Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Sulaiman AS

Nabi Sulaiman AS adalah nabi kedelapan belas. Ia adalah putra Nabi Daud. Nabi Sulaiman menggantikan Nabi Daud sebagai raja bangsa Israil. Selain itu, Nabi Sulaiman dikaruniai berbagai mukjizat, di antaranya dapat berbicara bahasa binatang serta mampu menundukkan angin dan jin. Nabi Sulaiman wafat di Baitul Maqdis.

Kecerdasan Sulaiman
“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu.” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 78)

Pada suatu hari, Nabi Daud mengajak putranya, Sulaiman, menghadiri sebuah persidangan. Nabi Daud bertindak sebagai hakim. Di hadapannya, telah ada dua orang yang berselisih. Seorang pemilik kambing dan pemilik kebun.

“Paduka, kambing-kambing milik kawan saya ini telah memakan dan merusak seluruh tanaman yang ada di kebun saya. Padahal, saya telah merawatnya dengan susah payah. Mulai mencangkul, menanam, menyiram, dan memberi pupuk.

“Ketika saya akan memetik hasil panen, kambing-kambing kawan saya ini memusnahkan semuanya. Mohon pertimbangan yang adil atas masalah kami?” ujar pemilik kebun.

“Apakah betul yang diceritakan oleh kawanmu itu?” Tanya Nabi Daud kepada pemilik kambing.

“Betul, paduka,” jawab pemilik kambing.

Nabi Daud merenung sejenak. Kemudian, ia membuat keputusan,”Dalam masalah ini, jelas pemilik kambing bersalah. Ia teledor menjaga hewan ternaknya sehingga merusak kebun orang lain. Karenanya, kambing-kambingnya harus diserahkan ke pemilik kebun sebagai ganti rugi.”

Hadirin hening. Wajah pemilik kambing pucat. Sementara, pemilik kebun juga tidak terlihat bahagia. Saat itulah, seorang remaja maju menghadap Nabi Daud. Dialah Sulaiman, putra Nabi Daud.

“Wahai ayah, bolehkah aku memberikan saran?” Tanya Sulaiman.

“Silahkan. Aku tidak sungkan untuk mengubah keputusanku jika memang pendapatmu lebih baik,” tukas Nabi Daud.

“Menurutku, pemilik kambing harus memperbaiki kebun yang rusak sampai seperti sediakala sebelum dirusak oleh kambingnya. Ia juga harus menyerahkan kambing-kambingnya kepada pemilik kebun, tapi hanya sementara,” ujar Sulaiman.

“Selama pemilik kambing memperbaiki kebun, pemilik kebun merawat kambing tersebut dengan baik. Ia berhak memperoleh hasilnya, seperti bulunya, susunya, dan anaknya,” kata Sulaiman kembali.

“Setelah kebun selesai diperbaiki, kebun diserahkan kepada pemiliknya. Kambing juga diserahkan ke pemiliknya. Dengan demikian, tidak ada pihak yang dirugikan. Masing-masing memperoleh kembali hak miliknya,” tutur Sulaiman memberikan penjelasan.

Nabi Daud kagum dengan kecerdasan putranya. Ia memang telah lama meduga bahwa Sulaiman adalah calon nabi. Kini, tanda-tanda itu semakin terlihat. “Wahai, pihak yang bersengketa, penjelasan Sulaiman itulah keputusanku,” tegas Nabi Daud mengubah keputusannya.

Hadirin yang datang ke persidangan terkagum-kagum dengan kecerdasan Sulaiman. Lalu, pemilik kambing dan pemilik kebun pun menjadi senang.

Sulaiman Menjadi Raja dan Nabi
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, ‘Wahai manusia, kami telah diajari bahasa burung dan diberi segala sesuatu. Sungguh (semua ini) benar-benar karunia yang nyata.” (QS. An-Naml [27]: 16)

Sejak awal, Nabi Daud telah mempersiapkan Sulaiman untuk menggantikan dirinya kelak. Hal ini karena kecerdasan Sulaiman dan tanda-tanda kenabian yang terlihat pada dirinya. Tak heran, apabila Nabi Daud begitu menyayangi Sulaiman.

Ternyata, hal ini membuat anak tertua Nabi Daud, Absyalum, merasa iri. Ia tidak setuju Sulaiman yang menjadi putra mahkota. Ia merasa dirinyalah yang berhak menggantikan Nabi Daud. “Ayahanda, aku tidak setuju Sulaiman yang menjadi putra mahkota. Aku lebih berhak daripada dia. Akulah anak yang tertua,” protes Absyalum kepada Nabi Daud.

“Anakku, ini adalah ketentuan Allah. Aku mengambil keputusan ini berdasarkan petunjuk dari-Nya,” terang Nabi Daud.

Absyalum tidak terima. Ia berniat merebut tahta kerajaan dari ayahnya. Ia menyusun kekuatan secara sembunyi-sembunyi dan mulai mendekati Bani Israil.

Absyalum menunjukan perhatian yang besar kepada rakyat. Ia memberikan banyak bantuan. Ia juga menjanjikan kemakmuran dan kesejahteraan yang lebih baik lagi. Ia menghasut rakyat agar melakukan pemberontakan kepada Nabi Daud.

Usahanya tidak sia-sia. Cukup banyak rakyat dan prajurit yang terpengaruh. Setelah merasa kekuatannya cukup kuap, Absyalum memerintahkan pendukungnya untuk melakukan demonstrasi besar-besaran, menuntut Nabi Daud mundur dan menyerahkan jabatannya kepada Absyalum.

Pengikut Nabi Daud mempertahankan istana. Namun, pendukung Absyalum terus maju. Maka, terjadilah bentrokan fisik yang menelan banyak korban. Sejak saat itu, sering terjadi bentrokan fisik antara pendukung Absyalum dengan pendukung Nabi Daud.

Melihat kondisi itu, Nabi Daud memutuskan untuk menyingkir sementara. Ia tidak menginginkan terjadi pertumpahan darah lebih banyak lagi. Nabi Daud dan pengikut setianya menyingkir ke Bukit Zaitun. Sulaiman turut serta di dalamnya. Mereka mendirikan kemah di sana.

Akhirnya, Absyalum naik tahta. Namun, kepemimpinannya membuat rakyat menderita. Ia memerintah dengan tangan besi. Siapa yang tidak setuju dengan keinginannya akan disingkirkan. Ia juga menghukum mati orang-orang yang dicurigai sebagai pendukung Nabi Daud.

Mata-mata Nabi Daud melaporkan perkembangan kerajaan kepada Nabi Daud. Nabi Daud merasa sedih. Kemudian, ia berdoa memohon petunjuk, tindakan apa yang harus dilakukannya.

Allah memberikan petunjuk agar Nabi Daud merebut kembali kerajaan dari tangan Absyalum. Nabi Daud pun menghimpun pasukannya.

“Kita akan merebut kembali hak kita. Namun, sebisa mungkin hindari pertumpahan darah. Kecuali dalam keadaan terpaksa untuk membela diri,” ujar Nabi Daud.

Akhirnya, Nabi Daud berangkat memimpin pasukannya. Mereka mengepung istana. Absyalum terkejut. Ia pun mengerahkan pasukannya untuk mengusir pasukan Nabi Daud. Pertempuran tidak dapat dihindari. Nabi Daud memenangkan pertemperan. Sementara, Absyalum tewas dalam pertempuran tersebut.

Nabi Daud kembali menjadi raja. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Ketika Nabi Daud wafat, jabatannya digantikan oleh Sulaiman. Beberapa waktu kemudian, Sulaiman juga diangkat Allah menjadi nabi dan rasul.

Nabi Sulaiman adalah sosok raja yang memiliki kecerdasan luar biasa. Ia mampu memimpin dengan adil dan bijaksana. Ia mewarisi sifat-sifat luhur ayahnya. Bani Israil mengalami puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Nabi Sulaiman.

Keistimewaan Nabi Sulaiman
“Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dia kehendaki.” (QS. Shaad [38]: 36)

Nabi Sulaiman dikaruniai berbagai keistimewaan oleh Allah. Ia memiliki pengetahuan yang sangat luas. Ia juga mengerti berbagai bahasa binatang. Manusia dan binatang tunduk kepada Nabi Sulaiman. Bahkan, bangsa jin juga tunduk kepada Nabi Sulaiman. Mereka menjadi tentara Nabi Sulaiman.

Bangsa jin selalu siap melaksanakan perintah Nabi Sulaiman. Mereka berperan besar dalam membangu istana-istana Nabi Sulaiman yang indah. Istana Nabi Sulaiman mungkin istana yang paling megah, indah, dan mahal.

Dindingnya terbuat dari batu pualam yang indah. Tiang-tiang dan pintunya terbuat dari emas. Atapnya dari perak yang berkilauan. Hiasannya dari mutiara, intan berlian, dan permata. Singkat kata, semua materialnya bernilai tinggi.

Nabi Sulaiman juga diberikan mukjizat dapat menundukkan angin. Angin itu menjadi kendaraannya. Dengan angin itu, Nabi Sulaiman menjelajahi negerinya untuk mengontrol keadaan rakyatnya.

Nabi Sulaiman membimbing rakyatnya untuk mensyukuri semua karunia Allah. Mereka semua taat menyembah kepada Allah.

Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis
“Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, ‘Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba membawa suatu berita yang meyakinkan.” (QS. An-Naml [27]: 22)

Suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan semua tentaranya, baik dari bangsa manusia, binatang, maupun jin. Semua hadir tepat waktu. Hanya satu yang tidak terlihat, yaitu burung Hud-hud. Nabi Sulaiman menanyakan keberadaan Hud-hud. Namun, tidak ada yang mengetahuinya.

Tidak lama berselang, datanglah Hud-hud dengan napas terengah-engah. “Maaf paduka, saya terlambat,” ujar Hud-hud. Ia mengibaskan sebelah sayapnya memberi penghormatan.

“Dari mana saja kau? Mengapa kau terlambat?” Tanya Nabi Sulaiman.

Hud-hud menceritakan bahwa ia terbang jauh untuk melakukan mata-mata. Ia menemukan negeri bernama Saba. Negeri itu dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Balqis. Negeri itu kaya raya. Namun, ratu dan seluruh rakyatnya menyembah matahari.

“Apa benar yang kau ceritakan itu?” Tanya Nabi Sulaiman.

“Saya tidak berbohong, paduka. Saya rela dihukum jika berita yang saya sampaikan bohong,” tegas Hud-hud.

Kemudian Nabi Sulaiman menulis sepucuk surat untuk Ratu Balqis. Isi surat Nabi Sulaiman sebagai berikut, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Nabi Sulaiman menyuruh Hud-hud memberikan surat itu kepada Ratu Balqis. Hud-hud terbang melintasi awan. Ia melaksanakan tugas dengan senang hati.

Hud-hud sampai di istana Ratu Balqis. Ia menyelinap lewat kaca jendela. Hud-hud menjatuhkan surat itu persis di hadapan Ratu Balqis. Ratu Balqis terkejut. Ia memungut surat itu dan membacanya dengan seksama.

Kemudian, Ratu Balqis mengumpulkan semua penasihatnya. Ia meminta saran mengenai surat dari Nabi Sulaiman.

“Kita adalah kerajaan yang besar dan kuat. Tidak perlu takut kepada Sulaiman. Kita akan menang jika berperang melawan mereka. Namun, semuanya terserah ratu,” ujar salah seorang penasihat.

Ratu Balqis memutuskan untuk mengirim utusan ke kerajaan Nabi Sulaiman. Ia memberikan banyak hadiah kepada Nabi Sulaiman. Ia ingin tahu bagaimana respon Nabi Sulaiman.

Maka, berangkatlah utusan Ratu Balqis menuju kerajaan Nabi Sulaiman di Palestina. Sesampainya di sana, mereka disambut baik oleh Nabi Sulaiman. Utusan itu memberikan hadiah dari Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman.

“Apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik dari apa yang diberikan-Nya kepadamu. Tetapi, kamu merasa bangga dengan hadiahmu itu. Kembalilah kalian kepada ratumu. Bawa kembali hadiah-hadiah itu,” ujar Nabi Sulaiman.

Utusan itu pulang ke negerinya. Sesampainya di negeri Saba, mereka langsung menghadap Ratu Balqis dan melaporkan hasil kunjungan mereka.

Ratu Balqis menjadi penasaran. Ia ingin tahu seberapa besar kerajaan Nabi Sulaiman itu. Ratu Balqis menyiapkan prajuritnya untuk melakukan kunjungan kenegaraan. Maka, berangkatlah Ratu Balqis dengan dikawal ketat oleh pasukan pengamanan.

Nabi Sulaiman mendengar kabar kunjungan Ratu Balqis dari mata-matanya. Nabi Sulaiman mengumpulkan seluruh pejabat kerajaan. Ia ingin memberikan kejutan kepada Ratu Balqis. Ia ingin menyadarkan Ratu Balqis agar ia beriman kepada Allah.

“Siapa di antara kalian yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu sekejap,” Tanya Nabi Sulaiman.

“Aku sanggup membawa singgasana Ratu Balqis sebelum paduka berdiri dari singgasana,” kata Jin Ifrit.

Kemudian, seorang saleh berilmu tinggi berkata, “Aku mampu memindahkannya sebelum paduka mengedipkan mata.”

Kemudian, Ia berdoa kepada Allah. Dalam sekejap, singgasana Ratu Balqis telah berada di hadapan Nabi Sulaiman.

Sementara itu, rombongan Ratu Balqis sampai di istana Nabi Sulaiman. Mereka disambut dengan hangat oleh Nabi Sulaiman dan para pejabatnya. Mereka dijamu di ruang utama istana. Lalu, Nabi Sulaiman menunjuk singgasana Ratu Balqis yang telah dipindahkan.

“Itukah singgasanamu?” tanya Nabi Sulaiman.

Ratu Balqis mengarahkan pandangannya ke singgasana yang ditunjuk Nabi Sulaiman. Ia sangat terkejut. Singgasana itu sangat mirip dengan singgasananya. Nabi Sulaiman mengatakan bahwa ia telah memindahkannya. Ratu Balqis kagum dengan kemampuan Nabi Sulaiman.

Kemudian, Nabi Sulaiman mengajak Ratu Balqis mengelilingi istananya yang megah dan indah. Saat tiba di suatu ruangan yang lantainya terbuat dari kaca tebal yang bening, Ratu Balqis mengangkat gaunnya. Ia mengira itu adalah genangan air.

“Tidak usah kau angkat gaunmu. Ini adalah lantai yang terbuat dari kaca, bukan genangan air,” ujar Nabi Sulaiman.

Ratu Balqis merasa malu. Kemudian, ia menyatakan diri beriman kepada Allah dan mengikuti agama Nabi Sulaiman. Sejak saat itu, kerajaan Nabi Sulaiman dengan kerajaan Ratu Balqis bersahabat dan bekerjasama. Lalu, mereka menikah.

Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis bersatu menyebarkan agama Allah. Rakyat Saba mengikuti Ratu Balqis. Mereka semua beriman kepada Allah dan mengikuti agama yang diajarkan Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman Wafat
“Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu sekitarnya mereka mengetahui yang ghaib tentu mereka tidak tetap dalam siksaan yang menghinakan.” (QS. Saba` [34]: 14)

Suatu ketika, Nabi Sulaiman sedang mengawasi pembangunan sebuah kota. Ia duduk sambil memegang tongkatnya. Saat itu, bangsa jin tengah giat bekerja membangun kota itu atas perintah Nabi Sulaiman.

Entah berapa lama Nabi Sulaiman duduk seperti itu. Tidak ada yang tahu. Namun, ternyata rayap telah memakan tongkatnya. Tongkat itu pun patah. Seketika Nabi Sulaiman tersungkur. Rupanya, Nabi Sulaiman telah wafat.


Hikmah Kisah

Kita bisa memetik pelajaran berharga dari kisah Nabi Sulaiman AS, yaitu ketika kita menjadi seorang pemimpin, harus cermat dan adil dalam memutuskan suatu masalah. Jangan sampai ada yang merasa dirugikan dengan keputusan kita.

Selain itu, janganlah bersikap iri hati. Sebab, sikap seperti itu hanya akan membahayakan dan merugikan diri kita serta orang lain.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger