Nabi Daud AS adalah
nabi ketujuh belas. Ia diutus Allah untuk berdakwah pada Bani Israil. Selain
menjadi seorang nabi, Daud juga seorang raja yang adil dan bijaksana. Ia adalah
seorang raja yang sukses memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya. Nabi Daud wafat
di Baitul Maqdis, Palestina.
Thalut Menjadi
Raja
“Dan
nabi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi
rajamu….” (QS. Al-Baqarah [2]:
247)
Setelah Nabi Musa dan
Nabi Harun wafat, Bani Israil terpecah-belah. Mereka saling berebut menjadi
pemimpin. Bani Israil terdiri atas dua belas suku. Akibat perpecahan itu,
mereka menjadi lemah.
Kondisi itu membuat
mereka mudah dijajah oleh bangsa lain. Mereka hidup dalam ketertindasan. Saat
itulah, Allah mengutus Nabi Samuel untuk menyatukan Bani Israil. Nabi Samuel
bukan termasuk dua puluh lima nabi dan rasul.
Bani Israil meminta
kepada Nabi Samuel agar mengangkat seorang pemimpin untuk memimpin mereka.
Kemudian Nabi Samuel bermunajat kepada Allah selama berhari-hari. Ia mendapat
petunjuk dari Allah bahwa orang yang tepat menjadi pemimpin Bani Israil adalah
Thalut.
Suatu ketika, Thalut
mencari keledainya yang hilang. Secara tidak sengaja, ia bertemu dengan Nabi
Samuel. Nabi Samuel sangat terkesan melihat Thalut. Ia merasa inilah orang yang
dimaksud itu.
Nabi Samuel membawa
Thalut kepada para pemuka Bani Israil. Saat itu, mereka tengah berkumpul
menunggu Nabi Samuel di sebuah bukit.
“Wahai Bani Israil,
sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu,” seru Nabi Samuel.
Bani Israil protes.
Mereka tidak menerima keputusan Nabi Samuel. Mereka merasa lebih hebat dari
Thalut. Mereka tidak sudi dipimpin oleh Thalut.
“Memangnya siapa
Thalut? Dia hanyalah orang miskin. Kami lebih kaya darinya. Pilihlah salah
seorang di antara kami untuk menjadi pemimpin. Kami lebih berhak daripada dia,”
bantah para pemuka Bani Israil.
“Jangan kau
membangga-banggakan hartamu. Sosok pemimpin yang kalian butuhkan adalah orang
yang fisiknya kuat dan ilmunya luas. Thalut dikaruniai fisik yang kuat dan ilmu
pengetahuan yang luas,” jawab Nabi Samuel.
Akhirnya, Bani Israil
menerima Thalut sebagai pemimpin mereka. Setelah dinobatkan menjadi raja,
Thalut menghimpun Bani Israil. Ia berusaha menyatukan mereka. Ia mengimbau
kepada para pemuda Israil untuk bergabung menjadi tentara kerajaan.
“Kita akan berjuang
membebaskan negeri kita dari penjajahan,” seru Thalut.
Seruan Thalut disebar
sampai ke pelosok desa. Kabar itu didengar pula oleh Yisya. Ia memiliki tiga
belas orang anak. Yisya menyuruh tiga putranya untuk bergabung dengan tentara
Thalut.
“Wahai anakku,
negerimu membutuhkan tenagamu. Pergilah kalian berjuang membantu Raja Thalut.
Sementara, kau Daud karena masih kecil, belum perlu ikut berperang. Tugasmu
menyediakan perbekalan untuk kakak-kakakmu,” seru Yisya. Ketiga putra Yisya pun
berangkat untuk bergabung dengan tentara kerajaan.
Pertempuran
Melawan Jalut
“Dan
ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, ‘Ya Tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami
menghadapi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]:
250)
Suatu ketika, Jalut
dan tentaranya bersiap menyerang Bani Israil. Thalut segera menyiapkan
tentaranya. Ia menyongsong mereka di batas kota. Maka, berangkatlah Thalut dan
pasukannya.
Ditengah perjalanan,
Thalut dan tentaranya harus menyeberangi sebuah sungai. Thalut berpesan kepada
para pasukannya agar jangan minum air sungai berlebihan. Minumlah satu ciduk
saja. Ternyata, kebanyakan dari mereka meminum air sungai sepuasnya. Kemudian,
mereka menyerah. Nyali mereka lemah. “Wahai Thalut, kami tidak sanggup melawan
Jalut dan tentaranya. Mereka terlalu kuat untuk dikalahkan,” ujar mereka.
Pasukan yang setia
pada Thalut berkata, “Berapa banyak kelompok kecil berhasil mengalahkan
kelompok besar dengan izin Allah.”
Thalut melanjutkan
perjalanan. Tentaranya hanya tersisa sepertiganya. Akhirnya, tentara Thalut
berhadapan dengan tentara Jalut di suatu tempat.
Jalut menantang Bani
Israil untuk duel satu lawan satu. Namun, Bani Israil tidak ada yang berani
maju melawan Jalut. Mereka takut mati. Jalut adalah panglima perang yang hebat
dan kejam.
Thalut hendak maju
berduel melawan Jalut. Namun ia berpikir, jika ia yang maju, kemudian terbunuh,
Bani Israil akan tercerai-berai karena tidak ada pemimpin.
Kemudian, Jalut
menantang satu per satu pasukan Thalut. Namun, tidak satu pun dari mereka yang
berani. Akhirnya, muncul Daud menawarkan diri kepada Raja Thalut untuk melawan
Raja Jalut. Namun, ditolaknya. Akan tetapi, untuk kedua kalinya Daud memaksakan
diri untuk melawan Raja Jalut. Akhirnya, Raja Thalut memberikan izin kepada
Daud untuk melawan Raja Jalut.
Daud
Mengalahkan Jalut
“Maka
mereka mengalahkannya dengan izin Allah. Dan Daud membunuh Jalut.” (QS. Al-Baqarah [2]: 251)
Daud berhadapan dengan
Jalut. Sungguh, pertarungan yang tidak seimbang. Jalut disertai persenjataan
yang lengkap, baju perang, dan perisai. Namun, Daud hanya bersenjatakan
ketapel.
Kemudian, Jalut
menertawakan Daud yang menurutnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
kekuatan yang dimilikinya. Saat itulah, Daud melepaskan batu dari ketapelnya.
Batu itu tepat mengenai kening Jalut. Kening Jalut mengeluarkan darah dan
mengalir membasahi kedua matanya. Pandangan Jalut pun menjadi kabur.
Daud tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia lepaskan batu ketapelnya dua kali. Dua-duanya
tepat mengenai dan menancap di kening Jalut. Jalut meraung kesakitan seperti
singa yang terluka. Ia limbung seperti diterjang badai. Akhirnya, Jalut ambruk
dan tewas.
Melihat pemimpinnya
tewas, tentara Jalut lari tunggang- langgang. Thalut kembali bersama pasukannya
membawa kemenangan. Sejak saat itu, Bani Israil terbebas dari penjajahan.
Daud Menjadi
Raja
“Dan
Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah kepadanya serta kebijaksanaan
dalam memutuskan perkara.” (QS. Shaad [38]: 20)
Bani Israil bergembira
menyambut kemenangan mereka. Mereka memuji keberanian dan ketangkasan Daud.
Thalut pun bangga pada Daud. Kemudian, ia mengangkat Daud menjadi penasihat dan
panglima perang kerajaan. Bahkan, beberapa tahun kemudian, Thalut menikahkan
putrinya dengan Daud.
Daud menjalankan
tugasnya sebagai panglima perang dengan baik. Nama Daud semakin harum di
kalangan Bani Israil. Hal ini membuat Thalut merasa khawatir Daud akan
mengambil alih kekuasaannya. Iblis mulai meracuni pikiran Thalut. Kemudian,
Thalut merencanakan pembunuhan Daud.
Mikyal, istri Daud,
mengetahui rencana jahat ayahnya. Ia segera memberitahukan kepada suaminya.
Daud sangat terkejut mendengar kabar dari istrinya. Demi mencegah pertumpahan
darah, Daud pergi meninggalkan kerajaan. Tentara kerajaan banyak yang ikut
dengannya. Mereka menyatakan kesetiaannya pada Daud.
Thalut bersama
pasukannya segera melakukan pengejaran. Berhari-hari, ia mengejar Daud. Namun,
usahanya tidak berhasil. Ia dan pasukannya kelelahan. Mereka tertidur. Saat
itu, mata-mata Daud melaporkan Thalut dan tentaranya yang sedang tidur.
Daud bergerak menuju
ke sana. Kemudian, ia mengambil senjata dan tempat air Thalut. Lalu, ia naik ke
atas bukit dan berseru, “Kenapa para prajurit begitu lengah menjaga keselamatan
rajanya. Lihatlah! Aku telah mengambil senjata dan tempat air raja. Aku dapat
saja membunuhnya jika mau. Namun, aku tidak menginginkan pertumpahan darah.
Sadarlah, wahai ayah mertuaku! Jangan kau terhasut oleh bujuk rayu iblis….”
Thalut sangat terkejut.
Kata-kata Daud begitu membiusnya. Ternyata, Daud lebih bijak darinya. Ia
menyesali kesalahannya. Thalut pulang ke istananya.
Kemudian, pada malam
harinya, secara diam-diam Thalut pergi meninggalkan kerajaan. Ia hendak
bertobat kepada Allah. Menggembara melepas rindu di hati. Rindu kepada
pengampunan Allah.
Setelah kepergian
Thalut, Bani Israil sepakat mengangkat Daud sebagai raja. Selain sebagai raja,
Daud juga diangkat Allah menjadi nabi dan rasul.
Keistimewaan
Nabi Daud
“Sungguh,
Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) pada
waktu petang dan pagi.” (QS. Shaad [38]: 18)
Nabi Daud dikaruniai
berbagai keistimewaan oleh Allah. Ia dikaruniai kesempurnaan ilmu, ketelitian
dalam beramal, dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan persoalan. Nabi Daud juga
menerima Kitab Zabur sebagai pedoman hidup.
Selain itu, Nabi Daud
juga diberikan kemampuan menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk
bertasbih bersamanya memuji Allah. Nabi Daud mampu melunakkan besi sehingga ia
mampu membuat baju perang dengan tangannya tanpa bantuan api.
Daud Raja Adil
dan Bijaksana
“(Allah
berfirman), ‘Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa)
di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil….” (QS. Shaad [38]: 26)
Nabi Daud resmi
menjadi pemimpin Bani Israil. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Hukum
ditegakkan. Rakyat kecil mendapat perlindungan. Setiap perselisihan diputuskan
dengan seadil-adilnya.
Selain itu, Bani
Israil juga mencapai kemakmuran di bawah kepemimpinan Nabi Daud. Pembangunan
berjalan pesat. Tidak ada kesenjangan sosial. Bani Israil hidup damai dan
sejahtera.
Nabi Daud memerintah
selama empat puluh tahun. Ia wafat di Baitul Maqdis, Palestina. Kedudukannya
digantikan oleh putranya Nabi Sulaiman AS.
Hikmah
Kisah
Janganlah bersikap
sombong dan senang meremehkan orang lain. Sebab, belum tentu kita lebih baik
dari orang tersebut. Orang yang sombong akan bernasib buruk dan mendapatkan
azab dari Allah SWT, seperti apa yang dialami Jalut ketika berkelahi melawan
Daud.
Kisah ini diambil dari
buku yang berjudul Kisah Menakjubkan
25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian
semua.
Read more »
1 comments:
Yes. Kesombongan telah terbukti menjatuhkan banyak orang teman. Terimakasih
menang BERSAMA
Hidup Adalah Perjuangan
Post a Comment