Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Hud AS

Nabi Hud AS adalah nabi keempat. Ia diutus Allah SWT untuk berdakwah kepada kaum `Ad (para penyembah berhala). Nabi Hud menyeru kaum `Ad agar kembali ke jalan yang benar. Namun, kaum `Ad mengingkari Nabi Hud. Akhirnya, mereka diazab dengan badai topan yang dahsyat.

Kesombongan Kaum `Ad
“Maka adapun kaum `Ad mereka menyombobgkan diri di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran, dan mereka berkata, ‘Siapakah yang lebih hebat kekuatannya daripada kami?’ Tidakkah mereka memerhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya daripada mereka. Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS. Fushilaat [41]: 15)

Kaum `Ad adalah para pekerja keras yang sukses. Mereka dikaruniai tubuh yang kuat dan kekar, juga keahlian mengolah lahan pertanian. Negeri mereka, Al-Ahqaf, adalah negeri yang subur. Hasil perkebunan dan pertanian melimpah ruah. Ternak mereka juga berkembang biak dengan cepat. Tak heran apabila kaum `Ad sangat kaya raya. Namun, kaum `Ad tidak pandai bersyukur. Mereka sombong, merasa hebat dan kuat. Padahal, mereka adakalanya sakit.

Selain itu, kaum `Ad juga para penyembah berhala. Mereka membuat berhala dari batu. Berhala-berhala itu mereka namakan Shamud dan Al-Hattar. Kaum `Ad, tenggelam dalam kesesatan dan kebodohan.

Berdakwah kepada Kaum `Ad
“Dan kepada kaum `Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tiada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.” (QS. Huud [11]: 50)

Allah SWT mengutus Nabi Hud untuk menyadarkan kaum `Ad. Nabi Hud, menyeru kaumnya agar menyembah Allah SWT dan mau bersyukur. Nabi Hud mengingatkan kaum `Ad akan nikmat-nikmat Allah SWT yang selama ini mereka rasakan. Namun, kaum `Ad menolak seruan Nabi Hud. Mereka tidak mau meninggalkan berhala-berhala sesembahan mereka. Mereka justru menuduh Hud sebagai pendusta.

Nabi Hud menyadarkan kaumnya dengan sabar. Ia jelaskan bahwa ia bukan pendusta. Ia diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan kebenaran. Namun, kaum `Ad tetap ingkar. Mereka kukuh memegang keyakinannya yang sesat.

Nabi Hud tidak putus asa. Ia terus berdakwah kepada kaumnya. Nabi Hud mengingatkan tentang azab yang menimpah kaum Nabi Nuh. Namun, mereka justru menuduh Nabi Hud berdusta. Mereka tidak percaya dengan kisah kaum Nabi Nuh. Hanya beberapa orang yang mau mendengar seruan Nabi Hud.

Kaum `Ad yang Ingkar
“Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Dia (Hud) menjawab, ‘Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS. Huud [11]: 54)

Ratusan tahun, Nabi Hud berdakwah mengajak kaumnya kepada kebenaran. Namun, kaum `Ad tetap keras kepala. Setiap kali Nabi Hud berdakwah, kaum `Ad justru mengejek dan mengolok-olok Nabi Hud.

“Hai Hud, rupanya pikiranmu benar-benar telah sinting. Sekarang kau sudah gila ya? Makanya kau jangan macam-macam. Itulah kutukan dari tuhan-tuhan kami,” olok-olok salah seorang di antara mereka.

“Kau memang sudah gila, Hud. Kata-katamu tidak masuk akal bagi kami. Kami tidak akan pernah mengikutimu. Enyah saja kau dari hadapan kami,” sambung yang lain.

Nabi Hud tetap sabar. Ia ingatkan kaumnya akan azab Allah SWT yang pedih jika mereka tetap ingkar. Namun, usaha Nabi Hud tetap tidak berhasil. Segala cara telah dicoba namun selalu menemui jalan buntu. Kaum `Ad justru menentang agar azab segera diturunkan.

Nabi Hud merasa kaumnya benar-benar telah dibutakan oleh iblis. Tidak ada harapan lagi. Ia pun berkata kepada kaumnya, “Baiklah. Kalau memang kalian tetap membatu dan tidak mau mendengar seruanku. Tunggulah azab dari Tuhanku. Kalian semua pasti binasa.”

Kehancuran Kaum `Ad
“Maka ketika melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan untuk kita.’ Bukan! Tetapi itu adalah azab yang kamu minta disegerakan datangnya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 24)

Azab yang dijanjikan pun tiba. Mula-mula dating musim kemarau yang panjang. Panas matahari luar biasa memanggang bumi. Air sungai menjadi kering. Sumur-sumur tidak lagi mengeluarkan air. Hewan ternak mati kehausan. Sawah dan lading mati mengering. Namun, kaum `Ad benar-benar kelewat batas. Mereka belum juga sadar. Bukannya bertobat kepada Allah SWT, mereka justru datang ke berhala-berhala yang tidak berguna itu agar menurunkan hujan.

Tidak lama berselang, muncul gumpalan awan hitam yang tebal dan pekat. Kaum `Ad bersorak-sorai kegirangan. Mereka mengira itu pertanda akan turun hujan.

“Hai Hud, lihatlah ke langit sana! Awan hitam tebal. Sebentar lagi hujan akan turun. Tuhan-tuhan kami telah mengabulkan permintaan kami,” kata seorang di antara mereka dengan sombongnya.

“Awan itu bukan awan pembawa rahmat. Tetapi, itulah awan yang akan menghancurkan kalian. Tunggulah! Azab Allah yang kalian minta, akan segera tiba. Itu, sebagai balasan atas pembangkangan kalian,” jawab Nabi Hud tenang.

Benar saja, tidak lama kemudian angin topan bertiup sangat kencang. Angin itu menukik dari langit. Suaranya bergemuruh sangat menakutkan. Angin itu rasanya sangat dingin. Lebih dingin daripada es. Angin itu menerbangkan apa saja yang menghalanginya. Pepohonan tumbang. Kaum `Ad panik. Mereka berlarian masuk ke rumah. Tetapi, yang terjadi justru angina itu bertiup begitu dahsyat sehingga rumah-rumah kaum `Ad disapunya. Bangunan-bangunan megah itu seketika hancur menimbun orang-orang di dalamnya.

Selama tujuh hari delapan malam, angin topan menderu-deru mencari mangsa. Jerit tangis dan teriakan penyesalan terdengar di mana-mana. Namun, semua sudah terlambat.

Nabi Hud dan Pengikutnya Selamat
“Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami….” (QS. Al-A`raaf [7]: 72)

Kaum `Ad binasa diterjang angina topan. Tidak ada yang tersisa. Semua penjuru negeri itu luluh lantak. Mayat-mayat bergelimpangan. Hanya Nabi Hud dan pengikutnya yang selamat. Ketika azab tengah berlangsung, Nabi Hud dan para pengikutnya berdiam diri di dalam rumah. Rumah-rumah mereka dilindungi Allah SWT dari amukan angina topan. Mereka tidak mengalami kesulitan sedikit pun. Mereka tidak tertimpa sebutir batu atau merasakan dinginnya angin topan. Mereka hanya mendengar jerit tangis yang memilukan.

Negeri  Al-Ahqaf  telah hancur lebur . Tidak layak lagi untuk tempat tinggal. Nabi Hud dan para pengikutnya memutuskan untuk pindah ke Hadramaut. Di sana mereka memulai kehidupan baru.

 Nabi Hud wafat di Hadramaut dalam usia 472 tahun. Makamnya pun masih dapat dilihat sekarang ini. Makam itu terletak sekitar 50 kilometer dari Kota Siwun, Yaman.


Hikmah Kisah

Nikmat yang kita rasakan adalah karunia Allah SWT yang harus disyukuri. Syukur akan menambah nikmat. Sebaliknya, kufur nikmat akan mendatangkan azab.

Selain itu, sikap sabar sangat dibutuhkan untuk mengajak orang lain kepada kebenaran. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Hud.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger