Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Daud AS

Nabi Daud AS adalah nabi ketujuh belas. Ia diutus Allah untuk berdakwah pada Bani Israil. Selain menjadi seorang nabi, Daud juga seorang raja yang adil dan bijaksana. Ia adalah seorang raja yang sukses memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya. Nabi Daud wafat di Baitul Maqdis, Palestina.

Thalut Menjadi Raja
“Dan nabi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu….” (QS. Al-Baqarah [2]: 247)

Setelah Nabi Musa dan Nabi Harun wafat, Bani Israil terpecah-belah. Mereka saling berebut menjadi pemimpin. Bani Israil terdiri atas dua belas suku. Akibat perpecahan itu, mereka menjadi lemah.

Kondisi itu membuat mereka mudah dijajah oleh bangsa lain. Mereka hidup dalam ketertindasan. Saat itulah, Allah mengutus Nabi Samuel untuk menyatukan Bani Israil. Nabi Samuel bukan termasuk dua puluh lima nabi dan rasul.

Bani Israil meminta kepada Nabi Samuel agar mengangkat seorang pemimpin untuk memimpin mereka. Kemudian Nabi Samuel bermunajat kepada Allah selama berhari-hari. Ia mendapat petunjuk dari Allah bahwa orang yang tepat menjadi pemimpin Bani Israil adalah Thalut.

Suatu ketika, Thalut mencari keledainya yang hilang. Secara tidak sengaja, ia bertemu dengan Nabi Samuel. Nabi Samuel sangat terkesan melihat Thalut. Ia merasa inilah orang yang dimaksud itu.

Nabi Samuel membawa Thalut kepada para pemuka Bani Israil. Saat itu, mereka tengah berkumpul menunggu Nabi Samuel di sebuah bukit.

“Wahai Bani Israil, sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu,” seru Nabi Samuel.

Bani Israil protes. Mereka tidak menerima keputusan Nabi Samuel. Mereka merasa lebih hebat dari Thalut. Mereka tidak sudi dipimpin oleh Thalut.

“Memangnya siapa Thalut? Dia hanyalah orang miskin. Kami lebih kaya darinya. Pilihlah salah seorang di antara kami untuk menjadi pemimpin. Kami lebih berhak daripada dia,” bantah para pemuka Bani Israil.

“Jangan kau membangga-banggakan hartamu. Sosok pemimpin yang kalian butuhkan adalah orang yang fisiknya kuat dan ilmunya luas. Thalut dikaruniai fisik yang kuat dan ilmu pengetahuan yang luas,” jawab Nabi Samuel.

Akhirnya, Bani Israil menerima Thalut sebagai pemimpin mereka. Setelah dinobatkan menjadi raja, Thalut menghimpun Bani Israil. Ia berusaha menyatukan mereka. Ia mengimbau kepada para pemuda Israil untuk bergabung menjadi tentara kerajaan.

“Kita akan berjuang membebaskan negeri kita dari penjajahan,” seru Thalut.

Seruan Thalut disebar sampai ke pelosok desa. Kabar itu didengar pula oleh Yisya. Ia memiliki tiga belas orang anak. Yisya menyuruh tiga putranya untuk bergabung dengan tentara Thalut.

“Wahai anakku, negerimu membutuhkan tenagamu. Pergilah kalian berjuang membantu Raja Thalut. Sementara, kau Daud karena masih kecil, belum perlu ikut berperang. Tugasmu menyediakan perbekalan untuk kakak-kakakmu,” seru Yisya. Ketiga putra Yisya pun berangkat untuk bergabung dengan tentara kerajaan.

Pertempuran Melawan Jalut
“Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, ‘Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 250)

Suatu ketika, Jalut dan tentaranya bersiap menyerang Bani Israil. Thalut segera menyiapkan tentaranya. Ia menyongsong mereka di batas kota. Maka, berangkatlah Thalut dan pasukannya.

Ditengah perjalanan, Thalut dan tentaranya harus menyeberangi sebuah sungai. Thalut berpesan kepada para pasukannya agar jangan minum air sungai berlebihan. Minumlah satu ciduk saja. Ternyata, kebanyakan dari mereka meminum air sungai sepuasnya. Kemudian, mereka menyerah. Nyali mereka lemah. “Wahai Thalut, kami tidak sanggup melawan Jalut dan tentaranya. Mereka terlalu kuat untuk dikalahkan,” ujar mereka.

Pasukan yang setia pada Thalut berkata, “Berapa banyak kelompok kecil berhasil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”

Thalut melanjutkan perjalanan. Tentaranya hanya tersisa sepertiganya. Akhirnya, tentara Thalut berhadapan dengan tentara Jalut di suatu tempat.

Jalut menantang Bani Israil untuk duel satu lawan satu. Namun, Bani Israil tidak ada yang berani maju melawan Jalut. Mereka takut mati. Jalut adalah panglima perang yang hebat dan kejam.

Thalut hendak maju berduel melawan Jalut. Namun ia berpikir, jika ia yang maju, kemudian terbunuh, Bani Israil akan tercerai-berai karena tidak ada pemimpin.

Kemudian, Jalut menantang satu per satu pasukan Thalut. Namun, tidak satu pun dari mereka yang berani. Akhirnya, muncul Daud menawarkan diri kepada Raja Thalut untuk melawan Raja Jalut. Namun, ditolaknya. Akan tetapi, untuk kedua kalinya Daud memaksakan diri untuk melawan Raja Jalut. Akhirnya, Raja Thalut memberikan izin kepada Daud untuk melawan Raja Jalut.

Daud Mengalahkan Jalut
“Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah. Dan Daud membunuh Jalut.” (QS. Al-Baqarah [2]: 251)

Daud berhadapan dengan Jalut. Sungguh, pertarungan yang tidak seimbang. Jalut disertai persenjataan yang lengkap, baju perang, dan perisai. Namun, Daud hanya bersenjatakan ketapel.

Kemudian, Jalut menertawakan Daud yang menurutnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan yang dimilikinya. Saat itulah, Daud melepaskan batu dari ketapelnya. Batu itu tepat mengenai kening Jalut. Kening Jalut mengeluarkan darah dan mengalir membasahi kedua matanya. Pandangan Jalut pun menjadi kabur.

Daud tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia lepaskan batu ketapelnya dua kali. Dua-duanya tepat mengenai dan menancap di kening Jalut. Jalut meraung kesakitan seperti singa yang terluka. Ia limbung seperti diterjang badai. Akhirnya, Jalut ambruk dan tewas.

Melihat pemimpinnya tewas, tentara Jalut lari tunggang- langgang. Thalut kembali bersama pasukannya membawa kemenangan. Sejak saat itu, Bani Israil terbebas dari penjajahan.

Daud Menjadi Raja
“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah kepadanya serta kebijaksanaan dalam memutuskan perkara.” (QS. Shaad [38]: 20)

Bani Israil bergembira menyambut kemenangan mereka. Mereka memuji keberanian dan ketangkasan Daud. Thalut pun bangga pada Daud. Kemudian, ia mengangkat Daud menjadi penasihat dan panglima perang kerajaan. Bahkan, beberapa tahun kemudian, Thalut menikahkan putrinya dengan Daud.

Daud menjalankan tugasnya sebagai panglima perang dengan baik. Nama Daud semakin harum di kalangan Bani Israil. Hal ini membuat Thalut merasa khawatir Daud akan mengambil alih kekuasaannya. Iblis mulai meracuni pikiran Thalut. Kemudian, Thalut merencanakan pembunuhan Daud.

Mikyal, istri Daud, mengetahui rencana jahat ayahnya. Ia segera memberitahukan kepada suaminya. Daud sangat terkejut mendengar kabar dari istrinya. Demi mencegah pertumpahan darah, Daud pergi meninggalkan kerajaan. Tentara kerajaan banyak yang ikut dengannya. Mereka menyatakan kesetiaannya pada Daud.

Thalut bersama pasukannya segera melakukan pengejaran. Berhari-hari, ia mengejar Daud. Namun, usahanya tidak berhasil. Ia dan pasukannya kelelahan. Mereka tertidur. Saat itu, mata-mata Daud melaporkan Thalut dan tentaranya yang sedang tidur.

Daud bergerak menuju ke sana. Kemudian, ia mengambil senjata dan tempat air Thalut. Lalu, ia naik ke atas bukit dan berseru, “Kenapa para prajurit begitu lengah menjaga keselamatan rajanya. Lihatlah! Aku telah mengambil senjata dan tempat air raja. Aku dapat saja membunuhnya jika mau. Namun, aku tidak menginginkan pertumpahan darah. Sadarlah, wahai ayah mertuaku! Jangan kau terhasut oleh bujuk rayu iblis….”

Thalut sangat terkejut. Kata-kata Daud begitu membiusnya. Ternyata, Daud lebih bijak darinya. Ia menyesali kesalahannya. Thalut pulang ke istananya.

Kemudian, pada malam harinya, secara diam-diam Thalut pergi meninggalkan kerajaan. Ia hendak bertobat kepada Allah. Menggembara melepas rindu di hati. Rindu kepada pengampunan Allah.

Setelah kepergian Thalut, Bani Israil sepakat mengangkat Daud sebagai raja. Selain sebagai raja, Daud juga diangkat Allah menjadi nabi dan rasul.

Keistimewaan Nabi Daud
“Sungguh, Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) pada waktu petang dan pagi.” (QS. Shaad [38]: 18)

Nabi Daud dikaruniai berbagai keistimewaan oleh Allah. Ia dikaruniai kesempurnaan ilmu, ketelitian dalam beramal, dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan persoalan. Nabi Daud juga menerima Kitab Zabur sebagai pedoman hidup.

Selain itu, Nabi Daud juga diberikan kemampuan menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersamanya memuji Allah. Nabi Daud mampu melunakkan besi sehingga ia mampu membuat baju perang dengan tangannya tanpa bantuan api.

Daud Raja Adil dan Bijaksana
“(Allah berfirman), ‘Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil….” (QS. Shaad [38]: 26)

Nabi Daud resmi menjadi pemimpin Bani Israil. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Hukum ditegakkan. Rakyat kecil mendapat perlindungan. Setiap perselisihan diputuskan dengan seadil-adilnya.

Selain itu, Bani Israil juga mencapai kemakmuran di bawah kepemimpinan Nabi Daud. Pembangunan berjalan pesat. Tidak ada kesenjangan sosial. Bani Israil hidup damai dan sejahtera.

Nabi Daud memerintah selama empat puluh tahun. Ia wafat di Baitul Maqdis, Palestina. Kedudukannya digantikan oleh putranya Nabi Sulaiman AS.


Hikmah Kisah

Janganlah bersikap sombong dan senang meremehkan orang lain. Sebab, belum tentu kita lebih baik dari orang tersebut. Orang yang sombong akan bernasib buruk dan mendapatkan azab dari Allah SWT, seperti apa yang dialami Jalut ketika berkelahi melawan Daud.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

1 comments:

Hidup Adalah Perjuangan said... February 22, 2016 at 10:06 AM

Yes. Kesombongan telah terbukti menjatuhkan banyak orang teman. Terimakasih
menang BERSAMA
Hidup Adalah Perjuangan

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger