke Mesir. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Nabi Yusuf. Nabi Yusuf memandangi wajah Bunyamin. Ia ingin segera memeluknya. Namun keinginan itu ditahannya. Belum saatnya ia memperkenalkan diri.

Nabi Yusuf mengatur cara agar ia memiliki kesempatan berdua dengan Bunyamin. Ketika anak-anak Nabi Yaqub yang lainnya sedang makan, Nabi Yusuf mengundang Bunyamin ke ruangan pribadinya.

Bunyamin masuk ke ruangan pribadi Nabi Yusuf. Kemudian, Nabi Yusuf langsung memeluk erat Bunyamin. Bunyamin tercengang tidak mengerti.” Apakah engkau sama sekali tidak mengenaliku?” Tanya Nabi Yusuf.

Bunyamin menggelengkan kepalanya. Namun, ia seperti memandang sesuatu dalam remang-remang. Ia mulai menduga jangan-jangan pembesar Mesir ini kakaknya, Yusuf.

“Akulah saudaramu, Yusuf,” ujar Nabi Yusuf.

“Sungguhkah?” kata Bunyamin terkejut.

Bunyamin memandangi wajah Nabi Yusuf lekat-lekat. Sekarang ia baru yakin bahwa pembesar Mesir yang ada di hadapannya itu Yusuf, kakaknya. Bunyamin pun memeluk erat kakaknya. Ia menangis tersedu-sedu.

Nabi Yusuf menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Sejak ia dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya sampai menjadi pembesar Mesir. Nabi Yusuf juga berpesan kepada Bunyamin agar tidak menceritakan hal ini kepada saudara-saudaranya.

Bunyamin telah bersama kakak-kakaknya yang lain. Mereka telah siap untuk pulang ke Palestina. Karung mereka telah penuh berisi gandum. Secara diam-diam Nabi Yusuf menyuruh pelayannya memasukkan gelas minum raja ke karung Bunyamin.

Anak-anak Nabi Yaqub berpamitan. Ketika mereka sampai di pintu gerbang, seorang prajurit berteriak bahwa pembesar Mesir kehilangan gelasnya. Petugas penjaga pintu memeriksa anak-anak Nabi Yaqub. Ternyata, gelas itu berada di karung Bunyamin.

Petugas menahan Bunyamin. Saudara-saudaranya meminta agar Bunyamin tidak ditangkap. Mereka telah berjanji untuk menjaganya. “Ambillah salah seorang di antara kami sebagai pengganti. Lepaskanlah adik kami. Ayahnya pasti sedih jika ia ditangkap,” ujar Yahuza.

“Kami tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah,” ujar Nabi Yusuf berpura-pura tegas. Padahal, ini semua adalah rencananya agar bisa bertemu ayahnya.

Anak-anak Nabi Yaqub akhirnya pulang tanpa Bunyamin. Sepanjang perjalanan mereka memikirkan cara untuk menceritakan hal ini kepada ayahnya.

Pertemuan dengan Ayah Tercinta
“Dia (Yaqub) berkata, ‘Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh Dialah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS.Yusuf [12]: 83)

Anak-anak Nabi Yaqub tiba di rumah mereka. Mereka bergegas menghadap Nabi Yaqub. Mereka menceritakan tentang ditangkapnya Bunyamin. Betapa sedihnya Nabi Yaqub mendengar kabar itu. Ia meninggalkan anak-anaknya dan mengunci diri dalam kamar. Ia hanya dapat bersabar.

Karena sering menangis, mata Nabi Yaqub menjadi buta. Badannya juga kurus kering. Anak-anak Nabi Yaqub tidak sampai hati melihat ayahnya. Mereka berusaha menghibur ayahnya.

“Jika kalian ingin penyakitku sembuh, carilah Yusuf dan saudaranya. Janganlah kalian berputus asa,” ujar Nabi Yaqub.

Anak-anak Nabi Yaqub berunding. Akhirnya, mereka sepakat akan mencari Yusuf. Namun sebelumnya, mereka akan berusaha membebaskan Bunyamin terlebih dahulu.

Kemudian, berangkatlah mereka menghadap pembesar Mesir yang tidak lain adalah Nabi Yusuf. Mereka menceritakan kondisi ayahnya. Mereka meminta Bunyamin dibebaskan. Nabi Yusuf tidak kuat lagi menahan perasaannya. Sudah saatnya ia memperkenalkan dirinya.

“Ingatkah kalian, apa yang kalian lakukan terhadap adik kalian, Yusuf? Kalian memasukkannya ke dalam sumur,” ujar Nabi Yusuf.

Sontak anak-anak Nabi Yaqub terkejut bercampur takut. Mereka heran darimana pembesar Mesir ini tahu tentang hal itu. Padahal, mereka sendiri sudah melupakannya. Kemudian, mereka mengamati pembesar Mesir itu. Akhirnya, mereka merasa pembesar Mesir yang ada di hadapannya adalah Yusuf.

“Apakah engkau, Yusuf?” Tanya mereka. Suara mereka bergetar. Perasaan takut menyelimuti mereka.

“Ya akulah Yusuf. Ini saudaraku, Bunyamin. Ia aman bersamaku,” jawab Nabi Yusuf.

Anak-anak Nabi Yaqub ketakutan. Mereka takut Nabi Yusuf akan membalas kejahatan mereka. Namun, Nabi Yusuf adalah orang yang pemaaf dan bijaksana.

“Kalian jangan takut. Aku tidak akan membalas kejahatan kalian. Semoga Allah mengampuni kalian. Bawalah ayah kita ke sini. Usapkanlah bajuku ini ke matanya. Insya Allah, dengan izin-Nya, ayah akan sembuh,” perintah Nabi Yusuf.

Anak-anak Nabi Yaqub pulang ke Palestina. Sesampainya di rumah, mereka menceritakan semuanya kepada Nabi Yaqub. Betapa bahagianya Nabi Yaqub mendengar kabar itu. Kemudian, ia mengusapkan baju Nabi Yusuf ke matanya. Atas izin Allah, seketika itu juga matanya sembuh.

Kemudian, ia bersiap menuju Mesir. Maka, berangkatlah semua keluarga Nabi Yaqub ke Mesir. Sesampainya di sana, Nabi Yusuf menyambutnya dengan penuh kehangatan. Nabi Yusuf memeluk ayahnya erat-erat.

Nabi Yusuf menaikkan ayahnya ke singgasana. Lalu, ia berkata,”Wahai ayahku! Inilah tafsir mimpiku yang dahulu itu. Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikannya kenyataan.”

Beberapa waktu kemudian, karena berhasil mengatasi krisis, akhirnya Nabi Yusuf diangkat menjadi raja Mesir. Ia memimpin Mesir dengan adil dan bijaksana. Mesir menjadi negeri yang makmur dan sejahtera.

Nabi Yusuf kemudian menikahi Zulaikha. Mereka hidup bahagia. Mereka dikaruniai dua orang anak, Ifratsim dan Minsya. Nabi Yusuf wafat pada usia 110 tahun dan dimakamkan di Palestina dekat makam Nabi Ibrahim.


Hikmah Kisah

Berdasarkan kisah Nabi Yusuf, kita dapat memetik pelajaran berharga. Yakni, kita harus bersabar ketika menghadapi ujian dan masalah yang datang. Sebab, hal itu akan menghasilkan kebahagiaan.

Setelah itu, sebagai seorang muslim, hendaknya kita harus bersikap rendah hati dan memiliki sifat pemaaf. Dengan begitu, kita akan mendapatkan berkah dari Allah SWT dan disayangi oleh semua orang.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger