Nabi Sulaiman AS
adalah nabi kedelapan belas. Ia adalah putra Nabi Daud. Nabi Sulaiman
menggantikan Nabi Daud sebagai raja bangsa Israil. Selain itu, Nabi Sulaiman
dikaruniai berbagai mukjizat, di antaranya dapat berbicara bahasa binatang
serta mampu menundukkan angin dan jin. Nabi Sulaiman wafat di Baitul Maqdis.
Kecerdasan
Sulaiman
“Dan
(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan
mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik
kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu.” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 78)
Pada suatu hari, Nabi
Daud mengajak putranya, Sulaiman, menghadiri sebuah persidangan. Nabi Daud
bertindak sebagai hakim. Di hadapannya, telah ada dua orang yang berselisih.
Seorang pemilik kambing dan pemilik kebun.
“Paduka,
kambing-kambing milik kawan saya ini telah memakan dan merusak seluruh tanaman
yang ada di kebun saya. Padahal, saya telah merawatnya dengan susah payah.
Mulai mencangkul, menanam, menyiram, dan memberi pupuk.
“Ketika saya akan
memetik hasil panen, kambing-kambing kawan saya ini memusnahkan semuanya. Mohon
pertimbangan yang adil atas masalah kami?” ujar pemilik kebun.
“Apakah betul yang
diceritakan oleh kawanmu itu?” Tanya Nabi Daud kepada pemilik kambing.
“Betul, paduka,” jawab
pemilik kambing.
Nabi Daud merenung
sejenak. Kemudian, ia membuat keputusan,”Dalam masalah ini, jelas pemilik
kambing bersalah. Ia teledor menjaga hewan ternaknya sehingga merusak kebun
orang lain. Karenanya, kambing-kambingnya harus diserahkan ke pemilik kebun
sebagai ganti rugi.”
Hadirin hening. Wajah
pemilik kambing pucat. Sementara, pemilik kebun juga tidak terlihat bahagia.
Saat itulah, seorang remaja maju menghadap Nabi Daud. Dialah Sulaiman, putra
Nabi Daud.
“Wahai ayah, bolehkah
aku memberikan saran?” Tanya Sulaiman.
“Silahkan. Aku tidak
sungkan untuk mengubah keputusanku jika memang pendapatmu lebih baik,” tukas
Nabi Daud.
“Menurutku, pemilik
kambing harus memperbaiki kebun yang rusak sampai seperti sediakala sebelum
dirusak oleh kambingnya. Ia juga harus menyerahkan kambing-kambingnya kepada
pemilik kebun, tapi hanya sementara,” ujar Sulaiman.
“Selama pemilik
kambing memperbaiki kebun, pemilik kebun merawat kambing tersebut dengan baik.
Ia berhak memperoleh hasilnya, seperti bulunya, susunya, dan anaknya,” kata
Sulaiman kembali.
“Setelah kebun selesai
diperbaiki, kebun diserahkan kepada pemiliknya. Kambing juga diserahkan ke
pemiliknya. Dengan demikian, tidak ada pihak yang dirugikan. Masing-masing
memperoleh kembali hak miliknya,” tutur Sulaiman memberikan penjelasan.
Nabi Daud kagum dengan
kecerdasan putranya. Ia memang telah lama meduga bahwa Sulaiman adalah calon nabi.
Kini, tanda-tanda itu semakin terlihat. “Wahai, pihak yang bersengketa,
penjelasan Sulaiman itulah keputusanku,” tegas Nabi Daud mengubah keputusannya.
Hadirin yang datang ke
persidangan terkagum-kagum dengan kecerdasan Sulaiman. Lalu, pemilik kambing dan
pemilik kebun pun menjadi senang.
Sulaiman
Menjadi Raja dan Nabi
“Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, ‘Wahai manusia, kami
telah diajari bahasa burung dan diberi segala sesuatu. Sungguh (semua ini)
benar-benar karunia yang nyata.” (QS. An-Naml [27]: 16)
Sejak awal, Nabi Daud
telah mempersiapkan Sulaiman untuk menggantikan dirinya kelak. Hal ini karena
kecerdasan Sulaiman dan tanda-tanda kenabian yang terlihat pada dirinya. Tak
heran, apabila Nabi Daud begitu menyayangi Sulaiman.
Ternyata, hal ini
membuat anak tertua Nabi Daud, Absyalum, merasa iri. Ia tidak setuju Sulaiman
yang menjadi putra mahkota. Ia merasa dirinyalah yang berhak menggantikan Nabi
Daud. “Ayahanda, aku tidak setuju Sulaiman yang menjadi putra mahkota. Aku lebih
berhak daripada dia. Akulah anak yang tertua,” protes Absyalum kepada Nabi
Daud.
“Anakku, ini adalah
ketentuan Allah. Aku mengambil keputusan ini berdasarkan petunjuk dari-Nya,”
terang Nabi Daud.
Absyalum tidak terima.
Ia berniat merebut tahta kerajaan dari ayahnya. Ia menyusun kekuatan secara
sembunyi-sembunyi dan mulai mendekati Bani Israil.
Absyalum menunjukan
perhatian yang besar kepada rakyat. Ia memberikan banyak bantuan. Ia juga
menjanjikan kemakmuran dan kesejahteraan yang lebih baik lagi. Ia menghasut
rakyat agar melakukan pemberontakan kepada Nabi Daud.
Usahanya tidak
sia-sia. Cukup banyak rakyat dan prajurit yang terpengaruh. Setelah merasa
kekuatannya cukup kuap, Absyalum memerintahkan pendukungnya untuk melakukan
demonstrasi besar-besaran, menuntut Nabi Daud mundur dan menyerahkan jabatannya
kepada Absyalum.
Pengikut Nabi Daud
mempertahankan istana. Namun, pendukung Absyalum terus maju. Maka, terjadilah
bentrokan fisik yang menelan banyak korban. Sejak saat itu, sering terjadi
bentrokan fisik antara pendukung Absyalum dengan pendukung Nabi Daud.
Melihat kondisi itu,
Nabi Daud memutuskan untuk menyingkir sementara. Ia tidak menginginkan terjadi
pertumpahan darah lebih banyak lagi. Nabi Daud dan pengikut setianya menyingkir
ke Bukit Zaitun. Sulaiman turut serta di dalamnya. Mereka mendirikan kemah di
sana.
Akhirnya, Absyalum
naik tahta. Namun, kepemimpinannya membuat rakyat menderita. Ia memerintah
dengan tangan besi. Siapa yang tidak setuju dengan keinginannya akan
disingkirkan. Ia juga menghukum mati orang-orang yang dicurigai sebagai
pendukung Nabi Daud.
Mata-mata Nabi Daud
melaporkan perkembangan kerajaan kepada Nabi Daud. Nabi Daud merasa sedih.
Kemudian, ia berdoa memohon petunjuk, tindakan apa yang harus dilakukannya.
Allah memberikan
petunjuk agar Nabi Daud merebut kembali kerajaan dari tangan Absyalum. Nabi
Daud pun menghimpun pasukannya.
“Kita akan merebut
kembali hak kita. Namun, sebisa mungkin hindari pertumpahan darah. Kecuali
dalam keadaan terpaksa untuk membela diri,” ujar Nabi Daud.
Akhirnya, Nabi Daud
berangkat memimpin pasukannya. Mereka mengepung istana. Absyalum terkejut. Ia
pun mengerahkan pasukannya untuk mengusir pasukan Nabi Daud. Pertempuran tidak
dapat dihindari. Nabi Daud memenangkan pertemperan. Sementara, Absyalum tewas
dalam pertempuran tersebut.
Nabi Daud kembali
menjadi raja. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Ketika Nabi Daud wafat,
jabatannya digantikan oleh Sulaiman. Beberapa waktu kemudian, Sulaiman juga
diangkat Allah menjadi nabi dan rasul.
Nabi Sulaiman adalah
sosok raja yang memiliki kecerdasan luar biasa. Ia mampu memimpin dengan adil
dan bijaksana. Ia mewarisi sifat-sifat luhur ayahnya. Bani Israil mengalami
puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Nabi Sulaiman.
Keistimewaan
Nabi Sulaiman
“Kemudian
Kami tundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik menurut perintahnya ke
mana saja yang dia kehendaki.” (QS. Shaad [38]: 36)
Nabi Sulaiman
dikaruniai berbagai keistimewaan oleh Allah. Ia memiliki pengetahuan yang
sangat luas. Ia juga mengerti berbagai bahasa binatang. Manusia dan binatang
tunduk kepada Nabi Sulaiman. Bahkan, bangsa jin juga tunduk kepada Nabi
Sulaiman. Mereka menjadi tentara Nabi Sulaiman.
Bangsa jin selalu siap
melaksanakan perintah Nabi Sulaiman. Mereka berperan besar dalam membangu
istana-istana Nabi Sulaiman yang indah. Istana Nabi Sulaiman mungkin istana
yang paling megah, indah, dan mahal.
Dindingnya terbuat
dari batu pualam yang indah. Tiang-tiang dan pintunya terbuat dari emas.
Atapnya dari perak yang berkilauan. Hiasannya dari mutiara, intan berlian, dan
permata. Singkat kata, semua materialnya bernilai tinggi.
Nabi Sulaiman juga
diberikan mukjizat dapat menundukkan angin. Angin itu menjadi kendaraannya.
Dengan angin itu, Nabi Sulaiman menjelajahi negerinya untuk mengontrol keadaan
rakyatnya.
Nabi Sulaiman
membimbing rakyatnya untuk mensyukuri semua karunia Allah. Mereka semua taat
menyembah kepada Allah.
Nabi Sulaiman
dan Ratu Balqis
“Maka tidak
lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, ‘Aku telah mengetahui sesuatu
yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba membawa suatu
berita yang meyakinkan.” (QS. An-Naml [27]: 22)
Suatu ketika, Nabi
Sulaiman mengumpulkan semua tentaranya, baik dari bangsa manusia, binatang,
maupun jin. Semua hadir tepat waktu. Hanya satu yang tidak terlihat, yaitu
burung Hud-hud. Nabi Sulaiman menanyakan keberadaan Hud-hud. Namun, tidak ada
yang mengetahuinya.
Tidak lama berselang,
datanglah Hud-hud dengan napas terengah-engah. “Maaf paduka, saya terlambat,”
ujar Hud-hud. Ia mengibaskan sebelah sayapnya memberi penghormatan.
“Dari mana saja kau?
Mengapa kau terlambat?” Tanya Nabi Sulaiman.
Hud-hud menceritakan
bahwa ia terbang jauh untuk melakukan mata-mata. Ia menemukan negeri bernama
Saba. Negeri itu dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Balqis. Negeri itu
kaya raya. Namun, ratu dan seluruh rakyatnya menyembah matahari.
“Apa benar yang kau
ceritakan itu?” Tanya Nabi Sulaiman.
“Saya tidak berbohong,
paduka. Saya rela dihukum jika berita yang saya sampaikan bohong,” tegas
Hud-hud.
Kemudian Nabi Sulaiman
menulis sepucuk surat untuk Ratu Balqis. Isi surat Nabi Sulaiman sebagai
berikut, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Janganlah
engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang
yang berserah diri.”
Nabi Sulaiman menyuruh
Hud-hud memberikan surat itu kepada Ratu Balqis. Hud-hud terbang melintasi
awan. Ia melaksanakan tugas dengan senang hati.
Hud-hud sampai di
istana Ratu Balqis. Ia menyelinap lewat kaca jendela. Hud-hud menjatuhkan surat
itu persis di hadapan Ratu Balqis. Ratu Balqis terkejut. Ia memungut surat itu
dan membacanya dengan seksama.
Kemudian, Ratu Balqis mengumpulkan
semua penasihatnya. Ia meminta saran mengenai surat dari Nabi Sulaiman.
“Kita adalah kerajaan
yang besar dan kuat. Tidak perlu takut kepada Sulaiman. Kita akan menang jika
berperang melawan mereka. Namun, semuanya terserah ratu,” ujar salah seorang
penasihat.
Ratu Balqis memutuskan
untuk mengirim utusan ke kerajaan Nabi Sulaiman. Ia memberikan banyak hadiah
kepada Nabi Sulaiman. Ia ingin tahu bagaimana respon Nabi Sulaiman.
Maka, berangkatlah
utusan Ratu Balqis menuju kerajaan Nabi Sulaiman di Palestina. Sesampainya di
sana, mereka disambut baik oleh Nabi Sulaiman. Utusan itu memberikan hadiah
dari Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman.
“Apa yang diberikan
Allah kepadaku lebih baik dari apa yang diberikan-Nya kepadamu. Tetapi, kamu
merasa bangga dengan hadiahmu itu. Kembalilah kalian kepada ratumu. Bawa
kembali hadiah-hadiah itu,” ujar Nabi Sulaiman.
Utusan itu pulang ke
negerinya. Sesampainya di negeri Saba, mereka langsung menghadap Ratu Balqis
dan melaporkan hasil kunjungan mereka.
Ratu Balqis menjadi
penasaran. Ia ingin tahu seberapa besar kerajaan Nabi Sulaiman itu. Ratu Balqis
menyiapkan prajuritnya untuk melakukan kunjungan kenegaraan. Maka, berangkatlah
Ratu Balqis dengan dikawal ketat oleh pasukan pengamanan.
Nabi Sulaiman
mendengar kabar kunjungan Ratu Balqis dari mata-matanya. Nabi Sulaiman
mengumpulkan seluruh pejabat kerajaan. Ia ingin memberikan kejutan kepada Ratu
Balqis. Ia ingin menyadarkan Ratu Balqis agar ia beriman kepada Allah.
“Siapa di antara
kalian yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu sekejap,”
Tanya Nabi Sulaiman.
“Aku sanggup membawa
singgasana Ratu Balqis sebelum paduka berdiri dari singgasana,” kata Jin Ifrit.
Kemudian, seorang
saleh berilmu tinggi berkata, “Aku mampu memindahkannya sebelum paduka
mengedipkan mata.”
Kemudian, Ia berdoa
kepada Allah. Dalam sekejap, singgasana Ratu Balqis telah berada di hadapan
Nabi Sulaiman.
Sementara itu,
rombongan Ratu Balqis sampai di istana Nabi Sulaiman. Mereka disambut dengan
hangat oleh Nabi Sulaiman dan para pejabatnya. Mereka dijamu di ruang utama
istana. Lalu, Nabi Sulaiman menunjuk singgasana Ratu Balqis yang telah
dipindahkan.
“Itukah singgasanamu?”
tanya Nabi Sulaiman.
Ratu Balqis
mengarahkan pandangannya ke singgasana yang ditunjuk Nabi Sulaiman. Ia sangat
terkejut. Singgasana itu sangat mirip dengan singgasananya. Nabi Sulaiman
mengatakan bahwa ia telah memindahkannya. Ratu Balqis kagum dengan kemampuan
Nabi Sulaiman.
Kemudian, Nabi
Sulaiman mengajak Ratu Balqis mengelilingi istananya yang megah dan indah. Saat
tiba di suatu ruangan yang lantainya terbuat dari kaca tebal yang bening, Ratu
Balqis mengangkat gaunnya. Ia mengira itu adalah genangan air.
“Tidak usah kau angkat
gaunmu. Ini adalah lantai yang terbuat dari kaca, bukan genangan air,” ujar
Nabi Sulaiman.
Ratu Balqis merasa
malu. Kemudian, ia menyatakan diri beriman kepada Allah dan mengikuti agama
Nabi Sulaiman. Sejak saat itu, kerajaan Nabi Sulaiman dengan kerajaan Ratu
Balqis bersahabat dan bekerjasama. Lalu, mereka menikah.
Nabi Sulaiman dan Ratu
Balqis bersatu menyebarkan agama Allah. Rakyat Saba mengikuti Ratu Balqis.
Mereka semua beriman kepada Allah dan mengikuti agama yang diajarkan Nabi
Sulaiman.
Nabi Sulaiman
Wafat
“Maka
ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan
tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu sekitarnya mereka
mengetahui yang ghaib tentu mereka tidak tetap dalam siksaan yang menghinakan.”
(QS. Saba` [34]: 14)
Suatu ketika, Nabi
Sulaiman sedang mengawasi pembangunan sebuah kota. Ia duduk sambil memegang
tongkatnya. Saat itu, bangsa jin tengah giat bekerja membangun kota itu atas
perintah Nabi Sulaiman.
Entah berapa lama Nabi
Sulaiman duduk seperti itu. Tidak ada yang tahu. Namun, ternyata rayap telah
memakan tongkatnya. Tongkat itu pun patah. Seketika Nabi Sulaiman tersungkur.
Rupanya, Nabi Sulaiman telah wafat.
Hikmah
Kisah
Kita bisa memetik
pelajaran berharga dari kisah Nabi Sulaiman AS, yaitu ketika kita menjadi
seorang pemimpin, harus cermat dan adil dalam memutuskan suatu masalah. Jangan
sampai ada yang merasa dirugikan dengan keputusan kita.
Selain itu, janganlah
bersikap iri hati. Sebab, sikap seperti itu hanya akan membahayakan dan
merugikan diri kita serta orang lain.
Kisah ini diambil dari
buku yang berjudul Kisah Menakjubkan
25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian
semua.
Read more »
0 comments:
Post a Comment