Nabi Yunus AS adalah
nabi kedua puluh satu. Ia diutus Allah untuk berdakwah di negeri Ninawa.
Penduduk Ninawa adalah penyembah berhala. Pada awalnya, penduduk Ninawa menolak
dakwah Nabi Yunus. Namun akhirnya mereka bertobat kepada Allah saat azab akan turun.
Dakwah Nabi
Yunus
“Dan
sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul.” (QS. Ash-Shaaffaat [37]: 139)
Allah mengutus Nabi
Yunus untuk berdakwah kepada penduduk Ninawa. Ninawa adalah negeri kecil.
Penduduknya hanya sekitar seratus ribu orang. Penduduk Ninawa adalah penyembah
berhala. Mereka hidup dalam kesesatan dan kebodohan.
Nabi Yunus bukanlah
penduduk asli Ninawa. Ia adalah seorang pendatang. Ia berasal dari Palestina.
Ia sengaja datang ke Ninawa untuk berdakwah. Ia menyeru penduduk Ninawa agar
meninggalkan berhala-berhala terlaknat itu. Nabi Yunus menyeru mereka agar
menyembah kepada Allah.
Nabi Yunus mengajak
penduduk Ninawa untuk memikirkan alam semesta. Misalnya, langit yang tinggi
membentang. Miliaran bintang bertaburan di angkasa, bumi yang terhampar luas,
sungai yang mengalir, dan pepohonan yang menghasilkan buah-buahan.
Semua itu, sudah pasti
ada penciptanya. Pencipta itu adalah Allah SWT. Tiada Tuhan selain Dia. Dialah
pencipta, pengatur, dan pemelihara alam semesta.
Namun, penduduk Ninawa
menolak seruan Nabi Yunus. “Hai Yunus, jangan sok pintar. Kami tidak mengerti
apa yang kau bicarakan. Kami akan tetap menyembah berhala-berhala ini.
Berhala-berhala inilah yang memberikan keberkahan kepada kami ,” ujar pemuka
penduduk Ninawa.
Nabi Yunus tidak putus
asa. Ia terus berdakwah hingga 33 tahun lamanya. Namun, ia hanya memperoleh dua
pengikut; Rubil dan Tanukh. Ia ingatkan penduduk Ninawa akan azab Allah yang
telah ditimpakan kepada kaum Nabi Nuh, kaum A`d, kaum Tsamud, dan kaum Nabi Luth.
“Hai Yunus,
hentikanlah ocehanmu itu. Kami tidak takut dengan ancamanmu. Datangkan saja
azab itu jika kau bukan pembohong,” kata seorang penduduk Ninawa.
Bukannya sadar, mereka
justru menantang agar diturunkan azab. Nabi Yunus sedih, marah, dan kecewa. Ia
merasa tidak ada gunanya lagi menyeru penduduk Ninawa. Akhirnya, Nabi Yunus
memutuskan untuk meninggalkan Ninawa.
Bertobatnya
Penduduk Ninawa
“Maka
mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus) beriman,
Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan
Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (QS. Yunus [10]: 98)
Tidak lama setelah
kepergian Nabi Yunus, muncullah tanda-tanda azab akan turun di Ninawa. Langit
tertutup oleh awan hitam yang tebal dan pekat. Semakin lama semakin tebal dan
menutupi seluruh negeri Ninawa. Keadaan menjadi sangat gelap.
Penduduk Ninawa mulai
panik. Mereka harus menyalakan api untuk bisa melihat. Tidak lama berselang,
suhu udara menjadi sangat panas. Kulit seakan melepuh. Bibir pecah-pecah. Pada
saat itulah, penduduk Ninawa teringat akan dakwah Nabi Yunus.
“Inilah azab yang
dikatakan Nabi Yunus itu. Ini karena kesalahan kita sendiri. Kita menolak
seruan Nabi Yunus. Padahal, dia mengajak kita kepada kebenaran,” kata salah
seorang penduduk Ninawa.
“Kalau begitu, mari
kita cari Nabi Yunus. Kita katakana kepadanya kita akan bertobat. Kita akan
mengikuti ajarannya,” usul salah seorang di antara mereka.
Mulailah penduduk
Ninawa mencari Nabi Yunus. Mereka mencari ke seluruh penjuru negeri Ninawa.
Namun, tidak juga ditemukan. Sementara itu, awan hitam pekat masih memayungi
negeri Ninawa. Suhu panas juga belum hilang.
Penduduk Ninawa
kebingungan. Mereka harus mencari kemana lagi. “Nampaknya, Nabi Yunus sudah
pergi jauh. Sekarang, lebih baik kita segera bertobat kepada Allah.
Mudah-mudahan, Allah mengampuni dosa-dosa kita,” seru seorang pemuka penduduk
Ninawa.
Akhirnya, penduduk
Ninawa melakukan pertobatan masal. Mereka berkumpul di sebuah lapangan.
Kemudian mereka menyatakan pertobatannya kepada Allah. Mereka berjanji tidak
akan melakukan perbuatan dosa dan keji lagi. Air mata pertobatan tertumpah di
Ninawa. Sebagai bukti pertobatan mereka, berhala-berhala tidak berguna itu
mereka hancurkan berkeping-keping.
Allah Maha Pengampun
dan Penerima Tobat. Allah menerima pertobatan penduduk Ninawa. Lalu,
perlahan-lahan awan hitam pekat itu berangsur-angsur hilang. Suhu udara juga
berangsur-angsur normal.
Melihat hal itu,
penduduk Ninawa bersyukur kepada Allah. Mereka dapat kembali hidup normal.
Mereka berdoa kepada Allah agar mengembalikan Nabi Yunus ke Ninawa untuk
membimbing mereka.
Nabi Yunus
Ditelan Ikan Paus
“Maka
dia ditelan ikan besar dalam keadaan tercela.” (QS.
Ash-Shaaffaat [137]: 142)
Sementara itu, Nabi
Yunus terus berjalan. Mendaki gunung dan menuruni lembah. Hingga sampailah ia
di sebuah pelabuhan. Saat itu, ada sebuah kapal yang akan berlayar. Nabi Yunus
meminta izin untuk ikut. Setelah mendapat izin, ia naik ke kapal tersebut.
Saat berada di tengah
laut, tiba-tiba angin dan ombak besar menghantam kapal mereka. Kapal mereka
oleng ke kiri dank e kanan. Semua penumpang kapal panik. Nahkoda kapal
mengatakan bahwa kapal kelebihan muatan. Muatan harus dikurangi satu orang.
Setelah itu,
dilakukanlah undian untuk menentukan siapa yang harus terjun ke laut. Setiap
orang mengumpulkan namanya. Ketika diundi, nama Nabi Yunus yang keluar. Nahkoda
kapal tidak setuju kalau Nabi Yunus yang harus terjun ke air. Akhirnya,
dilakukanlah undian sampai tiga kali. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus.
Nabi Yunus menyadari bahwa ini kehendak Allah. Lalu, meloncatlah Nabi Yunus
dari kapal itu. Tiba-tiba, ikan paus besar menelan Nabi Yunus. Nabi Yunus
berada dalam perur ikan paus yang gelap gulita.
Tiga hari tiga malam,
Nabi Yunus berada dalam perut ikan paus. Selama dalam perut ikan paus, Nabi
Yunus merenungi hari-hari kehidupannya. Ia yakin ini semua atas kehendak Allah.
Nabi Yunus menyadari
kesalahannya. Ia meninggalkan kaumnya tanpa petunjuk dari Allah. Ia pergi atas
kehendaknya sendiri. Kemudian, Nabi Yunus berdoa, “Tiada Tuhan selain Engkau.
Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.”
Pada hari keempat,
Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan paus. Nabi Yunus terlempar dari
perut ikan paus. Ia terdampar di pantai dalam keadaan kurus, lemah, dan sakit.
Allah Maha Pengasih. Di
sekitar tempat Nabi Yunus, tumbuh pohon yaqtien. Sejenis pohon labu yang
berdaun rimbun dan berbuah lebat. Pohon itu melindungi Nabi Yunus dari panas.
Kemudian, Nabi Yunus memakan buahnya dan menjadikan daun-daunnya sebagai obat.
Perlahan, kondisi Nabi Yunus mulai pulih.
Nabi Yunus
Kembali ke Ninawa
“Dan
Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman.
Karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu
tertentu.” (QS. Ash-Shaaffaat [37]:
147_148)
Setelah kesehatan Nabi
Yunus benar-benar pulih, Allah memerintahkan Nabi Yunus agar kembali ke Ninawa.
Nabi Yunus melangkah menuju negeri Ninawa.
Penduduk Ninawa
menyambut Nabi Yunus dengan sukacita. Mereka memiliki pemimpin untuk membimbing
mereka. Nabi Yunus juga sangat senang melihat keadaan kaumnya. Mereka semua
telah beriman kepada Allah.
Nabi Yunus membimbing
kaumnya penuh ketelatenan. Mereka bersama-sama membangun Ninawa menjadi lebih
baik lagi.
Hikmah
Kisah
Dari kisah Nabi Yunus,
kita dapat mengambil hikmahnya bahwa dalam mengajarkan kebaikan, kesabaran
sangat dibutuhkan. Selain itu, ketika kita melakukan kesalahan, segeralah
bertobat kepada Allah SWT. Sebab, Allah Maha Pengampun atas setiap kesalahan
yang hamba-Nya perbuat.
Kisah ini diambil dari
buku yang berjudul Kisah Menakjubkan
25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian
semua.
Read more »
0 comments:
Post a Comment