Nabi Ilyas AS adalah
nabi kesembilan belas. Sedangkan, Nabi Ilyasa AS adalah nabi kedua puluh. Allah
mengutus Nabi Ilyas untuk berdakwah kepada kaum Phunicia di sekitar Yordan.
Setelah Nabi Ilyas wafat, Nabi Ilyasa melanjutkan dakwah Nabi Ilyas. Ia berdakwah
di Yordan dan daerah Jauber, Damaskus.
Keistimewaan
Nabi Ilyas
“Dan
Kami abadikan untuk Ilyas (pujian) di kalangan orang-orang yang dating
kemudian, ‘Selamat sejahtera bagi Ilyas.” (QS.
Ash-Shaaffaat [37]: 129_130)
Nabi Ilyas adalah
seorang yang taat beribadah. Ia juga sangat sabar dan pantang putus asa. Ia
gemar menolong orang-orang yang sedang kesusahan.
Dengan kelebihannya
itu, Allah mengabadikan kisah Nabi Ilyas sebagai teladan bagi generasi
berikutnya. Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada Nabi Ilyas.
Allah juga menggolongkannya termasuk hamba-hamba-Nya yang beriman.
Nabi Ilyas
Menjalankan Tugas Dakwah
“(Ingatlah)
ketika dia (Ilyas) berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa?’
Patutkah kamu menyembah ba`l dan kamu tinggalkan (Allah) sebaik-baik pencipta.”
(QS. Ash-Shaaffaat
[37]: 124_125)
Allah mengutus Nabi
Ilyas untuk berdakwah kepada kaum Phunicia. Kaum Phunicia adalah penyembah
berhala. Berhala itu mereka beri nama ba`l. Nabi Ilyas menyeru mereka agar
menyembah kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya.
“Mengapa kamu tidak
bertakwa?’ Patutkah kamu menyembah ba`l dan kamu tinggalkan (Allah) sebaik-bauk
pencipta. Allah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu yang terdahulu,” seru Nabi
Ilyas.
Namun, kaum Phunicia
menolak seruan Nabi Ilyas. Mereka justru mencaci maki Nabi Ilyas. Nabi Ilyas
tidak putus asa. Ia terus berdakwah kepada kaumnya.
Kaum Phunicia rupanya
merasa kesal kepada Nabi Ilyas. Mereka berpikir Nabi Ilyas telah mengganggu
ketenteraman hidup mereka. Akhirnya, mereka sepakat untuk menyingkirkannya.
Kaum Phunicia mengusir
Nabi Ilyas. Kalau tidak mau pergi, mereka akan menghabisi Nabi Ilyas. Ternyata,
ancaman mereka tidak main-main. Ketika Nabi Ilyas sedang berdakwah, mereka
mengejar-ngejar Nabi Ilyas untuk dibunuh.
Nabi Ilyas melarikan
diri untuk menghindari kejahatan kaumnya. Dalam pelarian itu, Nabi Ilyas
bertemu dengan sebuah keluarga yang sangat baik. Nabi Ilyas diterima dan
diperlakukan dengan baik.
Ternyata, salah
seorang anggota keluarga itu sedang sakit. Ia seorang anak muda bernama Ilyasa.
Sakitnya sangat parah. Nabi Ilyas berdoa kepada Allah agar Ilyasa disembuhkan.
Doa Nabi Ilyas dikabulkan. Ilyasa pun sembuh dari sakitnya.
Akhlak Nabi Ilyas yang
mulia membuat Ilyasa tertarik. Ia pun mengikuti ajaran yang dibawanya. Ilyasa
bersedia menemani Nabi Ilyas dalam berdakwah. Nabi Ilyas mendapat teman baru
dalam berdakwah.
Ilyasa
Diangkat Menjadi Nabi
“Dan
Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di
atas umat yang lain (pada masanya).” (QS. Al-An`aam
[6]: 86)
Sekian lama Ilyasa
mendampingi Nabi Ilyas berdakwah. Akhirnya, ia diangkat Allah menjadi nabi dan
rasul. Setelah diangkat menjadi nabi, ia bersama Nabi Ilyas bahu-membahu
berdakwah menyampaikan agama Allah.
Tantangan dan
rintangan dalam berdakwah dihadapi bersama. Mereka saling menyokong dan kompak
dalam menjalankan tugasnya sebagai nabi dan rasul.
Kemunafikan
Kaum Phunicia
Sepeninggal Nabi
Ilyas, kaum Phunicia ditimpa musibah. Negeri mereka dilanda kemarau panjang.
Tiga tahun berturut-turut. Terik matahari membakar sawah ladang mereka. Tanaman
mereka mati mongering. Hewan ternak mereka juga mati kehausan.
Kaum Phunicia sangat
menderita. Mereka mulai mengalami kelaparan. Sawah dan ladang mereka gagal
panen. Saat itu, mereka teringat kepada Nabi Ilyas. Mereka merasa berdosa telah
mengingkari seruan Nabi Ilyas.
Kaum Phunicia
bermusyawarah untuk menemukan jalan keluar dari krisis. Mereka sepakat mencari
Nabi Ilyas. Mereka ingin bertobat. Mereka menjelajahi jazirah Arab. Akhirnya,
setelah melalui pencarian yang panjang, mereka berhasil bertemu dengan Nabi
Ilyas. Saat itu Nabi Ilyas tengah bersama Nabi Ilyasa.
“Wahai Ilyas, tolonglah
kami. Negeri kami dilanda kemarau panjang. Kami terancam kelaparan. Mohonkanlah
kepada Tuhanmu agar mencabut musibah itu. Kami berjanji akan bertobat kepada
Allah dan mengikuti ajaranmu,” tutur mereka penuh iba.
Sebagai bukti, mereka
juga mengajak Nabi Ilyas kembali ke Yordan. Sesampainya di sana, mereka
menghancurkan berhala-berhala sesembahan mereka, termasuk ba`l. Melihat
kesungguhan kaumnya, Nabi Ilyas tidak tega juga.
Nabi Ilyas berdoa
kepada Allah agar mengangkat kemarau dan menurunkan hujan. Tidak lama kemudian
turun hujan lebat. Tanah kembali subur. Tanaman mulai tumbuh dan akhirnya
berbuah. Mereka kembali hidup makmur. Mereka juga patuh mengikuti ajaran Nabi
Ilyas dan Nabi Ilyasa.
Namun, beberapa tahun
kemudian, setelah Nabi Ilyas wafat, kaum Phunicia kembali ke kebiasaan lama.
Mereka kembali menyembah berhala. Mereka juga menggunakan harta mereka untuk berbuat
maksiat.
Nabi Ilyasa dengan
gigih menyeru mereka agar kembali ke jalan yang benar. Namun, mereka tidak mau
sadar. Kesesatan mereka justru semakin menjadi-jadi. Akhirnya, Nabi Ilyasa
berdoa agar Allah menimpakan azab-Nya.
Tidak lama kemudian,
azab kemarau panjang kembali melanda Yordan. Kali ini lebih panjang dan panas
dari sebelumnya. Kaum Phunicia ditimpa paceklik. Mereka akhirnya mati
kelaparan.
Hikmah
Kisah
Kita bisa memetik
pelajaran berharga dari kisah Nabi Ilyas AS dan Nabi Ilyasa AS bahwa sikap
sabar dan pantang putus asa merupakan sikap terpuji dan modal meraih
keberhasilan. Sementara itu, sifat munafik akan mendatangkan malapetaka yang
besar. Bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Kisah ini diambil dari
buku yang berjudul Kisah Menakjubkan
25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian
semua.
Read more »
2 comments:
Yes. Kesabaran adalah modal utama didunia ini teman. Terimaksih
menang BERSAMA
Hidup Adalah Perjuangan
mantaap
Post a Comment