Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Zakaria AS dan Nabi Yahya AS

Nabi Zakaria AS adalah nabi kedua puluh dua. Sedangkan, Nabi Yahya AS adalah nabi kedua puluh tiga. Nabi Yahya adalah anak Nabi Zakaria. Allah mengutus Nabi Zakaria dan Nabi Yahya untuk berdakwah kepada Bani Israil di Yerusalem, Palestina.

Doa Nabi Zakaria
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris terbaik.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 89)

Nabi Zakaria mengabdikan seluruh usianya untuk berdakwah. Ia mengajarkan agama Allah di Baitul Maqdis. Ia menyeru Bani Israil agar kembali ke jalan yang benar. Setelah Nabi Sulaiman wafat, kebanyakan Bani Israil kembali ke jalan yang sesat. Mereka melupakan ajaran Taurat dan Zabur. Mereka justru mempelajari ilmu sihir.

Namun, pada usianya menginjak Sembilan puluh tahun, tidak banyak orang yang mengikuti seruannya. Sementara, Nabi Zakaria belum juga dikaruniai anak sebagai penerus dakwahnya. Inilah yang membuat Nabi Zakaria cemas. Ia mengkhawatirkan keadaan kaumnya setelah ia wafat.

Karenanya, Nabi Zakaria sering berdoa kepada Allah memohon keturunan. Terlebih saat malam telah sunyi senyap. Nabi Zakaria memanjatkan doa kepada Allah dengan penuh khusyuk.

“Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa,” mohon Nabi Zakaria dalam doanya.

Doa Nabi Zakaria Terkabul
“(Allah berfirman), ‘Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.” (QS.Maryam [19]: 7)

Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria. Saat Nabi Zakaria sedang shalat di mihrabnya (bangunan dari masjid atau musholla yang biasanya digunakan sebagai tempat imam memimpin shalat berjamaah), Malaikat Jibril memberikan kabar bahwa ia akan segera memiliki seorang anak laki-laki. Namanya Yahya.

Nabi Zakaria sangat senang mendengar kabar itu. Namun, dalam hatinya masih ada sedikit keraguan. “Ya Tuhanku, Bagaimana aku akan mendapatkan anak? Padahal, istriku tidak dapat memiliki anak (mandul) dan aku juga sudah tua?” Tanya Nabi Zakaria.

Allah berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, sungguh engkau telah Aku ciptakan sebelum itu. Padahal (waktu itu), engkau belum berwujud sama sekali.”

Tidak lama berselang, istri Nabi Zakaria mengandung. Setelah Sembilan bulan, lahirlah Yahya. Nabi Zakaria sangatlah senang dengan kelahiran anaknya. Kini, ia mempunyai penerus dakwah.

Keistimewaan Yahya
“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. ‘Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.” (QS.Maryam [19]: 12)

Yahya adalah seorang yang bertakwa kepada Allah. Ia juga seorang anak yang berbakti kepada orangtuanya. Yahya dikaruniai kemampuan memahami Taurat dengan baik selagi masih anak-anak. Otaknya sangat cerdas dan ingatannya tajam. Karenanya, ia menjadi rujukan bagi orang-orang yang menanyakan persoalan agama.

Yahya memiliki rasa kasih sayang kepada manusia. Tidak ada sedikit pun sifat sombong pada diri Yahya meski ia memiliki banyak kelebihan. Yahya juga memperoleh jaminan kesejahteraan dari Allah pada hari lahirnya, wafatnya, dan saat ia dibangkitkan kelak.

Dakwah Nabi Yahya
“….Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” (QS.Ali-`Imran [3]: 39)

Setelah diangkat Allah menjadi nabi dan rasul, Nabi Yahya berdakwah menegakkan agama Allah. Ia menyeru Bani Israil agar kembali ke jalan Allah. Syariat Nabi Musa ditegakkan secara murni dan utuh.

Nabi Yahya menyeru kaumnya agar menjauhi perbuatan maksiat, seperti berzinah. Ia mengajak Bani Israil untuk peduli kepada fakir miskin dan menolong orang lemah yang membutuhkan.

Nabi Yahya menjadi hakim di kalangan Bani Israil. Ia sangat tegas memegang kebenaran. Tidak pandang bulu. Setiap orang sama kedudukannya di hadapan hokum. Dalam membuat keputusan, Nabi Yahya tidak tergiur oleh uang dan jabatan. Ia juga tidak takut ancaman. Ia memberikan fatwa (penjelasan dan pemberitahuan tentang hokum syariat) dan keputusan yang adil.

Suatu ketika dikisahkan, Raja Herodus, penguasa Palestina saat itu, mencintai anak dari saudaranya sendiri yang bernama Herodia. Herodia memang sangat cantik jelita. Raja Herodus berniat melamar dan menikahi Herodia.

Herodia dan keluarganya menyetujui rencana pernikahan itu. Akan tetapi, Nabi Yahya menentang pernikahan tersebut. Pernikahan tersebut bertentangan dengan hokum Taurat. Berita tentang pernikahan Herodus dan Herodia dan fatwa (penjelasan dan pemberitahuan tentang hokum syariat) pelarangan yang dikeluarkan Nabi Yahya pun tersiar di seluruh pelosok kota.

Herodia pun menjadi sedih dan marah terhadap Nabi Yahya. Sebab, telah mengeluarkan fatwa haram untuk pernikahan ia dengan ayah dari saudaranya sendiri (Herodus). Ia pun khawatir, Herodus akan membatalkan rencana pernikahan tersebut karena terpengaruh fatwa yang dikeluarkan Nabi Yahya. Akhirnya, Herodia menyusun rencana agar pernikahannya tetap berjalan tanpa gangguan. Ia pun berpakaian dan berdandan sangat cantik dari biasanya. Lalu, ia pergi menemui Herodus. Herodus pun bertanya, “Hai manisku, apakah yang dapat kulakukan untukmu? Aku akan patuhi segala permintaanmu. Coba, sampaikan padaku tanpa ragu-ragu.”

Herodia berkata pada Herodus, “Bila Tuan Raja berkenan, aku hanya ingin satu permintaan, yaitu kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja serta keluargaku. Penggal kepalanya! Aku akan berterima kasih.”

Menghadapi permintaan calon istrinya yang cantik, Herodus tidak berkutik. Ia pun mengabulkan permintaan tersebut. Berdasarkan riwayat Ibnu Katsir, diutuslah seseorang untuk membunuh Yahya dan memenggal kepalanya. Tak lama kemudian, orang tersebut kembali dengan membawa kepala Yahya dan darahnya di atas sebuah nampan ke hadapan Herodia.

Setelah Nabi Yahya wafat, para tokoh agama merujuk pada Nabi Zakaria. Saat itu, Nabi Zakaria sudah sangat tua. Nabi Zakaria menguatkan fatwa anaknya, Nabi Yahya, tentang pelarangan pernikahan yang masih satu mahram (memiliki ikatan darah).

Mendengar fatwa Nabi Zakaria, Herodus murka. Ia pun memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Nabi Zakaria dan membunuhnya. Berdasarkan riwayat Abdul Mun`im dari Idris bin Sinan dari ayahnya Wahab bin Munbih mengatakan bahwa Nabi Zakaria lari dari kaumnya. Kemudian, ia pun masuk ke dalam sebuah pohon. Akhirnya, merka mendatangi pohon tersebut dan langsung menggergajinya.

Saat gergaji tersebut mengenai otot-ototnya, Nabi Zakaria merintih kesakitan. Allah SWT, kemudian  mewahyukan kepada Nabi Zakaria, “Apabila rintihanmu tidak mereda, pasti akan Aku jungkalkan bumi dan apa-apa yang ada di atasnya.” Akhirnya, Nabi Zakaria segera menghentikan rintihannya. Beliau pun wafat saat itu juga.


Hikmah Kisah

Dari kisah Nabi Yahya AS dan Nabi Zakaria AS, kita dapat memetik pelajaran berharga. Jangan pernah berhenti berdoa ketika kita menginginkan sesuatu, teruslah berdoa dan berusaha, seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Zakaria. Akhirnya, Allah SWT mengabulkannya.

Kemudian, mengenai Kisah Nabi Zakaria AS dan Nabi Yahya AS yang mengenaskan jangan dipersoalkan. Pastinya, mereka berdua memiliki kesabaran dan keteguhan ketika melakukan dakwah kepada kaumnya. Karenanya, sifat-sifat baik kedua nabi ini harus kita contoh dan praktikkan sehari-hari.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

1 comments:

Unknown said... April 19, 2017 at 11:53 PM

terima kasih kongsi ea

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger