Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Yunus AS

Nabi Yunus AS adalah nabi kedua puluh satu. Ia diutus Allah untuk berdakwah di negeri Ninawa. Penduduk Ninawa adalah penyembah berhala. Pada awalnya, penduduk Ninawa menolak dakwah Nabi Yunus. Namun akhirnya mereka bertobat kepada Allah saat azab akan turun.

Dakwah Nabi Yunus
“Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul.” (QS. Ash-Shaaffaat [37]: 139)

Allah mengutus Nabi Yunus untuk berdakwah kepada penduduk Ninawa. Ninawa adalah negeri kecil. Penduduknya hanya sekitar seratus ribu orang. Penduduk Ninawa adalah penyembah berhala. Mereka hidup dalam kesesatan dan kebodohan.

Nabi Yunus bukanlah penduduk asli Ninawa. Ia adalah seorang pendatang. Ia berasal dari Palestina. Ia sengaja datang ke Ninawa untuk berdakwah. Ia menyeru penduduk Ninawa agar meninggalkan berhala-berhala terlaknat itu. Nabi Yunus menyeru mereka agar menyembah kepada Allah.

Nabi Yunus mengajak penduduk Ninawa untuk memikirkan alam semesta. Misalnya, langit yang tinggi membentang. Miliaran bintang bertaburan di angkasa, bumi yang terhampar luas, sungai yang mengalir, dan pepohonan yang menghasilkan buah-buahan.

Semua itu, sudah pasti ada penciptanya. Pencipta itu adalah Allah SWT. Tiada Tuhan selain Dia. Dialah pencipta, pengatur, dan pemelihara alam semesta.

Namun, penduduk Ninawa menolak seruan Nabi Yunus. “Hai Yunus, jangan sok pintar. Kami tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Kami akan tetap menyembah berhala-berhala ini. Berhala-berhala inilah yang memberikan keberkahan kepada kami ,” ujar pemuka penduduk Ninawa.

Nabi Yunus tidak putus asa. Ia terus berdakwah hingga 33 tahun lamanya. Namun, ia hanya memperoleh dua pengikut; Rubil dan Tanukh. Ia ingatkan penduduk Ninawa akan azab Allah yang telah ditimpakan kepada kaum Nabi Nuh, kaum A`d, kaum Tsamud, dan kaum Nabi Luth.

“Hai Yunus, hentikanlah ocehanmu itu. Kami tidak takut dengan ancamanmu. Datangkan saja azab itu jika kau bukan pembohong,” kata seorang penduduk Ninawa.

Bukannya sadar, mereka justru menantang agar diturunkan azab. Nabi Yunus sedih, marah, dan kecewa. Ia merasa tidak ada gunanya lagi menyeru penduduk Ninawa. Akhirnya, Nabi Yunus memutuskan untuk meninggalkan Ninawa.

Bertobatnya Penduduk Ninawa
“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (QS. Yunus [10]: 98)

Tidak lama setelah kepergian Nabi Yunus, muncullah tanda-tanda azab akan turun di Ninawa. Langit tertutup oleh awan hitam yang tebal dan pekat. Semakin lama semakin tebal dan menutupi seluruh negeri Ninawa. Keadaan menjadi sangat gelap.

Penduduk Ninawa mulai panik. Mereka harus menyalakan api untuk bisa melihat. Tidak lama berselang, suhu udara menjadi sangat panas. Kulit seakan melepuh. Bibir pecah-pecah. Pada saat itulah, penduduk Ninawa teringat akan dakwah Nabi Yunus.

“Inilah azab yang dikatakan Nabi Yunus itu. Ini karena kesalahan kita sendiri. Kita menolak seruan Nabi Yunus. Padahal, dia mengajak kita kepada kebenaran,” kata salah seorang penduduk Ninawa.

“Kalau begitu, mari kita cari Nabi Yunus. Kita katakana kepadanya kita akan bertobat. Kita akan mengikuti ajarannya,” usul salah seorang di antara mereka.

Mulailah penduduk Ninawa mencari Nabi Yunus. Mereka mencari ke seluruh penjuru negeri Ninawa. Namun, tidak juga ditemukan. Sementara itu, awan hitam pekat masih memayungi negeri Ninawa. Suhu panas juga belum hilang.

Penduduk Ninawa kebingungan. Mereka harus mencari kemana lagi. “Nampaknya, Nabi Yunus sudah pergi jauh. Sekarang, lebih baik kita segera bertobat kepada Allah. Mudah-mudahan, Allah mengampuni dosa-dosa kita,” seru seorang pemuka penduduk Ninawa.

Akhirnya, penduduk Ninawa melakukan pertobatan masal. Mereka berkumpul di sebuah lapangan. Kemudian mereka menyatakan pertobatannya kepada Allah. Mereka berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa dan keji lagi. Air mata pertobatan tertumpah di Ninawa. Sebagai bukti pertobatan mereka, berhala-berhala tidak berguna itu mereka hancurkan berkeping-keping.

Allah Maha Pengampun dan Penerima Tobat. Allah menerima pertobatan penduduk Ninawa. Lalu, perlahan-lahan awan hitam pekat itu berangsur-angsur hilang. Suhu udara juga berangsur-angsur normal.

Melihat hal itu, penduduk Ninawa bersyukur kepada Allah. Mereka dapat kembali hidup normal. Mereka berdoa kepada Allah agar mengembalikan Nabi Yunus ke Ninawa untuk membimbing mereka.

Nabi Yunus Ditelan Ikan Paus
“Maka dia ditelan ikan besar dalam keadaan tercela.” (QS. Ash-Shaaffaat [137]: 142)

Sementara itu, Nabi Yunus terus berjalan. Mendaki gunung dan menuruni lembah. Hingga sampailah ia di sebuah pelabuhan. Saat itu, ada sebuah kapal yang akan berlayar. Nabi Yunus meminta izin untuk ikut. Setelah mendapat izin, ia naik ke kapal tersebut.

Saat berada di tengah laut, tiba-tiba angin dan ombak besar menghantam kapal mereka. Kapal mereka oleng ke kiri dank e kanan. Semua penumpang kapal panik. Nahkoda kapal mengatakan bahwa kapal kelebihan muatan. Muatan harus dikurangi satu orang.

Setelah itu, dilakukanlah undian untuk menentukan siapa yang harus terjun ke laut. Setiap orang mengumpulkan namanya. Ketika diundi, nama Nabi Yunus yang keluar. Nahkoda kapal tidak setuju kalau Nabi Yunus yang harus terjun ke air. Akhirnya, dilakukanlah undian sampai tiga kali. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus. Nabi Yunus menyadari bahwa ini kehendak Allah. Lalu, meloncatlah Nabi Yunus dari kapal itu. Tiba-tiba, ikan paus besar menelan Nabi Yunus. Nabi Yunus berada dalam perur ikan paus yang gelap gulita.

Tiga hari tiga malam, Nabi Yunus berada dalam perut ikan paus. Selama dalam perut ikan paus, Nabi Yunus merenungi hari-hari kehidupannya. Ia yakin ini semua atas kehendak Allah.

Nabi Yunus menyadari kesalahannya. Ia meninggalkan kaumnya tanpa petunjuk dari Allah. Ia pergi atas kehendaknya sendiri. Kemudian, Nabi Yunus berdoa, “Tiada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.”

Pada hari keempat, Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan paus. Nabi Yunus terlempar dari perut ikan paus. Ia terdampar di pantai dalam keadaan kurus, lemah, dan sakit.

Allah Maha Pengasih. Di sekitar tempat Nabi Yunus, tumbuh pohon yaqtien. Sejenis pohon labu yang berdaun rimbun dan berbuah lebat. Pohon itu melindungi Nabi Yunus dari panas. Kemudian, Nabi Yunus memakan buahnya dan menjadikan daun-daunnya sebagai obat. Perlahan, kondisi Nabi Yunus mulai pulih.

Nabi Yunus Kembali ke Ninawa
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman. Karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.” (QS. Ash-Shaaffaat [37]: 147_148)

Setelah kesehatan Nabi Yunus benar-benar pulih, Allah memerintahkan Nabi Yunus agar kembali ke Ninawa. Nabi Yunus melangkah menuju negeri Ninawa.

Penduduk Ninawa menyambut Nabi Yunus dengan sukacita. Mereka memiliki pemimpin untuk membimbing mereka. Nabi Yunus juga sangat senang melihat keadaan kaumnya. Mereka semua telah beriman kepada Allah.

Nabi Yunus membimbing kaumnya penuh ketelatenan. Mereka bersama-sama membangun Ninawa menjadi lebih baik lagi.


Hikmah Kisah

Dari kisah Nabi Yunus, kita dapat mengambil hikmahnya bahwa dalam mengajarkan kebaikan, kesabaran sangat dibutuhkan. Selain itu, ketika kita melakukan kesalahan, segeralah bertobat kepada Allah SWT. Sebab, Allah Maha Pengampun atas setiap kesalahan yang hamba-Nya perbuat.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger