Monday, September 23, 2013

Kisah Menakjubkan Nabi Muhammad SAW



Nabi Muhammad SAW adalah nabi kedua puluh lima. Beliau merupakan rasul penutup. Tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya. Nabi Muhammad SAW lahir di Mekah. Beliau diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia empat puluh tahun. Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekah selama tiga belas tahun. Kemudian, hijrah dan berdakwah di Madinah selama sepuluh tahun. Nabi Muhammad SAW wafat di Madinah.

Kelahiran Muhammad sampai Pernikahannya
“….Dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan dating setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)….” (QS.Ash-Ashaff [61]: 6)

Muhammad, lahir pada hari Senin 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 20 April 571 M. Tahun kelahirannya disebut tahun gajah, sebab, pada waktu itu, Arabah dan tentaranya dari Yaman mengendarai gajah hendak menyerang Ka`bah. Namun, upaya itu gagal. Allah mengirimkan burung-burung ababil. Burung-burung itu menghujani Arabah dan tentaranya dengan batu kerikil dari neraka. Arabah dan tentaranya mati seperti daun dimakan ulat.

Ayahanda Muhammad bernama Abdullah. Ia meninggal ketika Muhammad berusia tiga bulan dalam kandungan ibundanya. Jadi, Muhammad telah menjadi yatim sejak dalam kandungan. Kelahiran Muhammad disambut gembira oleh keluarga Bani Muthalib dan Bani Hasyim. Kemudian, Muhammad disusui oleh Halimah As-Sa`diyah.

Ketika Muhammad berusia enam tahun, ibundanya mengajak Muhammad pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam ayahnya. Saat perjalanan pulang dari Madinah, Aminah meninggal dunia di desa Abwa. Sejak saat itu, Muhammad menjadi yatim piatu.

Kemudian, Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun, dua tahun kemudian, Abdul Muthalib meninggal dunia. Muhammad pun diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.

Sejak kecil, Muhammad telah terbiasa hidup mandiri. Ia bekerja menggembalakan kambing milik orang-orang kaya Mekah. Upah menggembala kambing itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada usia 12 tahun, Muhammad ikut berdagang dengan pamannya ke Syam. Di perjalanan, mereka bertemu dengan pendeta Bukhaira. Bukhaira tertarik kepada Muhammad. Ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad sebagaimana diterangkan dalam injil.

Pendeta Bukhaira berpesan kepada Abu Thalib agar jangan terlalu masukke Syam. Di Syam, banyak orang-orang Yahudi. Ia khawatir Muhammad akan dicelakai oleh mereka.

Seiring dengan perjalanannya, Muhammad tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh. Selain itu, ia juga dikenal sebagai orang yang jujur dan amanah. Masyarakat Mekah menjulukinya dengan Al-Amin (orang yang terpercaya).

Kejujuran Muhammad sangat popular di kalangan bangsa Arab. Hal inilah yang membuat Khadijah, seorang wanita kaya di Mekah, mengajak Muhammad bekerjasama. Muhammad menyambut baik tawaran Khadijah. Sejak saat itu, Muhammad berdagang barang-barang milik Khadijah.

Muhammad sukses menjalankan bisnis Khadijah. Kepribadian Muhammad yang mulia membuat Khadijah menaruh simpati kepadanya. Khadijah meminta saudaranya, Nufaisa, untuk menyampaikan maksudnya kepada Muhammad.

Muhammad menyambutnya dengan senag hati. Akhirnya Muhammad menikah dengan Khadijah. Saat itu, Muhammad berusia dua puluh lima tahun. Sedangkan Khadijah berusia empat puluh tahun. Muhammad memberikan mas kawin berupa dua puluh ekor unta. Muhammad pun hidup bahagia dengan Khadijah. Mereka dikaruniai enam orang anak; dua orang laki-laki, yaitu Qasim dan Abdullah; dan empat orang perempuam, yaitu Zainab, Ruqayyah, Kultsum. San Fatimah. Beliau juga mengangkat seorang anak bernama Ibrahim. Namun, anak laki-laki beliau semuanya meninggal saat masih anak-anak.

Muhammad Diangkat Menjadi Rasul
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS.Al-Anbiyaa` [21]: 107)

Setiap bulan Ramadhan, Muhammad sering berkhalwat (menyendiri) di Gua Hira. Ia galau memikirkan keadaan masyarakat Mekah yang berada dalam kebodohan. Mereka menyembah berhala lata, uzza, dan manat. Mereka juga suka berzina, merampok, berjudi, dan minum-minuman keras. Di Gua Hira, Muhammad memikirkan makna kehidupan.

Pada malam 17 Ramadhan, Muhammad yang pada saat itu menginjak usia empat puluh tahun didatangi oleh Malaikat Jibril. Jibril ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu kepada Muhammad. Malaikat Jibril menyodorkan lembaran bertuliskan huruf Arab dan menyuruh Muhammad untuk membacanya.

“Bacalah!” kata Jibril.

“Saya tidak dapat membaca.” Jawab Muhammad dengan tubuh yang gemetar.

Lalu, Jibril memeluk Muhammad erat-erat. Muhammad merasa sesak. Kemudian, Jibril melepaskan pelukannya. Ia menyuruh Muhammad dengan perintah yang sama. Muhammad pun menjawab dengan jawaban yang sama. Jibril kembali memeluk Muhammad erat-erat, kemudian melepasnya kembali. Hal ini terjadi sebanyak tiga kali.

Akhirnya, Jibril menyuruh Muhammad mengikuti bacaannya. Jibril membaca surat Al-Alaq ayat 1_5 yang diikuti oleh Muhammad.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Pada malam itulah, Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul. Nabi Muhammad pulang ke rumah dalam keadaan menggigil. Beliau meminta Khadijah untuk menyelimutinya. Khadijah memberikan perhatiannya yang tulus.

Khadijah menghibur dan meyakinkan Nabi Muhammad bahwa apa yang baru saja dialaminya adalah suatu kebaikan.

“Demi dzat yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Aku berharap engkau menjadi nabi bagi umat ini,” kata Khadijah menenteramkan suaminya.

Kemudian, Khadijah menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang yang paham pada Injil dan Taurat. Ia menceritakan pengalaman suaminya kepada Waraqah.

“Suamimu telah mendapat wahyu, sebagaimana wahyu yang pernah dating kepada Nabi Musa. Muhammad adalah seorang nabi dan rasul,” tukas Waraqah memberi penjelasan.

Penjelasan Waraqah membuat Khadijah gembira. Firasatnya selama ini ternyata benar. Suaminya adalah orang yang dimuliakan Allah. Muhammad adalah seorang nabi dan rasul.

Tiga bulan setelah wahyu pertama turun, Jibril dating lagi menemui Muhammad. Ia menyampaikan wahyu QS. Al-Mudatsir ayat 1_5. Saat itu, Muhammad sedang berselimut.

‘Wahai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan, dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji.”

Setelah diangkat menjadi rasul, Nabi Muhammad mulai berdakwah. Pada awalnya, beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad menyeru keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar. Kemudian, menyusul Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara, dari kalangan budak adalah Zaid bin Haritsah, Bilal bin Rabah, Syuaib, dan Amar bin Yasar.

Dakwah Secara Terang-terangan
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik.” (QS. Al-Hijr [15]: 94)

Nabi Muhammad berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Kemudian, beliau diperintahkan Allah untuk berdakwah secara terang-terangan. Maka, mulailah Nabi Muhammad menyeru kaum kafir Quraisy secara terang-terangan. Beliau menyeru mereka agar menyembah kepada Allah dan bertakawa kepada-Nya.

Nabi Muhammad mengumpulkan kaum Quraisy di Bukit Shafa. Kemudian, beliau menyampaikan dakwahnya. Mereka pun menertawakan dan mengejek Nabi Muhammad sebagai orang yang tidak waras. Justru pamannya sendiri, Abu Lahab yang mengucapkan cacian.

“Celakalah kau Muhammad! Untuk inikah kau kumpulkan kami?” caci Abu Lahab.

Cacian Abu Lahab dibantah oleh Allah. Justru, Abu Lahablah yang akan celaka. Akhirnya, Allah SWT menurunkan wahyu surat Al-Lahab ayat 1_5.

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya harta dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.”

Sejak saat itu, kaum kafir Quraisy gencar merintangi Nabi Muhammad dalam berdakwah. Mereka mengejek, menghina, bahkan melempari Nabi Muhammad dengan kotoran. Bukan itu saja, mereka juga menyiksa pengikut Nabi Muhammad, terutama dari kalangan budak.

Tahun-tahun Penuh Derita
“Dan orang-orang kafir berkata ‘(Al-Qur`an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain.’ Sungguh, mereka telah berbuat zhalim dan dusta yang besar.” (QS. Al-Furqaan [25]: 4)

Kaum Quraisy bukan hanya menolak ajaran Islam, tetapi juga berupaya menghentikan dakwah Nabi Muhammad. Mereka berusaha dengan berbagai cara melemahkan Nabi Muhammad. Sebab, Nabi Muhammad dilindungi oleh pamannya Abu Thalib, kaum Quraisy melampiaskan kemarahan mereka kepada pengikut Nabi Muhammad. Kaum Quraisy tidak segan-segan menyiksa mereka.

Beberapa sahabat Nabi Muhammad mengalami siksaan yang kejam. Sebut saja, Bilal bin Rabah. Ia disiksa oleh majikannya, Ummayah, dengan dijemur di padang pasir pada siang hari. Di atas dadanya, ditindih batu besar. Namun, siksaan itu tidak membuat Bilal lemah. Ia tetap memegang agama Islam. Ia berucap,”Ahad,ahad,ahad (Allah Yang Esa, Yang Esa, Yang Esa.”

Bahkan, ada yang disiksa sampai meninggal dunia, seperti Yasar dan istrinya, Saminah, dan anak mereka Amar bin Yasar. Nabi Muhammad sendiri tidak luput dari tekanan kaum Quraisy. Beliau pernah dilempari kotoran unta oleh Abu Jahal.

Semakin hari, sikap permusuhan yang ditunjukkan kaum Quraisy semakin menjadi-jadi. Namun, umat Islam semakin kokoh memegang agamanya. Melihat hal ini, banyak juga orang-orang yang simpati. Mereka mulai menyadari kebenaran dakwah Nabi Muhammad. Mereka pun memeluk Islam. Begitupun dengan Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad yang sesusuan dengan beliau.

Saat itu, Hamzah pulang berburu. Ketika hendak pulang, ia mendengar Abu Jahal mencaci maki Nabi Muhammad kelewat batas. Hamzah menjadi marah. Ia bergegas menuju rumah Abu Jahal. Sampai di sana, Hamzah langsung menodongkan panahnya ke Abu Jahal.

Abu Jahal tidak berani melawan. Begitu orang-orang yang ada di sekitarnya. Siapa yang berani melawan Hamzah, anak dari Abdul Muthalib yang gagah perkasa. Melawan berarti mencari mati. Hamzah mengancam Abu Jahal agar jangan sekali-kali menyakiti Nabi Muhammad lagi.

Kemudian, Hamzah menemui Nabi Muhammad. Ia menyatakan diri memeluk Islam. Hamzah mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan masuk Islamnya Hamzah, benteng umat Islam semakin kokoh.

Kabar keislaman Hamzah cepat tersebar di kalangan kaum Quraisy. Mereka jelas marah. Kemudian, mereka berinisiatif mendatangi paman Nabi Muhammad, Abu Thalib dan bermaksud memintanya  agar menghentikan dakwahnya.

Abu Thalib menyampaikan permintaan pemuka kaum Quraisy kepada Nabi Muhammad. Namun, dengan tegas Nabi Muhammad berkata, “Meskipun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, setapak pun aku tidak akan mundur dari dakwah ini.”

Abu Thalib memeluk kemenakannya yang sangat ia cintai itu. Ia berjanji akan mendukung dakwah Nabi Muhammad. Ia akan melindungi Nabi Muhammad dari kaum Quraisy.

Kaum Quraisy kecewa. Usaha mereka gagal lagi. Kekecewaan mereka bertambah setelah mendengar Umar bin Khattab memeluk Islam. Umar adalah salah satu tokoh kaum Quraisy yang disegani. Mungkin hanya Hamzah yang sanggup menandingi keperkasaannya.

Namun, mereka tidak menyerah. Mereka terus mencari cara untuk menghentikan Nabi Muhammad. Kali ini mereka sepakat untuk melakukan aksi boikot (menolak untuk bekerjasama) terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, pendukung Nabi Muhammad.

Kaum Quraisy melarang warganya melakukan hubungan dengan kedua kaum itu dalam segala hal, seperti jual beli, menikah, tolong-menolong, dan saling mengunjungi. Hal ini benar-benar membuat Nabi Muhammad dan pengikutnya menderita. Mereka kekurangan makanan. Namun, hal itu tidak membuat iman mereka goyah. Mereka tetap bertahan meski hidup penuh penderitaan.

Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun. Namun, selama itu usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Umat Islam tetap teguh memegang agamanya. Kemudian, atas usul Hisyam bin Amr dan Zuhair bin Abi Umaya, pemboikotan itu akhirnya dicabut.

Sejak saat itu, umat Islam dapat kembali hidup normal. Namun demikian, mereka tetap dalam tekanan kaum Quraisy. Pada saat perjuangan masih panjang, kabar duka menghampiri Nabi Muhammad. Paman beliau, Abu Thalib, meninggal dunia.

Nabi Muhammad sangat sedih. Ia kehilangan sosok orang yang selama ini melindunginya. Orang yang menjadikan dirinya sebagai perisai bagi beliau. Belum hilang kesedihan karena kematian Abu Thalib, Nabi Muhammad kembali mendapat ujian. Istri tercinta, Khadijah, menyusul meninggal dunia.

Nabi Muhammad semakin sedih. Ia merasa sangat kehilangan. Khadijalah tempat beliau mencurahkan suka dan duka dalam berdakwah. Perempuan yang selalu mendukungnya dengan luar biasa. Perempuan yang menghiburnya saat beliau sedih. Namun, perempuan mulia itu telah tiada.

Dalam waktu yang berdekatan, Nabi Muhammad kehilangan Abu Thalib dan Khadijah. Orang yang sangat dicintainya dan berjasa dalam dakwah. Karena itulah, tahun itu disebut Ammul Huzni (Tahun Kesedihan).

Peristiwa Isra Mi`raj
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Israa` [17]: 1)

Pada tahun yang penuh duka tersebut terjadilah peristiwa yang menakjubkan. Peristiwa itu adalah Isra Mi`raj yang terjadi pada tahun kesebelas kenabian. Nabi Muhammad didampingi Malaikat Jibril melakukan perjalanan pada malam hari, dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina dengan mengendarai Buraq.

Sampai di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad naik ke langit. Di setiap tingkatan langit, beliau bertemu dengan para rasul terdahulu. Nabi Muhammad terus naik lagi ke langit ketujuh hingga mencapai Sidratul Muntaha. Pada saat itulah, beliau menerima perintah shalat lima waktu sehari semalam.

Menjelang fajar, Nabi Muhammad telah kembali ke Mekah. Esoknya, beliau menceritakan peristiwa Isra Mi`raj itu kepada kaum Quraisy. Namun, mereka tidak mempercayainya. Mereka menganggap Nabi Muhammad membual.

Saat itulah, datang Abu Bakar membenarkan apa yang diceritakan Nabi Muhammad. Sejak saat itu, Nabi Muhammad memanggil Abu Bakar dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).

Hijrah ke Madinah
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir telah mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita….” (QS. At-Taubah [9]: 40)

Suatu ketika sekelompok orang dari Madinah dating ke Mekah untuk berziarah ke Ka`bah. Nabi Muhammad memanfaatkan kesempatan itu untuk berdakwah. Ternyata, mereka menyambut hangat seruan Nabi Muhammad. Saat itu juga, mereka menyatakan diri masuk Islam.

Kemudian, mereka kembali ke Madinah. Sesampainya di Madinah, mereka menceritakan kepada penduduk Madinah tentang pertemuannya dengan Nabi Muhammad. Penduduk Madinah sangat antusias. Mereka juga ingin mengetahui ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Hal ini disampaikan kepada Nabi Muhammad.

Setelah itu, Nabi Muhammad mengutus Mush`ab bin Umair untuk berdakwah di Madinah. Penduduk Madinah menyambutnya dengan suka cita. Hampir semua penduduk Madinah menyatakan kesiapannya memeluk dan memperjuangkan Islam.

Akhirnya, diutuslah tujuh puluh orang mewakili penduduk Madinah untuk bertemu Nabi Muhammad di Bukit Aqabah, mereka menyatakan ikrarnya akan mendukung perjuangan Nabi Muhammad. Mereka juga menawarkan kepada Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah.

Nabi Muhammad memutuskan untuk menerima tawaran mereka. Beliau memerintahkan pengikutnya untuk hijrah ke Madinah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Maka, mulailah umat Islam melakukan perjalanan hijrah ke Madinah. Mereka membagi dalam kelompok-kelompok kecil agar kaum Quraisy tidak curiga.

Seluruh umat Islam telah hijrah ke Madinah. Tinggal Nabi Muhammad sendiri, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib. Itulah kemuliaan akhlak beliau sebagai pemimpin. Beliau lebih mendahulukan keselamatan pengikutnya daripada keselamatan dirinya sendiri.

Setelah dipastikan umat Islam telah hijrah semua, Nabi Muhammad bersiap hijrah ke Madinah pada malam itu juga. Beliau menyusun rencana. Ali bin Abi Thalib diperintahkannya untuk tidur di kamarnya. Ini untuk mengelabui kaum Quraisy yang berusaha menangkapnya.

Mendengar Nabi Muhammad akan hijrah, kaum Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad. Tiap-tiap kabilah (kaum) mengutus wakilnya, yaitu seorang pemuda yang gagah berani untuk berkomplot membunuh Nabi Muhammad.

Malam itu juga, pemuda-pemuda itu mengepung rumah Nabi Muhammad. Namun, Nabi Muhammad dapat meloloskan diri atas pertolongan Allah. Kemudian, beliau menuju rumah Abu Bakar. Di sana, Abu Bakar telah siap. Maka, berangkatlah Nabi Muhammad dan Abu Bakar hijrah ke Madinah.

Kemudian, para pemuda Quraisy tersadar Nabi Muhammad telah lolos. Mereka hanya mendapati Ali bin Abi Thalib. Akhirnya, mereka melakukan pengejaran. Saat itu, Nabi Muhammad bersembunyi di Gua Tsur bersama Abu Bakar.

Pemuda-pemuda itu sampai juga di mulut Gua Tsur. Namun, mereka memutuskan tidak memeriksa ke dalam gua. Mereka berpikir tidak mungkin Nabi Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua itu. Sebab, di dalam mulut gua terdapat sarang laba-laba dan merpati hutan yang bertelur.

Jika Nabi Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua, tentulah sarang laba-laba itu sudah rusak dan merpati hutan itu telah pergi. Begitulah pikr mereka. Padahal, itu adalah salah satu bentuk pertolongan Allah. Dia perintahkan laba-laba membuat sarang di mulut gua, dan merpati agar bertelur di sana.

Setelah situasi aman, Nabi Muhammad dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan. Mereka menempuh jalur yangt tidak biasa dilalui orang agar tidak berpapasan dengan orang Quraisy yang ingin membunuhnya.

Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan Suraqah bin Malik. Suraqah bernafsu ingin membunuh Nabi Muhammad demi hadiah yang akan diterimanya. Suraqah memacu kudanya sambil menghunuskan pedangnya. Abu Bakar pun siap menjadi tameng bagi Nabi Muhammad. Ia pun mencabut pedangnya.

Namun, saat Suraqah sudah dekat dengan Nabi Muhammad, tiba-tiba kudanya terjatuh. Suraqah tersungkur dan tubuhnya gemetar. Akhirnya, ia sadar bahwa Nabi Muhammad benar-benar seorang rasul. Suraqah pun memeluk Islam. Ia kembali ke Mekah dan bertugas mengalihkan perhatian orang yang ingin mengejar Nabi Muhammad. Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, sampailah beliau di Madinah. Beliau dan Abu Bakar disambut dengan hangat oleh warga Madinah. Tidak lama berselang, sampai jugalah Ali bin Abi Thalib. Maka, dimulailah tahapan baru dakwah Nabi Muhammad yang dikenal dengan periode Madinah.

Peperangan
“Dan (ingatlah) ketika engkau (Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang beriman pada pos-pos pertempuran. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS Ali-`Imraan [3]: 121)

Sesampainya di Madinah, Nabi Muhammad melakukan langkah-langkah strategis. Pertama, beliau mempersaudarakan golongan Muhajirin dengan golongan Anshar. Golongan Muhajirin adalah orang-orangt Mekah yang hijrah ke Madinah. Sedangkan, golongan Anshar adalah orang-orang Madinah yang menyambut orang-orang Mekah.

Kedua, Nabi Muhammad membangun Masjid Quba untuk kegiatan ibadah dan pusat kegiatan umat. Ketiga, membuat perjanjian damai antar berbagai suku dan golongan yang ada di Madinah untuk menjaga kerukunan hidup bersama. Kemudian, perjanjian ini dituangkan menjadi Piagam Madinah.

Islam semakin berkembang di Madinah. Umat Islam mulai membangun kekuatan ekonomi, politik, dan keamanan. Selain itu, pemeluk Islam kian hari kian bertambah. Mereka tertarik dengan keagungan Islam. Bahkan penduduk Mekah juga berbondong-bondong ke Madinah untuk menyatakan keislamannya.

Hal ini membuat para pemuka kaum Quraisy resah. Mereka berniat menyerbu umat Islam. Kemudian, mereka menghimpun kekuatan perang. Akhirnya, terhimpunlah pasukan sejumlah seribu orang dengan peralatan perang lengkap.

Mereka bersiap menyerang Madinah. Umat Islam siap menghadapi kaum Quraisy. Saat itu, jumlah pasukan muslim hanya tiga ratus orang. Namun, mereka tidak gentar karena yakin akan pertolongan Allah. Allah pun menurunkan tiga ribu malaikat untuk membantu pasukan muslim.

Terjadilah peperangan yang sengit. Dalam peperangan ini, pasukan muslim meraih kemenangan gemilang. Banyak tokoh kaum Quraisy yang tewas, seperti Abu Jahal dan Umaya bin Khalaf. Keduanya tewas di tangan Bilal. Perang ini dikenal dengan nama Perang Badar.

Setahun kemudian, kaum Quraisy menghimpun pasukan lebih besar lagi. Mereka ingin membalas dendam atas kekalahan di Perang Badar. Nabi Muhammad menyiapkan pasukan muslim untuk melawan pasukan kafir Quraisy. Terhimpunlah pasukan muslim sebanyak seribu orang. Mereka pun berangkat ke Bukit Uhud. Namun, di tengah perjalanan, Bani (kaum) Salamah dan Bani Harisah memutuskan untuk pulang kembali ke Madinah karena takut berperang.

Walaupun begitu, pasukan muslim yang di bawah komando langsung Nabi Muhammad, terus bergerak menuju Bukit Uhud. Akhirnya, kedua pasukan itu bertemu di Bukit Uhud. Terjadilah peperangan yang seru. Pasukan muslim berhasil memukul mundur pasukan kafir Quraisy. Pasukan kafir Quraisy mundur dan meninggalkan harta benda mereka.

Saat itulah, pasukan pemanah melanggar perintah Nabi Muhammad. Mereka turun dari Bukit Uhud untuk memperebutkan ghanimah (harta rampasan perang). Mereka tidak menyadari pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid dan Ikrimah masih kuat. Akhirnya, kedua pasukan itu bergabung dan melingkar mendaki Bukit Uhud. Sampai di puncak, mereka menyerang kembali pasukan muslim dari belakang.

Pasukan muslim terkejut. Banyak dari mereka yang lari karena tidak siap menerima serangan mendadak. Namun, banyak juga yang tetap memilih berperang hingga syahid (wafat karena berjuang di jalan Allah SWT) di medan perang. Bahkan, Hamzah gugur dalam keadaan yang mengenaskan. Nabi Muhammad sendiri mengalami luka-luka terkena senjata.

Kekalahan umat Islam dalam Perang Uhud memberikan pelajaran berharga. Ketidakpatuhan terhadap panglima perang mengakibatkan sesuatu yang fatal. Puluhan nyawa tewas akibat kesalahan itu. Kemenangan di depan mata pun lenyap sudah.

Namun, rupanya dendam kaum Quraisy masih belum terlampiaskan. Mereka menghimpun kabilah-kabilah (kaum-kaum) lain di luar Mekah untuk menyerang Madinah. Terkumpullah sepuluh ribu pasukan. Mereka bersiap menyerang Madinah.

Mendengar kabar itu, beliau langsung mengajak para sahabatnya berdiskusi bagaimana menghadapi pasukan kafir Quraisy. Kemudian, salah seorang sahabat nabi, Salman Al-Farisy, memberikan pendapatnya, “Menurut saya, kita menghadapi mereka di Madinah saja. Kita buat parit di setiap jalan masuk ke Madinah. Mereka tidak akan bisa masuk ke Madinah. Tapi, kita dapat leluasa menyerang mereka.

Nabi Muhammad dan para sahabat yang lainnya menyepakati usulan Salman. Lalu, pasukan muslim bahu membahu membuat parit. Setelah pembuatan parit selesai, mereka bersiap-siap menghadapi pasukan musuh.

Tak lama, pasukan musuh akhirnya datang. Namun, mereka tidak menyangka akan dihadang oleh parit besar dan dalam. Mereka mencoba melewati parit, tapi gagal dan terjatuh ke dalam parit.

Sementara itu, pasukan muslim mengintai dari balik parit. Mereka meluncurkan anak panah kepada pasukan musuh yang mencoba melewati parit.

Saat itu, turun hujan deras yang disertai badai. Kondisi ini semakin menyulitkan pasukan musuh. Tenda-tenda mereka terbang terempas badai. Kuda-kuda mereka lari berhamburan. Akhirnya, mereka pun memutuskan kembali ke Mekah. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Khandaq atau Perang Parit.

Penaklukan Kota Mekah
“Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau lihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah.” (QS. An-Nashr [110]: 1_2)

Pada suatu pagi yang indah, Nabi Muhammad menemui para sahabatnya. Wajah beliau berseri-seri. Kemudian, beliau menceritakan mimpinya dan wahyu yang diterimanya. Allah menjanjikan Nabi Muhammad dan pengikutnya akan memasuki Masjidil Haram dalam keadaan aman.

Para sahabat sangat gembira mendengar kabar tersebut. Mereka sangat merindukan kampong halaman. Terutama, rindu dengan Ka`bah.

Pada waktu yang telah ditentukan, berangkatlah rombongan umat Islam sebanyak seribu enam ratus orang. Mereka juga membawa hewan-hewan ternak untuk kurban. Mereka siap untuk melaksanakan ibadah haji.

Namun, perjalanan umat Islam terhenti di suatu tempat bernama Hudaibiyah. Mereka dihadang oleh para pemuka kaum Quraisy. Para pemuka Quraisy itu tidak mengizinkan umat Islam memasuki Mekah.

Untuk menghindari pertumpahan darah, Nabi Muhammad membuat perjanjian Hudaibiyah dengan kaum Quraisy. Isinya, mereka sepakat melakukan gencatan senjata selama sepuluh tahun. Akan tetapi, Nabi Muhammad dan pengikutnya baru diperbolehkan menunaikan haji pada tahun berikutnya.

Umat Islam kecewa. Namun, karena itu keputusan Nabi Muhammad, mereka mematuhi. Pada tahun berikutnya, barulah umat Islam berhaji tanpa ada gangguan sedikit pun.

Pada tahun ketiga perjanjian Hudaibiyah, kaum Quraisy melanggar perjanjian. Kaum Quraisy membantu kaum Bakr untuk melawan kaum Khuzaah.

Karena kaum Quraisy melanggar perjanjian, Nabi Muhammad pun menghimpun kekuatan untuk menaklukan Mekah. Bukan hanya dari kalangan umat Islam, tapi dari kabilah-kabilah (kaum-kaum) yang telah menandatangani perjanjian persahabatan juga ikut bergabung. Terhimpunlah pasukan sebanyak sepuluh ribu orang dengan persenjataan lengkap.

Sesampainya di Mekah, Nabi Muhammad tidak mendapat perlawanan apa pun. Pasukan muslim dapat menguasai Mekah tanpa tetesan darah sedikit pun. Penduduk Mekah diberikan kesempatan oleh Nabi Muhammad untuk bertobat dan masuk Islam. Maka, berbondong-bondonglah masyarakat Quraisy memeluk Islam, termasuk Abu Sufyan, tokoh andalan kaum Quraisy.

Kemudian, Nabi Muhammad memasuki Masjidil Haram. Beliau menghancurkan berhala-berhala dengan tongkatnya. Ka`bah dibersihkan dari segala bentuk kesesatan. Nabi Muhammad melakukan thawaf dan mencium Hajar Aswad. Beliau berkata, “Katakanlah, kebenaran telah datang dan kebatilan telah hancur.”

Sempurnanya Islam
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.…” (QS. Al-Maa`idah [5]: 3)

Demikianlah perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah. Perjuangan yang penuh dengan ujian, tantangan, dan penderitaan. Namun, itu semua dihadapi beliau dengan kesabaran dan keteguhan hati. Akhirnya, beliau meraih kemenangan.

Pada 25 Dzulqa`idah tahun 10 Hijriah, Nabi Muhammad mengerjakan ibadah haji bersama sepuluh ribu kaum muslimin. Beliau juga berkurban menyembelih 63 ekor unta. Ketika beliau wuquf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah, turun wahyu terakhir surat Al-Maa`idah ayat 3. Allah berfirman.

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agamamu….”

Ayat tersebut menunjukkan telah selesainya tugas Nabi Muhammad dalam berdakwah. Tidak lama kemudian, beliau jatuh sakit di rumahnya. Akhirnya, beliau wafat di Madinah pada usia 63 tahun.


Hikmah Kisah

Dari kisah Nabi Muhammad, kita dapat memetik pelajaran berharga bahwa sangat baik apabila kita memiliki sifat jujur, mandiri, tabah, adil, dapat dipercaya, dan berjiwa besar. Sebab, dengan sifat-sifat itulah, kita dapat menjadi orang yang sukses di manapun kita berada. Jadi, mulai sekarang, berlatihlah memiliki sifat-sifat tersebut.

Kisah ini diambil dari buku yang berjudul Kisah Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Read more »

2 comments:

Unknown said... December 11, 2015 at 7:18 PM

Terimaksih infonya sangat bermanfaat sekali .
Obat Infeksi Lambung Pada Anak

Hidup Adalah Perjuangan said... February 22, 2016 at 10:09 AM

Setuju temaan. Kejujuran adalah dasar kebahagiaan kita. Terimakasih
menang BERSAMA
Hidup Adalah Perjuangan

Post a Comment

Copyright © Kisah Nabi dan Rasul 2010

Template By Nano | Powerred by Blogger