Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim AS adalah nabi keenam. Ia diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di negeri Babylonia. Pada masa itu, Babylonia dipertintah oleh raja Namrud. Namrud adalah seorang raja yang kejam. Selama hidupnya, Nabi Ibrahim berpindah-pindah dalam berdakwah. Mulai dari Babylonia, Palestina, Mesir, dan kembali lagi ke Palestina. Nabi Ibrahim wafat di Hebron, Palestina.

Terlahir di Tengah Ancaman
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.” (QS. Asy-Syu`araa [26]: 69)

Ibunda Ibrahim terpaksa mengasingkan diri ke gua saat kelahiran Ibrahim sudah dekat. Sebab, saat itu tengah terjadi pembunuhan bayi laki-laki oleh tentara Raja Namrud. Raja Namrud bermimpi mahkotanya dilepas oleh seorang anak kecil. Ia pun menjadi resah dan menanyakan arti mimpinya kepada para peramal.

“Mimpi baginda itu merupakan pertanda buruk. Di negeri ini, akan lahir seorang bayi laki-laki yang istimewa. Kelak jika telah dewasa, ia akan menggulingkan kekuasaan baginda,” ujar para peramal.

Raja Namrud terpengaruh. Akhirnya, ia memerintahkan tentaranya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Mereka berpatroli keliling kota dan membunuh setiap bayi laki-laki yang dijumpainya.

Sementara itu, di dalam gua, ibunda Ibrahim melahirkan Nabi Ibrahim dengan selamat. Namun, setelah beberapa bulan di dalam gua, ibunda Ibrahim pulang ke rumahnya tanpa membawa Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim ditinggalkan di dalam gua. Ibunda Nabi Ibrahim takut kalau di bawa ke kota, Nabi Ibrahim akan dibunuh oleh tentara Raja Namrud.

Allah SWT senantiasa melindungi dan memelihara Ibrahim. Apabila lapar atau haus, Ibrahim menghisap ibu jarinya. Dari ibu jarinya keluar cairan manis seperti susu. Bertahun-tahun Ibrahim tin\ggal dalam gua. Ia tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.

Ibrahim Mencari Tuhan
“(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserah dirilah!’ Dia menjawab, ‘Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 131)

Saat berusia sekitar lima tahun, Ibrahim memberanikan diri keluar dari gua. Ia sangat takjub menatap langit dengan miliaran bintang bertaburan di angkasa. Bulan memancarkan sinarnya menerangi bumi dalam kegelapan malam.

Allah SWT menganugerahkan akal yang cerdas dan hati yang bersih kepada Ibrahim. Ia sering memikirkan tentang alam semesta. Ia bertanya kepada diri sendiri, “Siapakah pencipta yang telah menciptakan alam semesta ini?”

Ibrahim terus memikirkannya hingga ia remaja. Ia memikirkan tentang langit yang tegak berdiri tanpa tiang penyangga. Bumi yang terhampar luas. Malam dan siang yang dating silih berganti. Hujan yang turun dengan teratur. Semuanya diteliti dan direnungkan oleh Ibrahim. Akhirnya, Ibrahim sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan Yang Maha Esalah yang telah menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta.

Diangkat Menjadi Nabi
“Dan orang yang membenci agama Ibrahim hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat ia termasuk orang-orang saleh.” (QS. Al-Baqarah [2]: 130)

Saat beranjak dewasa, Ibrahim kembali ke kampung halaman orangtuanya di Fadam Aram. Ia sangat sedih menyaksikan kondisi masyarakatnya yang menyembah berhala. Ibrahim berpikir, bodoh sekali mereka itu, menyembah berhala yang mereka buat sendiri. Ibrahim semakin sedih ketika mengetahui ayahnya, Azar, adalah seorang pembuat berhala. Hatinya pilu.

Ibrahim semakin sedih dan galau saat ayahnya memintanya untuk menjualkan berhala-berhala buatannya. Dengan berat hati, Ibrahim menjualkan berhala-berhala itu. Namun, saat ada yang membeli berhala-berhala tersebut, Nabi Ibrahim justru mengeluarkan kata-kata celaan.

“Adakah orang yang akalnya sehat mau membeli berhala ini untuk disembah?” kata Ibrahim.

Orang-orang pun heran dengan ulah Ibrahim. Ulah Ibrahim itu didengar juga oleh ayahnya. Terang saja Azar sangat marah. Ia memarahi Ibrahim habis-habisan. Ibrahim dihadapkan pada situasi yang sulit. Ia sangat menentang pekerjaan ayahnya. Tapi, ia juga tidak mau melukai hati ayahnya. Ia sering mengadu kepada Allah SWT.

“Oh Tuhanku, berilah aku petunjuk. Jika Engkau tidak memberikan petunjuk kepadaku, niscaya aku akan tersesat seperti orang-orang itu,” rintih Ibrahim dalam doanya. Allah Maha Mendengar doa hamba-Nya. Allah SWT memberikan petunjuk kepada Ibrahim dan mengangkatnya menjadi nabi dan rasul. Allah SWT menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada Ibrahim.

Menjalankan Tugas Dakwah
“Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Sebenarnya Tuhan kamu adalah Tuhan (pemilik) langit dan bumi; Dialah yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang yang dapat bersaksi atas itu.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 56)

Nabi Ibrahim menjalankan tugas dakwahnya. Awalnya, ia berdakwah kepada ayahnya, Azar. Ia menyeru ayahnya agar menyembah Allah SWT. Sayangnya, sang ayah menolak. Azar sangat marah, bahkan mengusir Ibrahim.

Karena telah diusir oleh ayahnya, Nabi Ibrahim terpaksa pergi. Namun, ia tetap menghormati, bahkan mendoakannya. Nabi Ibrahim pergi mengembara ke penjuru kota Babylonia. Ia berdakwah kepada setiap orang yang ditemuinya.

“Hai penduduk Babylonia, mengapa kalian menyembah berhala-berhala yang tidak berguna itu? Berhal-berhala itu tidak mampu mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya. Tinggalkanlah berhala-berhala sesat itu! Sembahlah Allah, Tuhan Yang Maha Esa,” terang Nabi Ibrahim.

Namun, penduduk Babylonia menentang seruan Nabi Ibrahim. Akal dan hati mereka telah tertutup. Perkataan Nabi Ibrahim tidak menyentuh hatinya. Mereka tetap menyembah berhala-berhala itu.

Sekian lama berdakwah, Nabi Ibrahim hanya memperoleh dua orang pengikut. Mereka adalah Sarah dan Luth. Sarah adalah wanita cantik dan salehah yang kelak menjadi istri Nabi Ibrahim. Sedangkan, Luth adalah kemenakan Nabi Ibrahim.

Menghancurkan Berhala
“Maka dia (Ibrahim) menghancurkan (berhala-berhala itu) berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induknya) agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 58)

Karena dakwah dengan cara lisan tidak berhasil,Nabi Ibrahim menempuh jalan lain. Ia ingin membuktikan kepada kaumnya bahwa berhala-berhala itu tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan untuk menolong dirinya sekalipun. Karenanya, pada saat Raja Namrud dan seluruh penduduk Babylonia pergi keluar kota untuk merayakan hari besarnya, Nabi Ibrahim menjalankan aksinya. Saat itu, Kota Babylonia sunyi senyap. Nabi Ibrahim pergi menuju tempat peribadatan penduduk Babylonia. Di sana tidak ada penjaga.

Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala itu dengan kapak. Semua berhala hancur lebur. Hanya satu berhala yang paling besar disisakan. Kemudian, Nabi Ibrahim mengalungkan kapaknya ke leher berhala paling besar tersebut.

Nabi Ibrahim Disidang
“Mereka bertanya, ‘Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?’ Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Sebenarnya berhala besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat berbicara.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 62_63)

Penduduk Babylonia kembali dari perayaan hari besarnya. Mereka sangat marah ketika mengetahui sesembahan mereka hancur berkeping-keping. Mereka dicekam ketakutan akan mendapat kutukan dari tuhan-tuhan palsu itu. Raja Namrud pun menjadi murka.

Raja Namrud memerintahkan agar dilakukan penyelidikan. Pelaku penghancuran itu harus ditangkap hidup atau mati. Akhirnya, mereka menyimpulkan Ibrahimlah pelakunya. Ibrahimlah satu-satunya orang yang tidak ikut perayaan hari besar.

Kemudian, Nabi Ibrahim ditangkap dan diadili. Ia disidang di lapangan terbuka. Penduduk Babylonia telah memadati lapangan. Sidang pun dimulai.

“Apakah kamu yang menghancurkan berhala-berhala sesembahan kami?” Tanya salah seorang hakim.

“Tanya saja kepada berhala besar yang menyandang kapak itu. Mungkin dia yang menghancurkan berhala-berhala lainnya,” jawab Nabi Ibrahim tenang.

Para hakim terkejut mendengar jawaban Nabi Ibrahim. Mereka menggeleng-gelengkan kepalanya dan saling berbisik. Mungkin mereka mengira Nabi Ibrahim sudah gila. Padahal, sesungguhnya merekalah yang gila. Menyembah berhala yang mereka buat sendiri.

“Hai Ibrahim, apakah kamu sudah gila? Bagaimana mungkin kami menanyakannya kepada berhala itu. Sedangkan, dia tidak dapat berbicara,” ujar sang hakim. Raut mukanya menunjukan rasa kesal.

Nabi Ibrahim tersenyum mendengar kata-kata para hakim. Ia menatap para hakim satu per satu. Kemudian, beralih kepada penduduk Babylonia yang hadir dalam persidangan itu.

Dengan mantap Nabi Ibrahim berkata, “Jika kalian sudah mengetahui bahwa berhala itu tidak dapat berbicara, mendengar, dan melihat, mengapa kalian menyembahnya? Kalau berhala itu tidak dapat membela dirinya sendiri dari kehancuran, mengapa kalian memujanya dan memohon perlindungan kepadanya?”

“Alangkah bodohnya kalian ini! Tidakkah kalian menyadari bahwa perbuatan kalian itu perbuatan yang sesat? Mengapa kalian tidak menyembah Tuhanku, Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang telah menciptakan aku, kalian, nenek moyang kalian, dan segala sesuatu yang ada di alam ini,” kata Nabi Ibrahim kembali.

Kata-kata Nabi Ibrahim membuat para hakim dan seluruh orang yang hadir saat itu terperangah. Namun, karena hati mereka telah tertutup, kebenaran yang disampaikan Nabi Ibrahim tetap tidak diterima. Mereka justru mengejek dan menghina Nabi Ibrahim. Para hakim memutuskan Nabi Ibrahim bersalah dan harus dihukum. Nabi Ibrahim dihukum dengan dibakar hidup-hidup.

Dibakar Hidup-hidup
“Mereka berkata, ‘Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat’. Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 68_69)

Tentara kerajaan dibantu rakyat menyiapkan kayu bakar hingga seperti bukit. Kemudian, Nabi Ibrahim dibawa ke tengah-tengah tumpukan kayu bakar itu dan diikat. Namun, Nabi Ibrahim tetap tenang. Tidak terlihat sedikit pun rasa khawatir atau takut di raut wajahnya. Ia yakin Allah SWT pasti melindunginya.

Kemudian, api pun dinyalakan. Dengan cepat, api melahap kayu bakar kering hingga mengepulkan asap yang membumbung tinggi ke udara. Api tersebut sangat besar dan panas. Penduduk Babylonia bersorak merayakan kemenangannya. Mereka berpikir bahwa Nabi Ibrahim telah hangus menjadi abu.

Namun, apa yang terjadi? Allah SWT menolong dan melindungi Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah kamu dan selamatlah Ibrahim.” Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu. Api itu pun menjadi dingin. Ia tidak membakar Nabi Ibrahim. Api hanya membakar tali pengikat lengan Nabi Ibrahim.

Berdakwah ke Harran
“Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, ‘Inilah Tuhanku.’ Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, ‘Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS. Al-An`aam [6]: 76)

Peristiwa selamatnya Nabi Ibrahim dari kobaran api membuat penduduk Babylonia terguncang hatinya. Mereka mulai berpikir akan kebenaran ajaran yang disampaikan Nabi Ibrahim. Namun, mereka takut kepada Raja Namrud. Nabi Ibrahim merasa tidak ada harapan lagi berdakwah di Babylonia. Ia memutuskan pergi meninggalkan Babylonia. Ia mengajak, Sarah dan Luth mengembara.

Sepeninggal Nabi Ibrahim, negeri Babylonia dilandah wabah penyakit. Allah SWT menurunkan azab bagi penduduk Babylonia. Berjuta-juta nyamuk menyerang Babylonia. Bukan hanya orang yang digigitnya, binatang dan tanaman pun tidak luput dari gigitannya. Itulah azab Allah SWT yang pedih yang ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka.

Nabi Ibrahim mengembara untuk menjalankan tugas dakwahnya. Sarah dan Luth setia mendampingi. Sampailah Nabi Ibrahim di suatu kampung bernama Harran. Penduduknya menyembah bintang, bulan, dan matahari. Nabi Ibrahim menghentikan perjalanannya dan menetap di kampung itu untuk berdakwah.

Ketika malam tiba, saat Nabi Ibrahim sedang berkumpul dengan penduduk kampung, ia menyahut, “Inilah Tuhanku.”

Nabi Ibrahim berkata begitu dengan maksud menyindir penduduk kampung yang menyembah bintang. Namun, ketika bintang itu redup dan akhirnya hilang, Nabi Ibrahim kembali berkata, “Tidak! Itu bukan Tuhanku. Aku tidak suka Tuhan yang meninggalkan aku.”

Ini merupakan sanggahan Nabi Ibrahim yang pertama. Nabi Ibrahim berharap dengan cara ini dapat menyadarkan kaumnya dari kesesatan.

Ketika bulan terbit, Nabi Ibrahim berkata lagi, “Inilah Tuhanku. Ini lebih besar dan terang sinarnya.”

Namun, ketika bulan itu tenggelam, Nabi Ibrahim berkata, “Tidak! Itu bukan Tuhanku. Tidak mungkin Tuhan tenggelam dan hilang. Jika Tuhanku tidak memberikan petunjuk kepadaku niscaya aku termasuk orang-orang yang sesat.

Perkataan Nabi Ibrahim itu merupakan sindiran bagi kaum Harran bahwa mereka itu berada dalam kesesatan. Namun, penduduk kampung itu belum sadar juga. Mereka justru menganggap Nabi Ibrahim orang yang aneh.

Kemudian, pada siang hari ketika melihat matahari, Nabi Ibrahim berkata, “Inilah Tuhanku. Sinarnya lebih terang daripada bintang dan bulan.”

Namun, ketika matahari terbenam, Nabi Ibrahim berkata, “Tidak! Itu bukan Tuhanku. Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”

Penduduk kampung itu tidak mampu membantah perkataan Nabi Ibrahim. Mereka berkata, “Lantas apakah yang kamu sembah?”

Nabi Ibrahim menjawab, “sesungguhnya aku menyembah kepada Allah. Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi. Aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah.”

Namun, penduduk kampung itu tetap menolak ajaran Nabi Ibrahim. Hati mereka telah mengeras. Lebih keras dari batu. Mereka tidak dapat menerima kebenaran. Karena penduduk kampung menolak dakwahnya, Nabi Ibrahim melanjutkan kembali pengembaraannya. Ia pergi menuju Palestina dan menetap di sana.

Suatu saat, Palestina dilanda kekeringan. Nabi Ibrahim memutuskan pindah ke Mesir. Ternyata, Mesir bukan negeri yang cocok untuk berdakwah. Penduduknya sangat zhalim. Nabi Ibrahim pindah lagi ke Palestina dan berdakwah sampai akhir hayatnya. Nabi Ibrahim wafat di Hebron, Palestina.


Hikmah Kisah

Jika tidak ada masalah, mohonlah petunjuk kepada Allah SWT, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berhasil diselamatkan oleh Allah SWT ketika akan dibakar oleh penduduk dan tentara kerajaan Babylonia. Sebab, ia selalu memohon petunjuk kepada Allah ketika menghadapi masalah.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger